BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

Hakikat Pendidikan dan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

I. PENDAHULUAN. kembang dan berkembang secara optimal (Mansur, 2007:88). Wiyani dalam bukunya, berpendapat bahwa usia dini merupakan masa emas (the


BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. maupun Internasional. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

KTSP TK Dra. Masitoh, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa belajar yang potensial, karena masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan yang akan berpengaruh pada kehidupannya di masa yang akan datang. Masamasa ini menjadi penentuan manusia untuk mengoptimalkan kemampuannya. Oleh karena itu, masa ini sering disebut masa emas (golden ages). Karakteristik anak itu unik, mereka mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan jiwa petualang, kaya dengan fantasi, mudah frustasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek. Periode anak perlu dibekali kemampuan untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada. Peran orang dewasa di sekitar anak, dalam hal ini adalah orang tua dan guru, menjadi sangat penting dalam mengoptimalkan potensi anak, baik fisik, kognitif, spiritual, maupun emosionalnya. Karakteristik anak yang diungkapkan dalam sikap dan perilaku kesehariannya dapat menjadi penentu karakter anak di masa selanjutnya. Berdasarkan teori Santrock dalam Mashar (2011: 4) menyatakan bahwa periode anak merupakan tahap awal kehidupan individu yang akan menentukan sikap, nilai, perilaku, dan kepribadian individu di masa depan. Karakter individu dapat

2 didorong oleh tiga aspek yaitu: kompetensi, keinginan, dan kebiasaan (Sukanta, 2010: 4). Hal ini menjadi penting bagi setiap individu sebagai jembatan untuk dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain. Dengan demikian, periode usia dini menjadi masa kritis bagi anak untuk membentuk karakternya. Kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain merupakan hal dapat dikembangkan dalam pembentukan karakter anak. Dengan memahami diri dan orang lain, anak menjadi lebih dapat mengendalikan perasaannya, menunjukkan toleransi dan kasih sayang, serta memahami kebutuhan orang lain. Oleh karena itu, perkembangan emosi dan sosial anak perlu dikembangkan secara optimal. Tujuan pengembangan emosi pada usia anak-anak adalah untuk mempelajari kemampuan mereka dalam mengambil inisiatif sendiri (Mubayidh, 2006: 65). Pada masa ini, anak mulai belajar dan mengembangkan beberapa keterampilan sosial, serta tumbuhnya pemahaman terhadap diri sendiri, pemikiran, hubungan sosial, dan bahasa. Mereka berusaha untuk menguji kemampuan-kemampuan baru dalam kondisi dan suasana yang beragam. Karakteristik anak dalam perkembangan emosinya memiliki perilaku yang sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dan dorongan hati dan mudah putus asa. Sebagaimana dikemukan oleh Yulianti Parani, sebagai berikut. Bagi anak di bangku Taman Kanak-kanak sudah dapat menyatakan dan melabelkan suatu emosi yang luas. Mereka dapat menguraikan rasa sedih yang mereka alami, rasa marah, atau perasaan senang dan juga menguraikan suatu emosi yang dihasilkan oleh anakanak yang lain. Anak-anak ini menjadi lebih mampu dalam mengendalikan perasaan agresif mereka dan, dengan beberapa bimbingan, dapat belajar untuk mengeluarkan rasa frustasi mereka kepada anak-anak lain dengan menggunakan kata-kata dibanding dan

3 bukan dengan memukul. Anak yang berusaha lima dan enam tahun juga sudah mulai untuk mengembangkan suara hati dan suatu perasaan tentang benar atau salah. Anak yang berusia lima dan enam tahun mengekspresikan rasa humor mereka lewat lelucon atau kata-kata yang tidak masuk akal. Mereka sering menceritakan tentang suatu lelucon tanpa menceritakan bagian inti cerita tersebut dan masih menertawakan cerita mereka sendiri (2009: 77). Dengan melihat perkembangan emosional anak tersebut di atas, masa anak-anak adalah fase pertama mereka mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada setiap orang. Di sinilah pentingnya suatu bimbingan agar anak mampu memahami emosi dirinya dan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini adalah salah satu dimensi dalam kecerdasan emosi (Yusuf, 2008: 113-114). Kecerdasan emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2000: 7). Adapun kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana anak dapat mengenali, mengekspresikan, dan mengelola berbagai macam emosi sesuai dengan petunjuk dalam gerak dan lagu yang diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan sebagai upaya anak dapat memahami perasaan yang dialaminya, sehingga emosi yang diungkapkan dapat dikendalikan secara wajar. Adapun emosi tersebut meliputi beberapa emosi positif yang terdiri dari rasa gembira dan kasih sayang, serta beberapa emosi negatif yang terdiri dari marah, takut, dan rasa sedih. Cerdas secara emosi merupakan salah satu bagian kecerdasan interpersonal sebagaimana dikemukakan oleh Howard Gardner dalam Morisson (2011: 85) yang menjelaskan tentang kecerdasan jamak manusia. Menurut

4 teorinya, anak-anak menunjukkan banyak jenis kecerdasan, sehingga perlu cara untuk menerapkan teori tersebut ke dalam lingkungan anak-anak usia dini. Kecerdasan tersebut sangat bernilai penting dalam menumbuhkan kreativitasnya yang dikendalikan oleh kemauan diri. Dengan demikian, anak perlu diberikan berbagai macam cara yang kreatif untuk lebih mengasah kecerdasannya, termasuk kondisi emosionalnya. Pendidikan anak usia dini (early childhood education/paud) sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter. Perkembangan anak pada usia 0-6 tahun tersebut berbeda satu sama lain dan mereka memiliki karakteristik tersendiri. Upaya-upaya pengembangan anak dapat melalui kegiatan bermain (plays through games). Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi (exploration), menemukan (finding), mengekspresikan perasaannya (expression), dan berkreasi (creation). Di samping itu, bermain juga dapat membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup serta lingkungan tempat anak tinggal atau berada. Pendidikan anak usia dini sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat 14 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah: suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan usia

5 dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh dan menekankan atau memberikan kesempatan pada pengembangan seluruh kepribadian anak. Oleh karena itu, pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik. Pendidikan bagi anak usia dini perlu menstimulasi, membimbing, mengasuh dan menyediakan kegiatan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Penyelenggaraannya dilakukan dengan menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan, yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan, baik koordinasi motorik, kecerdasan emosi, kecerdasan jamak, maupun kecerdasan spiritual. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 28 ayat 3 merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang berada pada jalur pendidikan formal. Siswa TK yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun. Pada hakikatnya, TK adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh kepribadian anak, serta mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Kurikulum untuk siswa TK harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan potensinya secara utuh. Kurikulum tersebut disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak, memberikan kesempatan

6 untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif, emosi dan fisik anak, memberikan dorongan, serta mengembangkan hubungan sosial yang sehat. Konsep belajar yang paling sesuai bagi perkembangan anak usia dini adalah belajar melalui bermain. Dengan cara ini dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi, bereksperimen, dan memanipulasi yang penting untuk merancang pengetahuan dan kontribusi terhadap perkembangan pemikiran yang representatif. Di samping itu, anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya. Aktivitas bermain membuat anak-anak secara naluriah aktif bergerak dan dengan kecenderungan ini mereka menyumbang untuk perkembangannya sendiri sebagai akibat dari upayanya memaknai pengalaman kesehariannya di rumah, di tempat bermain, di sekolah, dan lingkungan masyarakatnya yang lebih luas. Dengan demikian, perlu adanya stimulasi atau pemberian rangsangan yang berasal dari lingkungan di sekitar anak untuk lebih mengoptimalkan aspek perkembangannya. Dalam Kurikulum TK 2004 yang Disempurnakan, pengembangan emosi anak terwujud dalam indikator-indikator pembelajarannya. Salah satunya adalah dapat mengendalikan emosi dengan cara yang wajar (Indikator Sosial Emosional 4.2). Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih mudah diekspresikan melalui kondisi fisiknya. Sebagai contoh seorang anak akan langsung menangis apabila ia merasa sakit atau merasa tidak nyaman. Namun, apabila ia ditanya dengan bagaimana perasaanmu? atau mengapa kamu merasa sakit?, anak akan

7 merasa kesulitan mengungkapkan perasaan dalam bahasa verbal. Dengan demikian, anak-anak belum dapat mengenali perasaan atau kondisi emosi dirinya. Ekspresi anak dalam berkomunikasi secara nonverbal atau melalui bahasa tubuh, terkadang tidak dipahami oleh orang lain, karena setiap anak mengekspresikan kondisi emosinya berbeda antara satu dan lainnya. Ada anak yang senang diberi hadiah hanya dengan senyum-senyum simpul, ada pula yang yang mengekspresikannya dengan berloncat-loncat kegirangan, namun tidak sedikit pula yang bersikap biasa saja, tanpa ekspresi. Ada pula anak ketika dirangsang dengan sesuatu yang mengejutkan dengan berteriak, ada yang hanya dengan ekspresi mulut menganga, ada pula langsung berdiri sambil berlari. Di samping itu, anak-anak belum dapat mengendalikan atau mengelola emosi mereka. Terkadang mereka tanpa ekspresi dalam merasakan emosi dirinya ada pula sambil berguling-guling di lantai ketika mereka sedang marah, sedih, atau bahagia sekali pun. Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka belum mengenal emosi dirinya, belum mampu untuk mengendalikan emosinya sendiri, dan belum memahami kondisi emosi yang dirasakan oleh orang lain. Inilah menjadi ketertarikan peneliti untuk mengetahuinya lebih dalam. Dengan menentukan indikator tersebut, untuk mengoptimalkan perkembangan emosi anak dibutuhkan strategi-strategi tertentu agar tujuan pembelajarannya berhasil. Salah satu strategi pembelajaran untuk dapat menumbuhkan kecerdasan emosi anak dapat dilakukan melalui pembelajaran gerak berirama.

8 Pembelajaran gerak berirama merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang disukai oleh anak-anak karena sifatnya seperti sebuah permainan. Permainan sebagai sarana dalam proses pembelajaran anak dapat memberikan makna dan pengalaman dalam kehidupannya. Dalam bermain anak dapat menerima berbagai rangsangan yang membuat dirinya senang dan juga menambah pengetahuan anak. Permainan yang ditujukan untuk pembelajaran harus memenuhi syarat sesuai dengan perkembangan anak yang diperoleh melalui kegiatan melihat, mendengar, meraba, dan merasakan dalam setiap kegiatan bermain untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, kiranya permainan sebagai media pembelajaran anak seyogyanya dapat mengembangkan berbagai multi kecerdasan. Pembelajaran gerak berirama dipilih karena dalam pembelajaran ini terdapat dua unsur utama yaitu gerak dan irama. Gerak dan irama merupakan dua hal yang identik dengan kegemaran anak-anak sehari-hari. Mereka suka bergerak, apalagi bila sudah mendengar musik yang disukainya. Dalam memberikan pengetahuan tentang pemahaman ekspresi emosi, anak-anak dapat meniru gerak yang dilakukan oleh gurunya, dan hal ini menjadi sangat berharga dibanding hanya dengan kata-kata. Gerak dapat menjadi media untuk merefleksikan keinginan-keinginan atau merupakan bentuk pernyataan spontan dan gerak batin manusia. Oleh karena itu, gerak-gerak yang akan digunakan sebagai bahan dalam pembelajarannya adalah gerak-gerak yang bermakna sebagai bahasa tubuh yang menunjukkan keadaan ekspresi emosi tersebut. Geraknya terdiri dari gerak

9 sehari-hari dan gerak yang distilisasi dan kemudian dibentuk sedemikian rupa sebagai gerak locomotor (berpindah) dan non locomotor (tidak berpindah). Adapun musik yang digunakan sebagai stimulus anak untuk memahami ekspresi emosi dinilai efektif, karena ketika seseorang mendengarkan musik terdapat reaksi emosi yang mungkin akan mengubah perilakunya (William James dalam Djohan, 2010: 63). Musik sebagai bagian dalam pembelajarannya adalah musik yang dapat membangkitkan emosi anak, baik emosi yang bersifat positif, maupun yang bersifat negatif. Musik tersebut diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak dalam mengungkapkan pikiran melalui nada, emosi (rasa) dan gerak. Hal ini karena pada hakekatnya musik merupakan bahasa nada yang dapat didengar dan dikomunikasikan. Musik menjadi bahasa emosi yang mengungkapkan perasaan emosi anak melalui bahasa gerak yang terwujud dalam birama, irama, dan melodi. Bentuk unsur-unsur musik yang digunakan disesuaikan dengan karakter dari pengekspresian emosi-emosi yang diharapkan dapat diciptakan sendiri oleh anak melalui gerakan-gerakan. Pembelajaran gerak berirama adalah pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar bagi peserta didik melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik, emosi, sosial, dan intelektual siswa (Delphi, 2005: 11). Gerak irama merupakan suatu ilmu (science), karena disusun secara sistematik, terarah, dan berguna bagi kepentingan manusia. Ilmu gerak irama sebagai terapan bagi seorang guru untuk menyusun dan merancang program pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas sebagai media untuk mengatasi kesulitan-kesulitan peserta didik yang

10 berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi, mengatur emosi diri, meningkatkan daya pikir dalam penguasaan materi belajar di sekolah. Menurut Delphi (2005: 7), selain sebagai ilmu, gerak irama juga dapat dikatakan sebagai seni (art) disebabkan dalam ilmu yang terkandung dalam Gerak Irama, terdapat pola gerak manusia atau body movement sebagai gabungan antara alur gerak dan simfoni irama dari tubuh manusia secara alamiah. Ilmu gerak irama memerlukan banyak latihan-latihan untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan kepada anak, baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Keharmonisan anak secara berkelompok dalam pelaksanaan pembelajaran gerak berirama merupakan hasil kerja sama mereka. Dalam membangun kekompakan, secara tidak langsung perasaan ingin menang sendiri pada anak mulai menghilang, perasaan setia kawan muncul semakin erat, rasa saling menghargai dan semuanya datang secara alami. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak harus efektif dan efisien dengan melihat karakteristik anak agar pembelajaran tercapai, guru harus menguasai metode dan tujuan. Seorang guru dalam praktek sehari-hari mampu menyeimbangkan serta menerapkan berbagai teori pengajarannya, agar bervariasi dan tidak menimbulkan kejenuhan bagi anak yang sedang belajar. Sehubungan dengan itu guru harus terlebih dahulu memperoleh informasi tentang bagaimana karakteristik anak, maka guru mendapat masukkan yang dijadikan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memilih dan menerapkan

11 metode yang tepat dalam pembelajaran, Dengan demikian, materi yang diajarkan mendapat perhatian dan menumbuhkan minat belajar anak. Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak perlu adanya suatu pembelajaran untuk menyeimbangkan antara pelajaran kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini sebagai salah satu upaya untuk mengkaji dan menganalisis pembelajaran tersebut apakah dinilai tepat dan efektif sebagai satu bentuk model pembelajaran. Untuk itu, maka tesis ini berjudul Pembelajaran Gerak Berirama untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini. Pembahasan kecerdasan emosi dalam penelitian ini dibatasi pada aspek mengenal emosi diri dan mengekspresikan emosi secara wajar. Adapun pembelajaran gerak berirama yang dilakukan adalah lagu-lagu yang menunjukkan kondisi emosi gembira, kasih sayang, sedih, takut, dan marah. Batasan pembahasan tersebut dilakukan agar penelitian lebih mendalam yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan anak dalam mengembangkan aspek emosi dan fisiknya. B. Identifikasi Masalah/Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran gerak berirama yang dilakukan di Taman Kanak-kanak, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak. Kecerdasan emosi yang dimaksudkan dalam penelitian ini merujuk pada aspek mengenal emosi diri dan mengekspresikan emosi secara wajar. Oleh karena itu, untuk menjawab semua permasalahan yang dimaksudkan di atas, maka diperlukan sebuah rumusan dalam bentuk pertanyaan penelitian di antaranya adalah:

12 1. Bagaimana gerak dan irama yang dapat meningkatkan emosi positif dan mengendalikan emosi negatif anak usia dini? 2. Bagaimanakah proses pembelajaran gerak berirama untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini? C. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah/Operasional 1. Variabel Penelitian Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dibagi dalam beberapa variabel yang dijadikan landasan penelitian di antaranya yaitu: a. Pembelajaran Gerak Berirama b. Kecerdasan Emosi c. Anak Usia Dini Untuk variabel Pembelajaran Berbasis Gerak Berirama lebih pada proses belajar mengajar yang akan dilakukan, kemudian variabel Kecerdasan Emosi lebih pada fokus aspek yang akan menjadi tujuan pembelajaran. Adapun istilah anak usia dini lebih menitikberatkan pada pengertian secara umum dan Taman Kanak-kanak secara khusus sebagai salah satu tingkatan lembaga pendidikan formal. 2. Definisi Operasional Dari variabel penelitian, kemudian saya akan membatasi beberapa istilah dalam bentuk definisi operasional, di antaranya:

13 a. Pembelajaran Gerak Berirama Pembelajaran Gerak Berirama merupakan pembelajaran yang memperhatikan keberadaan dan kebutuhan peserta didik dalam upaya mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik, emosi, sosial dan intelektual setiap peserta didik. Fungsi pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani, keterampilan gerak, daya nalar dan tingkat kecerdasan, kehidupan yang kreatif, rekreatif, dan kemampuan bermasyarakat atau sosialisasi (Delphi, 2005: 11). b. Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi adalah kemampuan, kapasitas, atau keterampilan seseorang untuk dapat menerima, mengukur dan mengatur emosi dirinya sendiri, orang lain, atau bahkan kelompok sehingga memudahkannya berinteraksi sehari-hari. Kecerdasan emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2000: 7). Dalam program pembelajaran di Taman Kanak-kanak, kecerdasan emosi merupakan salah satu bidang pengembangan pembiasaan yang dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat

14 menolong dirinya sendirinya dalam rangka kecakapan hidup (Rusdiyani, 2005: 17). c. Anak Usia Dini Anak Usia Dini adalah sekelompok anak dalam rentang 0-6 tahun yang memiliki keunikan tersendiri, mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan jiwa petualang, kaya dengan fantasi mudah frustasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek (Solehudin, 2000). Subjek penelitian dibatasi pada anak dalam rentang usia empat hingga enam tahun yang memiliki karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, kognitif atau intelektual, sosial-emosional, serta bahasa. Anak-anak tersebut adalah siswa Taman Kanak-kanak atau Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di jalur formal. Dalam penilitian ini menggunakan sampel penelitian yaitu TK PGRI 1 Rangkasbitung. TK PGRI 1 Rangkasbitung merupakan lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya secara menyeluruh, serta mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari rencana penelitian ini secara umum adalah untuk menemukan sebuah model yang representatif untuk mengembangkan kecerdasan

15 emosional anak usia dini melalui pembelajaran gerak berirama. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan juga untuk: a. Memperoleh gambaran gerak dan irama yang dapat meningkatkan emosi positif dan mengendalikan emosi negatif anak usia dini. b. Mengetahui proses pembelajaran gerak berirama yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian Signifikansi dari penelitian ini akan berusaha menemukan bagaimana proses pembelajaran gerak berirama untuk anak usia dini dalam menumbuhkan kecerdasan emosi anak usia dini. Kemudian setelah berhasil penelitian ini dideskripsikan, dianalisa serta dikaji dengan beberapa teori dan pengalaman emprik sehingga dapat ditemukan bagaimana proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. Penelitian ini merupakan upaya pencarian model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berarti pada pengembangan model pembelajaran sebagai stimulus kecerdasan emosi anak usia dini (TK) melalui pembelajaran gerak berirama. Adapun manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah formulasi bagi guru-guru TK dalam mendidik karakter kecerdasan emosi (mengenali ekspresi emosi), serta berdampak positif pada perubahan sikap dan perilaku siswa.

16 F. Asumsi Penelitian Upaya menumbuhkan kecerdasan emosi anak memerlukan berbagai pendekatan terutama pendekatan yang mengarah pada tujuan pembelajarannya. Pembelajaran Gerak Berirama merupakan pembelajaran yang memperhatikan keberadaan dan kebutuhan peserta didik dalam upaya mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik, emosi, sosial dan intelektual setiap peserta didik. Fungsi pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani, keterampilan gerak, daya nalar dan tingkat kecerdasan, kehidupan yang kreatif, rekreatif, dan kemampuan bermasyarakat atau sosialisasi. Hal ini tentu dapat menumbuhkan kepekaan rasa dan mengekspresikan berbagai macam emosi bagi anak melalui pembelajaran gerak berirama. Kepekaan dan ekspresi atas emosi inilah yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan kecerdasan emosi anak, sehingga terdapat perubahan perilaku anak yang lebih baik setelah pembelajarannya. Anak usia TK adalah usia bermain dengan karakteristik anak usia TK adalah pebelajar aktif, mereka suka bergerak dan senang bernyanyi, sehingga anak-anak akan tahu dan mengerti pada sesuatu melalui pembelajaran gerak irama. G. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan terhadap siswa TK PGRI Rangkasbitung Kelompok Jumlah responden yang dijadikan sebagai subyek penelitian terdiri dari 58 orang siswa. Diharapkan penelitian ini dapat

17 meningkatkan kecerdasan emosi dalam memahami dan mengenali ekspresi emosi anak usia dini (TK) melalui gerak irama. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Studi Pendahuluan: Mengkaji tentang pelaksanaan peningkatan kecerdasan emosi dalam hal ini pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi yang terdapat di TK PGRI 1 Rangkasbitung; Mengkaji tentang kompetensi guru sebagai pelaksana proses pendidikan di lapangan perihal pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi; Menginventarisir fasilitas penunjang yang disediakan lembaga sehubungan dengan materi pembelajaran di TK PGRI 1 Rangkasbitung; Mengadakan kerjasama antara peneliti dengan lembaga untuk mengembangkan pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi; Identifikasi permasalahan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan implementasi pengembangan pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi; Menghubungkan antara realitas dengan harapan ideal perihal pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi; Menjawab persoalan kesenjangan antara realitas dengan idealitas secara teoritik; Memberikan solusi berupa penawaran bentuk pembelajaran. 2. Pengembangan model: Mempersiapkan gerak dalam bentuk lagu. Sebagai media pembelajaran pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa; Menyiapkan beberapa orang instruktur untuk mengimplementasikan konsep model; Melatihkan berbagai bahasa ungkap emosi, baik visual, verbal, musikal, dan spasial.

18 3. Validasi: Secara konseptual akan dilakukan diskusi dengan para pakar di antaranya dengan para pakar pendidikan anak usia dini, praktisi pendidikan anak usia dini, pakar psikologi anak, pakar pendidikan seni musik, serta para pakar pendidikan seni tari; Secara empirik akan menggunakan data lapangan. 4. Implementasi Model dilakukan dengan cara menunjuk implementator yang berasal dari guru TK tempat penelitian dilaksanakan. Tugas implementator adalah mengimplementasikan konsep-konsep perlakuan yang telah dipersiapkan peneliti dan mengumpulkan data. 5. Evaluasi dilakukan melalui tes tindakan pada setiap akhir perlakuan secara parsial bagian demi bagian dan diakhir perlakuan secara integral berupa presentasi hasil latihan secara keseluruhan. 6. Lokasi Penelitian dilaksanakan di TK PGRI 1 Rangkasbitung yang beralamat di Jalan H.M Iko Djatmiko No. 4 Rangkasbitung Banten. Lokasi ini dipilih karena sekolah tersebut menerapkan pembelajaran gerak berirama dalam setiap materinya. Selain itu, lembaga ini juga sudah memiliki prestasi yang cukup baik sampai saat ini dalam pengalaman penerapan pembelajaran di lingkungan regional. Adapun materi yang digunakan pada model pembelajaran adalah model dengan menggunakan bentuk gerak dan lagu yang berisi berbagai macam ekspresi emosi yang dapat diamati melalui ekspresi wajah dan gerak yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelompok B (5-6 tahun) dengan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 58 orang siswa. Hal ini karena kelompok B dianggap sudah akrab dengan lingkungan, guru-guru, dan teman-temannya,

19 sehingga besar kemungkinan anak sudah terbiasa berinteraksi dengan teman ataupun guru, termasuk meluapkan ekspresi emosinya melalui ekspresi wajah dan gerak melalui materi yang diberikan.