BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga yang islami, yakni rumah tangga yang berjalan di atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam adalah Agama yang ditetapkan Allah SWT untuk manusia, segala

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa perkawinan adalah satu jalan yang

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. menuju zaman modern. Ziauddin Sardar menyebut zaman modern merupakan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap batal. Dalam Kompilasi Hukum Islam (pasal 14), rukun

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

SKRIPSI. BATAS KEMAMPUAN MENIKAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Telaah Analitis Terhadap Pasal 7 Undang-undang No. 1 Tahun 1974)

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB V PENUTUP. A. Simpulan Perkawinan menurut Pasal 1 UU 1/1974 adalah ikatan lahir bathin

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih dari itu perkawinan merupakan salah satu tanda kekuasaan-nya. Allah

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran

BAB I PENDAHULUAN. kemudian rujuk kembali pada saat iddah istrinya hampir habis, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. percampuran pada akad rusak. Ia bukan merupakan pengganti sesuatu, tapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM MAQASHID AL-SYARIAH DALAM HUKUM PERKAWINAN. Maqashid Syariah adalah tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan

Kenapa Nikah atau Putus???

AD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menetapkan pernikahan sebagai wahana untuk membangun rumah tangga yang islami, yakni rumah tangga yang berjalan di atas tuntutan agama dan dengan pernikahanlah pergaulan antara pria dan wanita sebagai suami istri terjalin dengan hormat. Hasrat biologis tersalur kepuasan dan kebahagiaan psikis emosional dapat tercapai sesuai fitrah dan kodrat insani, bahkan yang tidak dapat disisihkan adalah terealisasinya tuntutan agama bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat agama. 1 Dan dalam aturan atau tuntutan pernikahan itu Allah juga menjelaskan tentang salah satu tujuan pernikahan yakni agar manusia mempunyai keturunan yang jelas dan islam sangat menjaga kemurnian nasab. Syari at islam menjadikan tetapnya nasab bila didapati salah satu dari tiga syarat, yaitu : pernikahan, pengakuan dan bukti. 2 Diantara ketiga syarat tersebut, maka pernikahan merupakan syarat yang sangat penting dengan berbagai akibat yang menimbulkan konsekuensi hukum. Oleh sebab itu maka Islam menetapkan adanya hubungan keturunan dengan syarat dilakukannya pernikahan yang sah. Sebab pada dasarnya terjadinya hamil itu dikarenakan adanya hubungan antara pria dan wanita yang 1 Hasan Basri, Keluarga Sakinah Suatu Tinjauan Psikologis dan Agama. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 1995, hal.43. 2 Zakia Darjat, Ilmu Fiqh. Dana Bhakti Wakaf: Yogyakarta. 1995, hal.131. 1

2 kemudian menyebabkan adanya anak. Di sisi lain manusia itu dilengkapi dengan fitrah kecintaan terhadap lawan jenisnya serta anak-anaknya, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali imran ayat 14 sebagai berikut : Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kencintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anakanak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). 3 Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia dilahirkan fitrahnya sebagai makhluk yang memiliki kecintaan pada wanita-wanita, anak-anak, dan harta benda. Dan kodrat manusia hidup di dunia tidak dapat dipisahkan dengan nafsu tersebut dengan nafsu seksual. Karena proses diciptakannya manusia dilingkupi nafsu tersebut. Oleh karena itu seringkali sangat berat mengalahkan nafsu seksual. Faktor inilah yang menyebabkan penyalahgunaan nafsu seksual (perzinaan, prostitusi, dan 3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, Yayasan Penerjemah dan Pentafsir Al- Quran: Jakarta 1993. hal.77.

3 pemerkosaan). Dan Islam dengan tegas menyatakan larangan tersebut. Firman Allah dalam QS. Al Isra ayat 32 : Artinya : Dan janganalah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang kejin dan suatu jalan yang buruk. 4 Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah melarang umat manusia untuk mendekati perbuatan zina karena perbuatan zina adalah perbuatan yang keji dan tidak baik. Syari at Islam memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku zina, baik pria maupun wanita. Sanksi tersebut diberlakukan wajib dengan hukuman dera 100 kali, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Surat an-nur (24) ayat 2. Selain itu pelaku zina diharamkan kawin dengan mukmin, kecuali kawin dengan kawan berzina atau orang-orang musyrik. Sebagaimana firman Allah QS.an-Nur ayat 3 sebagai berikut : Artinya : Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang 4 Ibid., hal.429.

4 berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.. 5 Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang pelaku zina harus kawin dengan teman zinanya, atau orang musyrik harus kawin dengan orang musyrik pula. Namun kenyataan yang terjadi di masyarakat menunjukan sebaliknya, seorang wanita yang hamil diluar nikah dikawinkan dengan pria yang bukan kawan berzinanya. Pernikahan seperti ini dilakukan karena pria yang menghamilinya tidak bertanggung jawab dan guna menutup aib keluarga wanita yang hamil tersebut maka dikawinkan dengan pria lainnya. Apabila perkawinan itu terjadi antara orang yang sedang hamil diluar nikah atau akibat perzinaan dengan kawan berzinanya, maka hal tersebut tidaklah menimbulkan permasalahan dari segi kebaikannya, dikarenakan ayat ketiga dari surat an-nur di atas memperbolehkannya. Disamping itu dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 53 ayat 1, juga dijelaskan bahwa wanita hamil di luar nikah dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya. Akan tetapi jika pernikahan terjadi antara wanita yang hamil dengan pria yang bukan menghamilinya, para ulama madzhab masih berbeda pendapat tentang kebolehan menikahinya. Imam Syafi i berpendapat bahwa wanita hamil karena zina boleh menikah dengan laki-laki yang menghamilinya atau laki-laki yang bukan menghamilinya, sebab hamil semacam ini tidaklah menyebabkan 5 Ibid., hal 543.

5 haramnya dikawini serta wanita tersebut tidak terikat perkawinan dengan orang lain. Selain itu beliau mengatakan bahwa wanita hamil karena zina tidaklah termasuk golongan wanita yang haram dinikahi. 6 Sedangkan Imam Hambali berpendapat lain, yakni wanita hamil karena berzina tidak boleh dinikahi oleh laki-laki teman berzinanya maupun yang bukan menghamilinya. Kalau ingin dinikahkan maka harus menunggu masa iddahnya habis dahulu serta wanita itu harus bertobat dari perbuatan zinanya itu. 7 Menurut Imam Hanafi bahwa wanita hamil akibat zina boleh melangsukan pernikahan dengan laki-laki yang dengan laki-laki yang bukan menghamilinya. 8 menghamilinya atau Sedangkan menurut pendapat Imam Maliki berpendapat sama dengan pendapat Imam Hambali yaitu wanita hamil akibat berzina tidak boleh dinikahi oleh laki-laki teman berzinanya maupun yang bukan menghamilinya, karena perempuan itu telah menjadi haram baginya kecuali wanita tertsebut telah bertaubat dari perbuatan zinanya dan menunggu masa iddahnya. 9 Sedangkan menurut Imam Ja far ialah nikahnya orang zina itu haram, hingga ia bertaubat, baik dengan pasangan zinanya atau dengan orang lain. 10 Dari latar belakang di atas maka akan diadakan penelitian mengenai Tinjauan Hukum Islam Terhadap Wanita Hamil di luar Nikah 6 Wahbah al-zuhaily, fiqh al Islamy wa Abdillatuhu. Dar al-fikr: Damaskus. 1989, hlm.150 7 Ibid, hal. 150-151 8 Makalah Kawin Hamil dan Implikasinya Terhadap Status Anak yang dilahirkan, tgl 30-03-2010, http=//www.msylhoksuken.go.id/cetak.php?id=g 9 http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/06/27/hukum-nikah-dalam-keadaan hamil/03-05- 2010 10 http://www.google.com/search?hl=en&q=wanita+hamil+menurut+imam+jafar&start=20&sa=n- /03-05-2010, 21.00 wib

6 yang di Nikahi oleh Laki-laki yang Bukan Menghamilinya (Studi Komparasi Imam Mazhab). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat di ambil beberapa permasalahan sebagi berikut : 1. Bagaimana pendapat Imam Mazhab ( Imam Sya fi i, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imama Maliki dan Imam Ja fari) mengenai wanita hamil karena zina yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya serta akibat hukumnya? 2. Bagimanakah perbedaan antara pendapat Imam Mazhab (Imam Syafi i, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Ja fari) mengenai wanita hamil karena zina yang akan dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya serta akibat hukumnya? 3. Bagaiman Persamaan antara pendapat Imam Mazhab (Imam Syafi i, Imam Hambali, dan Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Ja fari) mengenai wanita hamil karena zina yang akan dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya serta akibat hukumnya? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pendapat Imam Mazhab (Imam Syafi i, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Ja fari) mengenai

7 wanita hamil karena zina yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya. 2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara pendapt para Imam Mazhab (Imam Syafi i, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Ja fari) mengenai wanita hamil karena zina yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya serta akibat hukumnya. 3. Untuk mengetahui relevasi pendapat para Imam Mazhab dengan kebutuhan hukum di Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk memperluas cakrawala pandang sekaligus berpartisipasi aktif dalam menyumbangkan pikiran guna menambah hasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum Islam. 2. Manfaat Praktis Agar dapat dijadikan bahan bacaan bagi para pembaca dalam memahami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hukum Islam. E. Kerangka Teoritik Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, maka untuk memahaminya dengan Firman Allah dalam surat Ar-Rad ayat 38 yang berbunyi :

8 Artinya :"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu). 11 Disyari atkannya hukum dalam Islam, secara umum dan dalam arti yang seluas-luasnya adalah dimaksudkan dan bertujuan untuk kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia dalam segala aspeknya, rohani-jasmani, individu-sosial, dunia-akhirat. 12 Dan inilah yang menjadi maksud risalah Muhammad SAW, sebagaimana telah difirmankan Allah dalam QS. Al-Anbiya (21) ayat 107 : Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. 13 Tujuan tersebut dikenal dengan Maqasid as-syari ah selanjutnya terperinci dapat ditinjau dari dua segi yakni dari segi pembuat hukum (Maqasid as-syar i) dan dari segi manusia (Maqasid al-mukallaf) sebagi pelaku dan pelaksana hukum Islam. 11 Departemen Agama RI, al Qur an dan Terjemahan, halm 255 12 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Dar al- fikr al- Arabi: Kairo. 1958, halm.363 13 Op.Cit, halm 508

9 Maqasid as-syari ah (tujuan syari at) dalam arti Maqasid as- Syar i (tujuan syar i) mengandung empat aspek. Keempat aspek tersebut adalah : 1. Tujuan awal dari syari at yakni kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat 2. Syari at sebagai sesuatu yang harus difahami 3. Syari at sebagai suatu hukum taklif yang harus dilakukan, dan 4. Tujuan syari at adalah membawa manusia kebawah naungan hukum. 14 Aspek pertama berkaitan dengan muatan dan hakekat Maqasid as-syari at (tujuan syari at). Aspek kedua berkaitan dengan dimensi bahasa agar syari at dapat dipahami sehingga dicapai kemaslahatan yang dikandungnya. Aspek ketiga berkaitan dengan pelaksanaan ketentuanketentuan syari at dalam rangka mewujudkan kemaslahatan, ini juga berkaitan dengan kemampuan manusia untuk melaksanakannya. Aspek yang terakhir berkaitan dengan kepatuhan manusia sebagai mukallaf dibawah dan terhadap hukum-hukum Allah, atau dalam istilah yang lebih tegas aspek tujuan syari at berupaya membebaskan manusia dari kekangan hawa nafsu. Dalam rangka pembagian Maqasid as-syari ah (tujuan syari at), aspek pertama sebagi aspek inti, sebab aspek pertama berkaitan dengan hakekat pemberlakuan syari at oleh Tuhan. Hakekat atau tujuan awal pemberlakuan syari at adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia. 14 http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/dakwah/09/04/29/47171-tujuan-syariatislam,28-04-2010,19.00 wib

10 Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok dapat diwujudkan dan dipelihara. Kelima unsur pokok itu adalah sebagi berikut : 1. Memelihara jiwa 2. Memelihara agama 3. Memelihar akal 4. Memelihara keturunan, dan 5. Memelihara harta. 15 Dari kelima unsur pokok tersebut di atas, maka yang menjadi fokus dalam menyelesaikan permasalahan menikahi wanita hamil karena zina dan akibat hukumnya adalah unsur pokok keempat yakni, memelihara keturunan. Untuk mengetahui apakah pernikahan wanita hamil karena zina boleh atau tidak, juga akan didekati berdasarkan teori kemaslahatan, yaitu untuk mendatangkan manfaat dan menolak kemadharatan serta kerusakan bagi manusia, sehingga diperbolehkan menikahi wanita hamil karena zina. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Sebaga sebuah penelitian Library Research, penelitian ini ditekankan untuk menelusuri dan menelaah literatur-literatur dan bukubuku pustaka lainnya yang relevan dengan masalah-masalah yang diangkat. 16 15 M. Hasbi ash-shiddieqy, Falsafah Hukum Islam. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Hal 21 16 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung 1981, hal 1.

11 2. Sumber Data Karena peneliti ini termasuk kategori penelitian kepustakaan, maka dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan sumber dan literatur yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis, seperti buku, majalah dan sebagainya. Adapun sumber data penelitian ini adalah : a. Sumber Primer : Al-Qur an dan AL-Hadist, Kitab Bidayatul Mujtahid, karangan Ibnu Rusyd, dan kitab yang berjudul Kitab al fiqh ala al-madzahibi al-arba ah, karangan Abdurrahman al- Jaziri, Fiqih lima Mazhab, karangan Muhammad Jawad Mughniyah. b. Sumber Sekunder : Yaitu buku berjudul Usul Fiqh, karangan Muhammad Abu Zahrah, Buku yang berjudul Falsafah Hukum Islam, karangan M. Hasbi Ash-Shiddiqy, serta sejumlah informasi yang mendukung sumber data primer. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian penulis menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun buku-buku dan dokumentasi yang relevan dengan sumber data dalam penelitian ini. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penelaah secara kritis, sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk di deskripsikan sesuai dengan pokok masalah. 17 17 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan. UGM press: Yogyakarta. 1994, hal 214

12 4. Metode Analisa a. Induktif Yakni menerapkan fakta-fakta yang khusus menjadi suatu pemecahan yang bersifat umum. 18 Penerapannya dalam penelitian ini menganalisis beberapa data yang bersifat khusus. b. Deduktif Yaitu metode berfikir yang didasarkan prinsip pengetahuan atau keadaan yang sifatnya umum kemudian ditarik menjadi kesimpulan yang bersifat khusus. 19 c. Komparatif Yaitu membandingkan antara pendapat imam mazhab untuk dicari titik kesamaan dan perbedaannya. Dalam hal ini yang akan di bandingkan antara pendapat Imam Syafi i, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Ja fari. Dalam hal ini wanita hamil diluar nikah dinikahi laki-laki yang bukan menghamilinya. d. deskriptif kualitatif yaitu memaparkan, mengkaji dan mengaitkan data-data yang diperoleh baik secara tekstual (seperti aslinya) maupu konstektual (pemahaman terhadap data) kedalam tulisan guna mendapatkan kejelasan terhadap permasalahan yang dibahas untuk dipaparkan 18 Sutrisno Hadi, Metedologi Riset. Fak Psikologi UGM: Yogyakarta. 1995, halm 42. 19 Ibid, halm.36

13 dalam bentuk penjelasan. 20 Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang menghasilkan deskriptif, data-data verbal berupa tulisan. Adapun langkah analisis data yang ditempuh oleh penulis dari data-data yang telah diperoleh, penulis berupaya untuk mengkaji dan mengkaitkan data-data tersebut disesuaikan dengan pokok permasalahan untuk mendapatkan kejelasan terhadap permasalahan yang dibahas kemudian dipaparkan dalam bentuk penjelasan. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembatasan skripsi ini, maka penulis menyusun sisitematika skripsi yang terdiri : BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penulisan D. Manfaat Penelitian E. Kerangka teoritik F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan 20 P joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta 1991, Hal. 106

14 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan 2. Tujuan Perkawinan 3. Syarat dan Rukunnya 4. Hukum Perkawinan B. Tinjauan Tentang Calon Mempelai 1. Konsep Hukum Islam Tentang Persyaratan Mempelai Wanita dan Pria 2. Wanita-wanita yang Dilarang di Nikahi BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pandangan Para Imam Mazhab mengenai perkawinan wanita hamil diluar nikah yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya 1. Menurut Imam Syafi i 2. Menurut Imam Hambali 3. Menurut Imam Hanafi 4. Menurut Imam Maliki 5. Menurut Imam Ja fari B. Perbedaan antara Imam Syafi I, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Ja fari mengenai wanita

15 hamil diluar nikah yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya C. Persamaan antara Imam Syafi I, Imam Hambali dan Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Ja fari mengenai wanita hamil diluar nikah yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA