Tingkat Partisipasi Masyarakat... Risky Marharani

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi reliefnya secara umum berupa dataran rendah yang digunakan

Hubungan Kondisi Sosial... Isrokiyah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI GANDORIAH DI KOTA PARIAMAN JURNAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Potensi fisik Karangasri meliputi: kondisi hidrologi, aksesibilitas,

BAB III METODE PENELITIAN

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Profil Air terjun Curug (Dwi Arini)

Potensi dan Upaya (Isti Rahmawati)

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan,

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GIANYAR DALAM PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA ALAM AIR TERJUN TEGENUNGAN

PERSEPSI WISATAWAN TENTANG DESTINASI WISATA PANTAI PASIR JAMBAK KOTA PADANG RIO NALDO PAKPAHAN /2011

PERSEPSI WISATAWAN TENTANG DAYA TARIK WISATA PEMANDIAN TIRTA ALAMI KABUPATEN PADANG PARIAMAN NINI FEBRINA

LAMPIRAN I. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pariwisata di Desa Wisata Wukirsari yaitu: penyedia makanan. penyedia makanan paket outbond.

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah

Lokasi Gedung Perpustakaan Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Perpustakaan Umum Kabupaten Gianyar Tahun 2016

KEPARIWISATAAN PANTAI BARU DAN KONTRIBUSINY TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA DESA PONCOSARI KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

BAB I PENDAHULUAN. Langit, Grojokan Kedung Kayang, Pemandian Air Hangat Candi Umbul,

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perkembangan kepariwisataan Wediombo semakin maju dengan

POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI MENGANTI DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN

PERSEPSI PENGUNJUNG TENTANG FASILITAS WISATA DI OBJEK WISATA LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SITHY FATIMAH

TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA TENAGA KERJA PEREMPUAN INDUSTRI BATIK DI DESA TRUSMI KULON KECAMATAN PLERED KABUPATEN CIREBON

RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Isrokiyah NIM

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) adalah cara -cara yang digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB III METODE PENELITIAN

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan wisata saat ini sedang menjadi gaya hidup (lifestyle) di berbagai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Penelitian

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL RINGKASAN SKRIPSI

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEJURUAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SMK N 1 PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin

Potensi dan Strategi Pengembangan Pariwisata di Kelurahan Tahunan (Ummi Khoiriyah)

1. Lia Nur Fitriana 2. Wiwik Sri Utami S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. ancer-ancer kegiatan yang akan dilaksanakan (Suharsimi Arikunto, 1998: 44).

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. 29

III. METODE PENELITIAN. sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

Edu Geography

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

Kajian sosial ekonomi-... (Rizki Hari Nur C.)

BAB V PENUTUP. Hasil pembahasan dari gambaran sebaran dan pengujian hipotesis mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

PENILAIAN POTENSI TAMAN WISATA WIRA GARDEN KELURAHAN BATU PUTUK TAHUN 2014 JURNAL. Oleh. Bety Tri Astuti ( )

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AN EXPLORATION STUDY OF SOCIOECONOMIC CONDITIONS OF NGLINGGO TOURISM VILLAGE, PAGERHARJO VILLAGE, SAMIGALUH DISTRICT, KULONPROGO REGENCY

ANALISIS PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU CIPONDOH

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak

IN NORTH WANAREJAN VILLAGE TAMAN DISTRICT PEMALANG REGENCY

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

Oleh: Zain Amri Yahya Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI SAMBIROTO 2 KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN

BAB IV A. KESIMPULAN. Terjun Parang Ijo.Berdasarkan pengamatan dilapangan maka dapat mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WISATAWAN MEMILIH DAERAH KUNJUNGAN WISATA DI PARAPAT DAN TUKTUK SIADONG. DisusunOleh:

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

PERAN DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA DAN KOMINFO DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AIR TERJUN TANAH MERAH DI KELURAHAN TANAH MERAH KECAMATAN SAMARINDA

BAB IV GAMBARAN UMUM

PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGELOLAAN OBJEK PARIWISATA PANTAI LAMPUUK KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

KONTRIBUSI TEMPAT WISATA AIR HANGAT NGANGET TERHADAP KONDISI EKONOMI RUMAH TANGGA

PENILAIAN POTENSI OBJEK WISATA PULAU MENGKUDU KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh AZNI FAJRILIA

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN OBJEK WISATA AIR PAOH DI DESA PANGKALAN BUTON KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan metode

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti dalam melakukan penelitian agar data dapat dikumpulkan secara. yang ingin dicapai (Moh. Pabundu Tika, 2005: 12).

Transkripsi:

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PUNTHUK MONGKRONG DI DUSUN ONGGOSORO DESA GIRITENGAH KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG THE LEVEL OF PUBLIC PARTICIPATION IN THE DEVELOPMENT OF TOURISM OBJECTS PUNTHUK MONGKRONG IN GIRITENGAH VILLAGE BOROBUDUR DISTRICT MAGELANG REGENCY Oleh: Risky Marharani, Jurusan Pendidikan Geografi, FIS, UNY, Email: marharanirisky@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Tingkat partisipasi masyarakat dan 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong di Dusun Onggosoro Desa Giritengah Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan keruangan (spatial approach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong di Dusun Onggosoro secara keseluruhan termasuk kedalam kategori sedang. Tingkat partisipasi masyarakat terdiri dari: (a) Tahap perencanaan termasuk kedalam kategori rendah dengan rata-rata 74% responden, (b) Tahap pelaksanaan termasuk kedalam kategori sedang, dengan rata-rata 53% responden, (c) Tahap pemanfaatan termasuk kedalam kategori rendah dengan rata-rata 57% responden, dan (d) Tahap evaluasi termasuk kedalam kategori rendah dengan rata-rata 97% responden; (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat antara lain adalah faktor internal yang berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan, serta faktor eksternal yang berupa jarak tempat tinggal dengan lokasi obyek wisata dan ada tidaknya peran stakeholder yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Kata kunci: pariwisata, Punthuk Mongkrong, tingkat partisipasi ABSTRACT This study aims to determine: 1) the level of community participation and 2) Factors that influence the level of public participation in the development of tourism attractions Punthuk Mongkrong in Dusun Onggosoro, Giritengah Village, Borobudur District, Magelang Regency. This research is a quantitative descriptive research using spatial approach. The results showed that (1) The level of community participation in the development of tourism attractions Punthuk Mongkrong in Dusun Onggosoro as a whole is included into the low category. The level of community participation consists of: (a) The planning stage is included in the low category with an average of 74% of respondents, (b) The implementation stage is 723

included in the medium category, with an average of 53% of respondents, (c) Utilization stage included into the high category with an average of 57% of respondents, and (d) Evaluation stage included in the low category with an average of 97% of respondents; (2) Factors affecting the level of community participation include internal factors such as age, sex, education level, and type of work, as well as external factors such as distance of residence with the location of the object and the presence or absence of the stakeholder role that encourages the community to participate. In this study, the age of respondents that most influence the level of community participation is the age range of 15-47 years with male gender, while the external factors that most influence the level of community participation in this research is the role of stakeholders. Keywords: tourism, Punthuk Mongkrong, participation rate PENDAHULUAN Kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat menjadi latar belakang banyak tempat berpotensi wisata yang mulai dikunjungi dan dikembangkan. Daerah tujuan wisata (DTW) yang akhir-akhir ini menarik minat masyarakat adalah wisata alam. Menurut Gamal (1997: 6), wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Salah satu Desa di Kecamatan Borobudur yang memiliki potensi wisata alam dan mulai menjadi daerah tujuan wisata adalah Desa Giritengah. Desa Giritengah merupakan sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan menoreh dengan jarak kurang lebih 5 km dari obyek wisata candi Borobudur. Desa Giritengah memiliki berbagai potensi obyek wisata alam, diantaranya adalah obyek wisata Punthuk Mongkrong yang mulai dikunjungi wisatawan sebagai daerah tujuan wisata. Obyek wisata Punthuk Mongkrong tergolong obyek wisata baru sehingga masih memiliki jumlah pengunjung sedikit. Jumlah kunjungan di obyek wisata Punthuk Mongkrong masih mengalami fluktuasi. Punthuk Mongkrong merupakan obyek wisata yang menyajikan pemandangan alam berupa bentang lahan Pegunungan Menoreh dengan pemandangan empat gunung (Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, dan rangkaian Pegunungan Menoreh). Obyek wisata Punthuk Mongkrong merupakan obyek wisata yang terletak paling tinggi dibandingkan dengan obyek wisata lain di Desa Giritengah, yaitu terletak pada ketinggian 624 mdpal. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa sarana dan 724

prasarana yang dapat mencukupi kebutuhan wisatawan di obyek wisata Punthuk Mongkrong masih kurang. Kurangnya sarana prasarana tersebut seperti belum tersedianya mushola, masih minimnya penerangan, masih minimnya keamanan fasilitas rumah pohon, dan letak pos informasi wisata yang jauh. Saat ini pengelola sedang berupaya merencanakan pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong. Arahan pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong yang direncanakan oleh pengelola saat ini yaitu berupa rencana membuat paket wisata yang berisi atraksi wisata keliling Desa Giritengah, outbound, tracking, demo batik, dan wisata air terjun, yang sedang dalam proses pengerjaan. Arahan pengembangan tersebut bertujuan untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara agar berkunjung ke obyek wisata Punthuk Mongkrong. Pengelola obyek wisata Punthuk Mongkrong menjelaskan bahwa terdapat berbagai kendala yang dialami pihak pengelola dalam upaya pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong. Kendala tersebut antara lain adalah masalah dana, kurangnya promosi, sarana dan prasarana yang belum memadai. (hasil wawancara dengan pengelola pada tanggal 28 Oktober 2016). Pengelolaan obyek wisata Punthuk Mongkrong masih sangat sederhana karena dikelola oleh kelompok karang taruna. Berbagai kegiatan pengelolaan obyek wisata Punthuk Mongkrong didukung oleh bentuk-bentuk partisipasi masyarakat. Bentuk-bentuk kegiatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong termasuk kedalam empat tahap partisipasi. Bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat Dusun Onggosoro dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong masih belum diketahui, sehingga pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong belum optimal. Belum diketahuinya bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat tersebut dikarenakan seluruh pengelola berasal dari luar Dusun Onggosoro. Tingkat partisipasi masyarakat Dusun Onggosoro dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya partisipasi masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi 725

masyarakat di Dusun Onggosoro dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Dusun Onggosoro dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong belum diketahui, sehingga upaya yang mendorong partisipasi masyarakat di Dusun Onggosoro perlu diteliti lebih lanjut. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat perlu diteliti lebih lanjut guna untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong. Dukungan dari masyarakat setempat dan pemerintah dalam pengembangan pariwisata khususnya di obyek wisata Punthuk Mongkrong sangat diperlukan agar obyek wisata tersebut dapat menjadi salah satu destinasi wisata unggulan. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti melaksanakan penelitian dengan judul Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Obyek Wisata Punthuk Mongkrong di Dusun Onggosoro Desa Giritengah Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan suatu fenomena dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian ini, mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong di Dusun Onggosoro Desa Giritengah Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang ditinjau dari faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Konsep geografi yang diterapkan dalam penelitian ini diantaranya konsep lokasi, konsep keterjangkauan, konsep jarak, konsep nilai guna, konsep interaksi interdependensi, dan konsep keruangan. Pendekatan geografi yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan keruangan (spatial approach). Subjek dalam penelitian ini yaitu meliputi penduduk atau warga Dusun Onggosoro yang berjumlah 30 KK dan pengelola obyek wisata Punthuk Mongkrong yang berjumlah 12 orang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan cara 726

observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik pengolahan data yang digunakan antara lain adalah editing data, coding dan frekuensi, dan tabulasi, serta menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata Punthuk Mongkrong. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong di Dusun Onggosoro. Analisis tingkat partisipasi masyarakat diperoleh dari skoring tingkat partisipasi masyarakat, yang terdiri dari tingkat partisipasi tinggi, partisipasi sedang, dan partisipasi rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan pengolahan data tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong, diketahui bahwa terdapat sebanyak 40 persen penduduk dengan tingkat partisipasi rendah, sebanyak 50 persen penduduk dengan tingkat partisipasi sedang, dan sebanyak 10 persen penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi. Berdasarkan informasi dari responden, banyak penduduk dengan tingkat partisipasi sedang dikarenakan kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pihak pengelola serta kurang dilibatkannya masyarakat Dusun Onggosoro dalam pengelolaan obyek wisata. Berdasarkan data hasil wawancara dengan pengelola, sebanyak 67 persen pengelola menilai tingkat partisipasi masyarakat Dusun Onggosoro dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong rendah, sedangkan 17 persen pengelola menilai tingkat partisipasi masyarakat termasuk kedalam kategori sedang dan tinggi. Menurut pengelola, hanya terdapat beberapa orang yang berpartisipasi langsung dalam pengembangan obyek wisata. Masyarakat yang berpartisipasi langsung terlihat ketika terdapat event atau kegiatan di obyek wisata Punthuk Mongkrong. Masyarakat biasanya terlibat dalam kegiatan kesenian, menjadi tukang parkir, dan menjadi petugas keamanan. Empat tahap tingkat partisipasi penduduk di obyek wisata Punthuk Mongkrong disajikan sebagai berikut. 727

Tahap perencanaan Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa penduduk dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah 74 persen, penduduk dengan tingkat partisipasi sedang berjumlah 23 persen, sedangkan penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi berjumlah 3 persen. Banyaknya penduduk dengan tingkat partisipasi rendah pada tahap perencanaan dikarenakan hanya terdapat beberapa penduduk yang berpartisipasi pada tahap perencanaan. Bentuk partisipasi penduduk pada tahap perencanaan adalah ikut serta dalam menyumbang ide/gagasan di bidang kesenian. Tahap pelaksanaan Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa penduduk dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah 37 persen, penduduk dengan tingkat partisipasi sedang berjumlah 53 persen, sedangkan penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi berjumlah 10 persen. Rendahnya tingkat partisipasi penduduk pada tahap pelaksanaan dikarenakan hanya terdapat sedikit penduduk yang berpartisipasi secara langsung. Bentuk partisipasi penduduk pada tahap pelaksanaan antara lain adalah ikut serta dalam pembangunan fasilitas yang berupa gazebo, rumah pohon, maupun toilet di obyek wisata Punthuk Mongkrong, dan ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan kesenian di obyek wisata. Tahap pengambilan manfaat Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa penduduk dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah 57 persen, penduduk dengan tingkat partisipasi sedang berjumlah 43 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi. Banyaknya penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi dikarenakan banyak penduduk yang menerima atau merasakan manfaat dari keberadaan obyek wisata Punthuk Mongkrong, terutama bagi penduduk yang tergabung dalam kegiatan kesenian di Dusun Onggosoro. Tahap evaluasi Berdasarkan pengolahan data, pada tahap evaluasi diketahui bahwa penduduk dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah 97 persen, penduduk berjumlah 3 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi. Pada tahap evaluasi 728

tidak terdapat partisipasi masyarakat. Hal tersebut karena tahap evaluasi dilakukan sepenuhnya oleh pengelola tanpa campur tangan dari masyarakat. Masyarakat Dusun Onggosoro yang terlibat dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong hanya berpartisipasi dalam tahap pelaksanaan maupun pemanfaatan hasil. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat antara lain: 1) Umur Pada penelitian ini, umur termasuk kedalam faktor internal untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat. Pengukuran umur untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dilakukan dengan menganalisis banyaknya masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan di obyek wisata Punthuk Mongkrong. Tingkat partisipasi masyarakat dilihat berdasarkan kriteria umur 15 tahun hingga 30 tahun, umur 31 tahun hingga 47 tahun, dan umur lebih dari 47 tahun. Berdasarkan pengolahan data diketahui bahwa penduduk kelompok umur 15 30 tahun yang dijadikan sebagai responden dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah sebanyak 33 persen, penduduk dengan tingkat partisipasi sedang berjumlah 27 persen, dan penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi sebanyak 10 persen. Penduduk dengan kelompok umur 31 47 tahun dengan tingkat partisipasi rendah yang dijadikan sebagai responden berjumlah 20 persen, penduduk berjumlah 10 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi pada kelompok umur ini dan tidak terdapat partisipasi penduduk pada kelompok umur lebih dari 47 tahun. Penduduk dengan tingkat partisipasi sedang adalah penduduk yang tergabung dalam kelompok kesenian Dusun Onggosoro, dimana penduduk akan berpartisipasi dalam obyek wisata Punthuk Mongkrong ketika terdapat event di obyek wisata. Penduduk dengan tingkat 729

partisipasi tinggi adalah penduduk yang memberikan kontribusi berupa tenaga ketika pembangunan obyek wisata. Hubungan antara umur dengan tingkat partisipasi masyarakat pada penelitian ini adalah bahwa penduduk dengan umur berkisar antara 15 47 tahun relatif lebih banyak berpartisipasi dibandingkan dengan penduduk dengan kisaran umur 31-47 tahun maupun lebih dari 47 tahun. Hal tersebut karena penduduk dengan kisaran umur 15 47 tahun memiliki pemikiran yang lebih terbuka dibandingkan dengan penduduk yang berumur lebih dari 47 tahun, sehingga lebih berpartisipasi dalam pengembangan obyek wisata. 2) Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan faktor internal kedua dalam penelitian ini. Jenis kelamin digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan dari jenis kelamin responden. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa penduduk dengan jenis kelamin laki-laki yang dijadikan sebagai responden dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah sebanyak 53 persen, penduduk berjumlah 37 persen, dan penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi sebanyak 10 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk berjenis kelamin perempuan sebagai responden. Tidak terdapatnya partisipasi perempuan dalam obyek wisata Punthuk Mongkrong dikarenakan tidak terdapatnya sosialisasi dari pihak pengelola yang mengajak penduduk Dusun Onggosoro khusunya yang berjenis kelamin perempuan untuk bergabung di obyek wisata Punthuk Mongkrong. Pihak pengelola hanya berkoordinasi dengan penduduk Dusun Onggosoro yang tergabung dalam kelompok kesenian, sehingga tidak terdapat partisipasi penduduk khususnya yang berjenis perempuan. Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi masyarakat pada penelitian ini adalah bahwa partisipasi dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong lebih banyak 730

dilakukan oleh penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut karena jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dan penduduk laki-laki, sehingga dorongan untuk berpartisipasi dalam obyek wisata lebih banyak dirasakan oleh penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan penduduk berjenis kelamin perempuan. 3) Tingkat pendidikan Faktor internal ketiga adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan digunakan untuk mengetahui besarnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan maupun pengelolaan obyek wisata Punthuk Mongkrong berdasarkan dari tingkat pendidikan yang telah ditempuh penduduk di Dusun Onggosoro. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa penduduk tingkat pendidikan SD yang dijadikan sebagai responden dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah sebanyak 27 persen, penduduk dengan tingkat partisipasi sedang berjumlah 7 persen, dan penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi berjumlah 3 persen. Penduduk tingkat pendidikan SMP/SLTP dengan tingkat partisipasi rendah yang dijadikan sebagai responden berjumlah 20 persen, penduduk berjumlah 13 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi. Penduduk tingkat pendidikan SMA/SLTA dengan tingkat partisipasi rendah yang dijadikan sebagai responden berjumlah 7 persen, penduduk berjumlah 17 persen, dan penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi berjumlah 7 persen. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat di Dusun Onggosoro adalah bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan SD dan SMP/SLTP lebih banyak berpartisipasi di obyek wisata Punthuk Mongkrong karena sebagian besar penduduk Dusun 731

Onggosoro memiliki tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. Penduduk dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi relatif lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain sehingga kurang berpartisipasi di obyek wisata Punthuk Mongkrong. Berdasarkan kondisi tersebut, tingkat pendidikan penduduk Dusun Onggosoro dapat mempengaruhi besarnya tingkat partisipasi penduduk di obyek wisata Punthuk Mongkrong karena semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk maka semakin rendah tingkat partisipasi di obyek wisata Punthuk Mongkrong. 4) Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan merupakan faktor internal keempat untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa pada tingkat partisipasi rendah, responden dengan kategori pelajar/mahasiswa berjumlah 10 persen, responden yang bekerja sebagai buruh berjumlah 10 persen, responden yang bekerja sebagai petani/pekebun berjumlah 10 persen, responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 7 persen, dan responden yang bekerja sebagai karyawan swasta berjumlah 16 persen. Pada tingkat partisipasi sedang, responden dengan kategori pelajar/mahasiswa berjumlah 10 persen, responden yang bekerja sebagai buruh berjumlah 3 persen, responden yang bekerja sebagai petani/pekebun berjumlah 7 persen, responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 7 persen, dan responden yang bekerja sebagai karyawan swasta berjumlah 10 persen. Pada tingkat partisipasi tinggi, responden yang bekerja sebagai pelajar/mahasiswa berjumlah 7 persen, dan responden yang bekerja sebagai karyawan swasta berjumlah 3 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk yang bekerja sebagai buruh, petani/pekebun, dan wiraswasta. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi penduduk adalah bahwa semakin tinggi jenis pekerjaan penduduk maka semakin tinggi tingkat partisipasi penduduk di obyek wisata Punthuk Mongkrong. 732

5) Jarak tempat tinggal dengan obyek wisata Jarak tempat tinggal dengan obyek wisata merupakan salah satu faktor eksternal pada penelitian ini. Perbandingan antara jarak tempat tinggal penduduk dengan letak obyek wisata Punthuk Mongkrong digunakan untuk mengetahui perbandingan besarnya tingkat partisipasi masyarakat yang tinggal dekat dari lokasi obyek wisata dengan penduduk yang tinggal jauh dari lokasi obyek wisata Punthuk Mongkrong. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa penduduk yang dijadikan sebagai responden dengan jarak tempat tinggal 300 meter dan termasuk kedalam tingkat partisipasi rendah berjumlah 13 persen, penduduk berjumlah 7 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi pada jarak kurang dari 300 m. Penduduk dengan jarak tempat tinggal 301 m 700 m dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah 23 persen, penduduk dengan tingkat partisipasi sedang berjumlah 20 persen, dan penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi 10 persen. Penduduk yang bertempat tinggal berjarak 701 m 1200 m dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah 17 persen, penduduk berjumlah 10 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi pada jarak kurang dari 701 m 1200 m. Berdasarkan data diatas, hubungan antara tingkat partisipasi penduduk dengan jarak tempat tinggal dari obyek wisata adalah bahwa penduduk yang memiliki tempat tinggal dekat dengan obyek wisata Punthuk Mongkrong relatif lebih banyak berpartisipasi dibandingan dengan penduduk yang tinggal jauh dengan obyek wisata Punthuk Mongkrong. Hal tersebut karena penduduk yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi obyek wisata lebih mengetahui perkembangan serta kondisi dari obyek wisata Punthuk Mongkrong, sehingga akan mempengaruhi tingkat partisipasi yang semakin banyak. Kondisi 733

tersebut berbeda dengan penduduk dengan tempat tinggal jauh dari lokasi obyek wisata yang mayoritas tidak mengetahui perkembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong, sehingga dorongan untuk berpartisipasi dalam obyek wisata relatif sedikit. 6) Keterlibatan stakeholder (pengelola/tokoh masyarakat/ pemerintah) Faktor eksteral selain jarak tempat tinggal adalah keterlibatan stakeholder dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Keterlibatan stakeholder digunakan untuk mengetahui besarnya partisipasi masyarakat yang berpartisipasi karena pengaruh stakeholder dengan penduduk yang berpartisipasi keinginan sendiri. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa penduduk dengan tingkat partisipasi rendah yang menyatakan terdapat peran stakeholder dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi berjumlah 10 persen, sedangkan penduduk yang menyatakan tidak terdapat peran stakeholder berjumlah 43 persen. Penduduk yang menyatakan terdapat peran stakeholder dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi berjumlah 13 persen, sedangkan penduduk yang menyatakan tidak terdapat peran stakeholder berjumlah 24 persen. Penduduk dengan tingkat partisipasi tinggi yang menyatakan tidak terdapat peran stakeholder dalam mendorong partisipasi masyarakat berjumlah 10 persen, sedangkan tidak terdapat penduduk yang menyatakan terdapat peran stakeholder. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh ada tidaknya peran stakeholder yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Semakin besar peran atau dukungan dari stakeholder kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan, maka semakain banyak masyarakat yang akan berpartisipasi dalam obyek wisata Punthuk Mongkrong. Semakin sedikit peran stakeholder dalam 734

mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, maka semakin sedikit pula masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam obyek wisata Punthuk Mongkrong. Menurut keterangan dari penduduk Dusun Onggosoro yang dijadikan sebagai responden, peran stakeholder dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi di obyek wisata Punthuk Mongkrong masih kurang. Hal tersebut karena pihak pengelola tidak melakukan sosialisasi kepada seluruh penduduk Dusun Onggosoro, melainkan hanya kepada penduduk yang tergabung dalam kesenian di Dusun Onggosoro. Kondisi tersebut menyebabkan partisipasi penduduk di Dusun Onggosoro di obyek wisata Punthuk Mongkrong tergolong rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Tingkat partisipasi masyarakat di Dusun Onggosoro dalam pengembangan obyek wisata Punthuk Mongkrong termasuk kategori sedang dengan rata-rata responden sebanyak 50 persen. Tingkat partisipasi masyarakat terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) Tahap perencanaan, tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori rendah dengan frekuensi 74 persen dari 30 responden. 2) Tahap pelaksanaan, tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori sedang dengan frekuensi 53 persen dari 30 responden. 3) Tahap pemanfaatan, tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori rendah dengan frekuensi 57 persen dari 30 responden. 4) Tahap evaluasi, tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori rendah dengan frekuensi 97 persen dari 30 responden. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat Dusun Onggosoro di obyek wisata Punthuk Mongkrong terdiri dari: 1) Faktor internal terdiri dari karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Pada penelitian ini, faktor internal yang paling mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat adalah responden dengan umur 15 47 735

tahun dan berjenis kelamin lakilaki. 2) Faktor eksternal terdiri dari jarak tempat tinggal dengan obyek wisata punthuk Mongkrong dan ada tidaknya keterlibatan stakeholder yang mendorong partisipasi masyarakat. Pada penelitian ini, faktor eksternal yang paling mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat adalah ada tidaknya peran stakeholder (pengelola) dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi di obyek wisata Punthuk Mongkrong, dengan persentase sebanyak 18 persen. Saran a. Bagi pengelola 1) Lebih melibatkan penduduk Dusun Onggosoro dalam pengelolaan obyek wisata Punthuk Mongkrong, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial di masyarakat. 2) Meningkatkan sarana prasarana yang terdapat di obyek wisata, sehingga wisatawan merasa lebih nyaman berkunjung di obyek wisata Punthuk Mongkrong. b. Bagi pemerintah 1) Memberikan sosialisasi tentang sadar wisata kepada penduduk agar penduduk dapat bekerjasama dalam pengelolaan obyek wisata sehingga dapat membuka kesempatan dan mengoptimalkan peluang bagi masyarakat untuk mendapat keuntungan serta berperan aktif dalam kegiatan pariwisata. 2) Membantu mempromosikan wisata-wisata yang dikelola masyarakat agar wisata tersebut dapat lebih diketahui wisatawan. DAFTAR PUSTAKA Amandus Jong Tallo. (2015). Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kampung Lorotan, Kelurahan Kotalama Kota Malang). Jurnal Kawistara Volume 5 No. 3, 22 Desember 2015. Hlm. 221 328, diunduh dari https://jurnal.ugm.ac.id/kawista ra pada tanggal 29 Januari 2017. Chafid Fandeli. (2002). Cet-1 Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM. Dodiet Aditya. (2012). Konsep Dasar Masyarakat. Surakarta: Poltekkes Kemenkes Surakarta, diunduh dari https:// 736

bidankomunitas.files.wordpress. com/2012/02/konsep-dasarmasyarakat.pdf pada tanggal 29 Januari 2017. Eva Banowati. (2012). Geografi Indonesia. Yogyakarta: Ombak. Gamal Suwantoro. (1997). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset. Hakkiatul Lutpi. (2016). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Di Kecamatan Jerowaru. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi Vol. 8 Nomor 3 Tahun 2016. Singaraja. Diunduh dari ejurnal.undiksha.ac.id pada tanggal 28 Januari 2017. Hadi Sabari Yunus. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Harto Nurdin, dkk. (1981). Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Heru Pramono. (2015). Geografi Pariwisata. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial. Kementerian Pariwisata. (2015). Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015. Jakarta: Kemenpar, diunduh dari www.kemenpar.go. id/userfiles/file/test/lakipmen PAR%202015.pdf pada tanggal 26 Januari 2017. Kusudianto Nadinoto. (1996). Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI Press. Nursid Sumaadmaja. (1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni. Oka A. Yoeti. (2010). Dasar-dasar Pengertian Hospitali dan Pariwisata. Bandung: Angka. Pabundu Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Pemkab Magelang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang Tahun 2010-2030, diunduh dari http:// magelangkab.go.id pada tanggal 16 Januari 2017. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. 737