BAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

dokumen-dokumen yang mirip
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

4. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Pro-

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat besar dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, disinilah

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

KAJIAN MANAJEMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Pelaksanaan SI dan SKL

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

DAFTAR ISI. Kata Pengantar 1. Daftar Isi 2

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

PENYUSU S NA N N KTSP

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Implikasinya terhadap Tugas Guru Matematika SMP/MTs dalam Pengembangan KTSP)

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

BSNP PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat meningkat, hal ini seiring dengan makin berkembangnya

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan. masyarakat dan bangsa yang mampu mengembangkan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran yang selalu diujikan pada ujian nasional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM BSNP, SATUAN PENDIDIKAN, PUSAT KURIKULUM,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. yaitu membekali diri dengan pendidikan. Terdapat pengertian pendidikan menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum pendidikan di negara kita mengalami beberapa kali perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 sampai dengan tahun 2006. Adanya perubahan kurikulum pada dasarnya merupakan upaya untuk memperbaiki kurikulum terdahulu. Dalam kurikulum yang baru tentunya terdapat hal-hal yang baru pula dan merupakan suatu inovasi dalam pendidikan. Inovasi muncul karena ada yang menggerakkannya. Halfman, Macvicar, Martin, Taylor dan Zacharias (Zais:1976) mengemukakan bahwa inovasi-inovasi pendidikan sering muncul akibat prakarsa dari seseorang atau kelompok orang. Hal ini mengandung arti bahwa selama seseorang atau kelompok orang itu aktif bekerja maka inovasi akan hidup, dan ketika berhenti bekerja maka inovasi akan mati. Upaya yang dapat dilakukan seseorang atau kelompok orang untuk berinovasi guna memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum adalah berpikir lalu bertindak. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai diberlakukan pada tahun 2006 merupakan kurikulum terbaru di Indonesia. Untuk itu para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan disarankan untuk menjadikan KTSP sebagai rujukan dalam pengembangan kurikulum (Sanjaya, 2008:127). KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi kepada pencapaian kompetensi dengan memuat unsur-unsur Standar Kompetensi dan Kompetensi

2 Dasar (SK dan KD). Di dalam KTSP juga terdapat prinsip dalam pengelolaan kurikulum yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS). SK dan KD merupakan penjabaran dari Standar Isi (SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). SK dan KD diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Untuk selanjutnya, SI dan SKL harus dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan diberi kewenangan untuk menterjemahkan SK dan KD dengan mempertimbangkan karakteristik dari masing-masing satuan pendidikan dan mengembangkan muatan lokal yang ada di daerah masing-masing. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan agar KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada BSNP. Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional (TPN). Standar Nasional Pendidikan terdiri dari Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Dari kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, SI dan SKL

3 merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum (Rusman, 2008). KTSP lahir dari semangat otonomi daerah dimana urusan pendidikan tidak semuanya menjadi tanggung jawab pusat akan tetapi sebagian menjadi tanggung jawab daerah (Sanjaya, 2008:128). KTSP memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi KTSP sesuai dengan SI dan SKL yang disusun oleh BSNP. Secara teoretik, KTSP direncanakan sedemikian baik oleh para pengembang kurikulum di tingkat Pusat, namun secara faktual KTSP belum dapat diimplementasikan dengan baik oleh para pengembang kurikulum di tingkat daerah ataupun di tingkat satuan pendidikan. Hal ini melihat kenyataan bahwa banyak Guru dan Kepala Sekolah/ Kepala Madrasah belum bisa menyusun KTSP secara benar. Ini diduga para pengembang kurikulum tersebut belum bisa menterjemahkan SI dan SKL dengan baik. Kalau benar demikian, tentunya dalam mengimplementasi KTSP juga tidak akan maksimal. Para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan harus aktif dalam mengembangkan KTSP yang merupakan kurikulum pembaharu dan penyempurna dari kurikulum sebelumnya. Tidak malah bertindak pasif atau enggan melakukan pembaharuan pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Zamroni (1993) terhadap guru-guru SD, SLTP, SLTA di pulau Jawa menunjukkan bahwa para guru di berbagai jenjang pendidikan, umumnya memiliki perilaku yang enggan melaksanakan pembaharuan. Ini merupakan

4 suatu hal yang ironi dalam dunia pendidikan mengingat guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Kamarga (1994:1) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan diantara faktor pendidik, peserta didik, kurikulum dan faktor lingkungan. Pendapat ini senada dengan Sanjaya (2008) yang mengutarakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya adalah faktor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan. Para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan sebagai pelaksana kurikulum sudah semestinya memahami hal-hal yang esensiil dalam mengimplementasikan kurikulum baru. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dalam implementasi kurikulum karena banyak pelaksana kurikulum (Kepala Sekolah/ Kepala Madrasah, Guru, dan Pengawas) tidak memahami apa yang diinginkan oleh kurikulum baru (Hasan, 2007). Penelitian terdahulu juga menemukan adanya motivasi guru dalam membuat rencana pembelajaran adalah hanya untuk melengkapi syarat administrasi, dan bukan untuk diimplementasikan (Hasbullah, 2007:224). Kemudian terdapatnya implementasi pembelajaran yang berpusat pada guru (Ervawi, 2005:116). Sedangkan Asy ari (1998:165) menemukan adanya kelemahan guru dalam melaksanakan kurikulum disebabkan oleh kurangnya bimbingan dari Kepala Sekolah berkaitan dengan perencanaan kurikulum.

5 Melihat kenyataan tersebut peneliti merasa resah dan berkeinginan untuk mengadakan penelitian terhadap implementasi kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Adapun mata pelajaran yang menjadi perhatian peneliti adalah mata pelajaran Matematika. Kurikulum SMA/ MA kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Sedangkan pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Pengembangan diri merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi dan/atau di bimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan. Kelas X merupakan kelas terendah pada SMA/ MA. Di kelas X ini, siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan hasil belajarnya secara optimal karena nantinya di kelas yang lebih tinggi, siswa akan dikelompokkan dalam program penjurusan. Selain memperhatikan kemampuan hasil belajar siswa, dalam penjurusan ini guru juga memperhatikan minat dan bakat siswa. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan semua jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum pendidikan di semua kelas, baik itu di tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAK, mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran wajib. Struktur kurikululm SMA/ MA meliputi

6 substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan SKL dan SK mata pelajaran. Berdasarkan panduan dari BSNP, di semua kelas yang ada di SMA/ MA maupun di SMK/ MAK kecuali untuk kelas XI dan XII program Bahasa SMA/MA, mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dengan jumlah jam pelajaran (JPL) terbesar diantara mata pelajaran yang lainnya, yakni berjumlah empat JPL/ Semester. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 45 menit. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat JPL/ minggu secara keseluruhan. Sebenarnya cukup bagi siswa untuk mendalami mata pelajaran Matematika dengan JPL seperti tersebut diatas. Namun ada indikasi bahwa guru tidak bisa menterjemahkan konsep dari SK dan KD sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini memungkinkan siswa tidak bisa memahami materi pelajaran dengan baik sehingga berakibat rendahnya hasil belajar siswa. Kalau dibandingkan dengan jenjang pendidikan SMP/ MTs, Laporan Hasil Ujian Nasional Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas, 2005) mengungkapkan bahwa nilai rata-rata Ujian Nasional Matematika tahun pelajaran 2004/2005 adalah 6,58. Pencapaian angka ini menunjukkan bahwa prestasi Matematika rata-rata siswa di Indonesia sebenarnya cukup bagus namun perlu untuk lebih ditingkatkan. Hal ini mengingat bahwa hasil tes Trends in International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) (Mullis, et al., 2003) yang diselenggarakan International

7 Association for Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang diumumkan secara internasional pada 14 Desember 2004 menunjukkan bahwa kemampuan Matematika siswa kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) Indonesia masih cukup memprihatinkan, yaitu berada di peringkat ke-35 dari 46 negara. Tes yang diselenggarakan TIMSS empat tahun sekali tersebut menempatkan negara tetangga, Singapura menduduki peringkat tertinggi dalam rata-rata pencapaian nilai TIMSS bidang Matematika, dan Malaysia berada di peringkat ke-10. Kemampuan siswa kelas dua SMP Indonesia sangat lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis) namun relatif baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur. Dalam sebuah papernya yang berjudul Essential Mathematics for the 21 st Century (Posamentier & Stepelmen, 1990), National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menempatkan pemecahan masalah sebagai urutan pertama dari 12 komponen esensial Matematika. Paper ini menyatakan bahwa belajar menyelesaikan masalah adalah alasan prinsipil untuk mempelajari Matematika. Lebih lanjut NCTM (2000) juga mengatakan bahwa pemecahan masalah bukanlah sekedar tujuan dari belajar Matematika tetapi merupakan alat utama untuk bekerja dalam Matematika. Terkait dengan hal ini, Wahyudin (2003:3) mengatakan bahwa pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam Matematika tetapi juga merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian kemampuan pemecahan masalah membantu seseorang secara baik dalam hidupnya.

8 Kontribusi pendidikan Matematika menurut Suryadi (2007) dapat ditinjau dari tiga hal yaitu kebutuhan perkembangan anak, masyarakat dan dunia kerja. Agar materi Matematika yang diberikan dapat menunjang kebutuhan perkembangan anak, maka dalam pengembangan kurikulumnya perlu memperhatikan perkembangan kognitif anak dan kemampuan berpikirnya serta tuntutan kemampuan dasar Matematika (conceptual understanding, procedural fluency, productive disposition, strategic competence, dan adaptive reasoning) yang diperlukan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu kemampuan berpikir Matematika yang relevan untuk menunjang kehidupan di masyarakat dan dunia kerja serta memungkinkan dikembangkan melalui kegiatan bermatematika (doing mathematics) perlu juga menjadi perhatian yang serius. Dari uraian-uraian diatas, yang menjadi dasar permasalahannya adalah bagaimana guru menterjemahkan SK dan KD dengan baik, lalu guru menuangkan SK dan KD tersebut ke dalam dokumen kurikulum, kemudian guru dan siswa memanfaatkan waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran Matematika secara optimal. Dasar permasalahan ini nantinya akan dijawab peneliti berkenaan dengan perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulum mata pelajaran Matematika. Dari penelitian nantinya bisa diperoleh gambaran tentang penterjemahan SK dan KD; perencanaan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); proses pembelajaran yang terjadi; beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam proses implementasi kurikulum; serta proses penilaian hasil belajar siswa.

9 Implementasi memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengembangan kurikulum karena implementasi digunakan oleh guru untuk mengaktualisasikan dokumen kurikulum yang telah dibuatnya guna membelajarkan siswa dan mencapai hasil belajar yang diharapkan. Dokumen kurikulum meskipun telah dibuat sedemikian bagus namun bila susah diimplementasikan maka tidak ada artinya. Demikian pula sebaliknya, proses implementasi tidak akan dapat berjalan dengan bagus bila dokumen kurikulum dibuat tanpa perencanaan yang matang. Penelitian ini juga dapat untuk melihat apakah hasil penelitian-penelitian terdahulu masih terjadi atau tidak. Dari hasil penelitian nantinya juga akan terlihat seberapa penting peranan guru dalam proses pengembangan kurikulum. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa guru adalah salah satu faktor tercapainya pendidikan yang berkualitas; guru adalah salah satu faktor yang berpegaruh dalam kegiatan sistem pembelajaran; namun guru menjadi salah satu kelemahan dalam implementasi. Sedangkan bila melihat posisi mata pelajaran Matematika, tercatat bahwa jumlah JPL mata pelajaran Matematika termasuk yang terbanyak diantara mata pelajaran yang lain namun hasil belajar siswa-siswi Indonesia tergolong masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari hal-hal diatas maka peneliti memandang bahwa penelitian dengan pendekatan kualitatif dan metode studi evaluasi kualitatif ini penting karena penelitian ini dapat mengungkap hal-hal yang terjadi dalam proses pengembangan kurikulum secara mendalam dan komprehensif sehingga hasil

10 penelitian dapat memberi solusi untuk memperbaiki dan menyempurnakan praktek implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. B. RUMUSAN MASALAH MAN Yogyakarta III adalah Madrasah Aliyah milik Departemen Agama Republik Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Sleman sehingga masuk ke dalam naungan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Madrasah ini tergolong favorit untuk dijadikan tempat pendidikan formal bagi lulusan SMP/ MTs. Banyak prestasi di tingkat lokal sampai nasional telah diukir oleh siswa-siswi Madrasah ini. Namun dari tahun ke tahun, prestasi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran Matematika masih tetap rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain di Madrasah ini. Bahkan dibandingkan dengan SMAN favorit di Yogyakarta, prestasi hasil belajar mata pelajaran Matematika belum bisa diandalkan. Padahal MAN Yogyakarta III mempunyai guru Matematika yang berpengalaman, siswa yang relatif pandai serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu diduga ada kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam implementasi kurikulum mata pelajaran Matematika. Kendalakendala tersebut menghambat terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Padahal menurut Kamarga (1994:1), pendidikan berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan diantara faktor pendidik, peserta didik, kurikulum dan faktor lingkungan.

11 Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka rumusan masalah yang menjadi inti kajian penelitian adalah Bagaimana Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. C. PERTANYAAN PENELITIAN Agar penelitian ini lebih terarah, efektif dan efisien maka pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pengembangan Silabus dan RPP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III? 2. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III? 3. Apa kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi KTSP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III? 4. Bagaimana proses penilaian yang dilakukan guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengungkap hal-hal yang terjadi dalam proses pengembangan kurikulum yang meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan praktek implementasi KTSP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. Hal-hal yang termasuk dalam tujuan umum adalah memperoleh gambaran secara holistik pemahaman guru dalam menterjemahkan konsep

12 KTSP mata pelajaran Matematika sesuai dengan Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar, memperbaiki prestasi hasil belajar serta menciptakan kompetensi siswa. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengevaluasi terhadap implementasi KTSP mata pelajaran Matematika, dengan rincian sebagai berikut : 1. Untuk mengevaluasi pengembangan Silabus dan RPP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. 2. Untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. 3. Untuk mengevaluasi kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. 4. Untuk mengevaluasi penilaian yang dilakukan guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini menggunakan studi evaluasi kualitatif terhadap implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di kelas X MAN Yogyakarta III. Sumbangan/ manfaat penelitian ini terhadap penelitian kualitatif adalah : 1. Untuk dapat dimanfaatkan oleh peneliti kualitatif yang menggunakan pendekatan teoretisasi data (grounded theory approach) dalam mengembangkan teori dasar yang memenuhi kriteria metode ilmu pengetahuan yang baik, diantaranya adalah adanya kebermaknaan, adanya

13 kesesuaian antara teori dan observasi, adanya ketepatan dan ketelitian, serta dapat dibuktikan. Kreatifitas peneliti kualitatif memungkinkan peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan data dan melakukan pembandingan antara pandangan yang baru tentang fenomena dengan rumusan teori yang baru pula. Dari fenomena-fenomena baru yang muncul maka akan diperoleh teori baru yang grounded. Data penelitian ini dikumpulkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan tanpa interpretasi peneliti sehingga subyek penelitian sebagai informan bisa mengungkapkan data secara spontan, menyeluruh, mendalam dan penuh makna. 2. Untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak pengembang KTSP SMA/ MA terutama dalam dua hal yaitu (a) perbaikan dan penyempurnaan komponen pembelajaran, dan (b) penyempurnaan pola program pembelajaran. 3. Penelitian ini juga bermanfaat untuk dijadikan sebagai salah satu landasan dalam pengembangan dan proses implementasi KTSP mata pelajaran Matematika dengan mempergunakan model Grass-roots sebagai model pengembangan KTSP.