BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi disebut juga aktivitas jasa yang mempunyai fungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Income statement perusahaan merupakan komponen penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat

ISNI WIYATMI B

Laporan keuangan menjadi sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan. informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba, karena perusahaan besar harus memenuhi ekspektasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan. Pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari sebuah perusahaan, semakin

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan kepada stakeholdersdalam pengambilan keputusan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BABl PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan, lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi)

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan antara dua belah pihak yaitu antara pihak yang memiliki

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kegiatan operasinya, suatu perusahaan secara periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham, investor, dan pemerintah. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi pihak eksternal. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu elemen penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau prestasi manajemen. Selain itu informasi laba juga digunakan oleh investor atau pihak lain yang berkepentingan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yg tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian dan indikator untuk kenaikan kemakmuran Ghozali dan Chariri (2007). Adanya asimetri informasi dan kecenderungan dari pihak eksternal (investor) untuk lebih memperhatikan informasi laba sebagai parameter kinerja perusahaan, akan mendorong manajemen untuk melakukan manipulasi dalam menunjukkan informasi laba, yang disebut sebagai manajemen laba (earnings management). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi praktek manajemen laba dalam perusahaan adalah praktek good corporate 1

2 governance, dan ukuran perusahaan. Ada ketidak konsistenan hasil penelitian faktorfaktor tersebut dalam mempengaruhi praktek manajemen laba perusahaan. Berdasarkan beberapa teori yang mengindikasikan pentingnya penerapan good corporate governance dan peranan auditor dalam meminimalisasi dan mendeteksi manajemen laba. Manajemen laba bisa menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan karena angka yang dilaporkan tersebut tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Perilaku manajer yang melakukan manajemen laba dapat diminimalisir dengan menerapkan good corporate governance. Dalam studi Kouki et al. (2011), Pradipta (2011), Oktovianti dan Agustia (2012), dan Dewanto (2012) menggunakan empat komponen dalam mengidentifikasi good corporate governance yaitu komite audit, dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial. Menurut Pradipta (2011) yang menyatakan bahwa komite audit, kepemilikan institusional dan manjerial tidak memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba. GCG dapat mengurangi konflik keagenan dan meningkatkan pengungkapan yang dapat membatasi asimetri informasi. Laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggung jawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan kemampuan perusahaan di masa yang akan datang. Informasi laba sering menjadi target rekayasa melalui tindakan pribadi manajemen untuk memaksimumkan dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya.

3 Manajemen laba muncul sebagai dampak dari teori keagenan (agency theory) yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Salah satu cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen tersebut adalah corporate governance Veronica dan Bachtiar (2004). Menurut Andri, Hanung, Rahmawati dan T. Triatmoko (2007) menyebutkan mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keagenan diantaranya adalah komisaris independen dan komite audit. Manajemen laba menurut Scott (2011) adalah the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective. Hal ini berarti manajemen laba merupakan keputusan dari manajer untuk memilih kebijakan akuntansi tertentu yang dianggap bisa mencapai tujuan yang diinginkan, baik itu untuk meningkatkan laba atau mengurangi tingkat kerugian yang dilaporkan. Menurut Scott (2011) beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain adalah (1) Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya; (2) Hipotesis perjanjian hutang (Debt Covenant Hypothesis), berkaitan dengan persyaratan perjanjian hutang yang harus dipenuhi, laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian hutang; (3) Meet Investors Earnings Expectations and Maintain Reputation, perusahaan yang melaporkan laba lebih besar daripada ekspektasi investor harga sahamnya akan mengalami peningkatan yang signifikan karena investor memprediksi perusahaan akan mempunyai masa depan yang lebih baik; (4) IPO (Initial Public Offering), manajer perusahaan yang akan go public termotivasi untuk melakukan manajemen

4 laba sehingga laba yang dilaporkan menjadi tinggi dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. Untuk mengurangi perilaku manajemen laba dan meningkatkan kualitas laporan keuangan, maka perlu dilakukan tata pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance/gcg). Menurut Chtourou et al. (2001) mengungkapkan prinsip corporate governance yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,

5 karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya FCGI (2003). Penerapan corporate governance dapat dilakukan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan berbagai kepentingan antara lain: (1) Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) Jensen and Meckling (1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. (2) Kepemilikan saham oleh investor institusional. Menurut Moh`d et al. (1998) dalam Midiastuty dan Mahfoedz (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar. (3) Melalui peran monitoring oleh dewan komisaris (board of directors). Menurut Dechow et al. (1996) dan Beasley (1996) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan. (4) Menurut Sulistyanto (2008), membentuk komite audit sebagai pengawas perusahaan. Komite audit merupakan pihak yang membantu komisaris dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan serta peningkatan efektivitas eksternal dan internal audit. Menurut Boediono (2005), kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba.

6 Menurut Boediono (2005), melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahuidari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Menurut Kartikasari (2011), dewan komisaris memegang peran dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan good coporate governance. Dewan komisaris merupakan inti dari pelaksanaan good corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin lima pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta terlaksananya akuntabilitas. Menurut Andri dan Hanung (2007), komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi. Selain penerapan corporate governance, faktor lain yang mempengaruhi praktik manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Terdapat dua pandangan tentang bentuk ukuran perusahan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama, ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin

7 memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat, Nasution dan Setiawan (2007). Akan tetapi, pandangan kedua memandang ukuran perusahan mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba. Menurut Watts and Zimmerman (1990) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi lebih cenderung memilih metode akuntansi untuk mengurangi laba yang dilaporkan dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Perusahaan sektor tektil dan garmen merupakan salah satu kategori perusahaan dalam industri manufaktur yang ada di BEI. Sektor ini menjadi menarik untuk dijadikan objek penelitian karena dari beberapa tahun terakhir industri tersebut cenderung mengalami kesulitan dalam berbagai aspek salah satunya adalah dalam aspek keuangan dan operasional perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kesulitan pendanaan yang disebabkan oleh kebijakan manajemen yang dirasa lambat dalam melakukan diversifikasi dan membaca pasar. Akibatnya para pelaku domestik harus berbagi pasar dengan perusahaan asing. Kenyataanya adalah 70% pangsa pasar saat ini harus dipenuhi oleh pesaing yang banyak berasal dari Negara asing terutama produk-produk buatan Negara Cina. Banyaknya produk tekstil dari Negara cina membuat kelangsungan operasional perusahaan dalam menjualnya menjadi tidak stabil di dalam negeri. Kekhawatiran ini beralasan karena harga produk mereka jauh di bawah harga tekstil dalam negeri dan dari segi kualitas tidak kalah bagusnya. Produk lokal harus mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya serendah

8 mungkin agar mampu bersaing dengan produk buatan luar negeri, karena produk luar negeri ditawarkan dengan harga yang relatif rendah. Dengan adanya fenomena seperti ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan objek Industri Tekstil dan Garmen untuk mengetahui apakah dengan fenomena ini Industri tersebut akan terdorong untuk melakukan manajemen laba atau tidak dalam pelaporan keuangannya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan corporate governance yang mempengaruhi manajemen laba dan ditemukan hasil yang beragam. Penelitian Darmawati (2003) serta Siregar dan Utama (2005) tidak menemukan bukti adanya hubungan signifikan antara pengelolaan laba dengan konsentrasi kepemilikan institusional. Hal ini diperkuat penelitian Cornet et.al (2006) yang juga menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini disebabkan pandangan yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik sementara dan lebih memfokuskan pada laba jangka pendek sehingga keberadaannya tidak mampu mengurangi praktik manajemen laba. Hasil penelitian tersebut berkontradiksi dengan penelitian Palestin (2006) dan Nuryaman (2008) dimana semakin besar kepemilikan saham oleh pemegang saham maka semakin kecil praktik manajemen laba yang terjadi. Menurut Nasution dan Setiawan (2007) dengan sampel perusahaan perbankan tidak menemukan adanya pengaruh signifikan dari ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Sebaliknya Frendy Sutikno et.al (2014) menemukan hubungan signifikan antara ukuran perusahaan dengan praktik manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Kesenjangan penelitian serta hasil-hasil

9 yang belum konsisten mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai praktik manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas mengenai penelitian terdahulu tentang praktik manajemen laba maka akan dilakukan replika dari penelitian yang dilakukan oleh Sutikno, F et.al (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sutikno, F et.al (2014) terletak pada objek penelitian dan tahun penelitian. Objek penelitian yang digunakan oleh Sutikno, F et.al (2014) adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor industi tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tahun penelitian yang dilakukan Sutikno, F et.al (2014) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, sedangkan penelitian ini yaitu tahun 2007 sampai dengan 2014. Adapun kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutikno, F et.al (2014) adalah pada variabel yang akan diteliti, yaitu mekanisme good corporate governance dan ukuran perusahaan. Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti memilih judul PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

10 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap manajemen laba? 3. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap manajemen laba? 5. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menyelidiki praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan sektor industri tekstil dan garmen di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya antara lain: 1. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba 2. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan intitusional berpengaruh terhadap manajemen laba 3. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba 4. Memperoleh bukti empiris apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba

11 5. Memperoleh bukti empiris apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba 6. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu Akuntansi terutama mengenai bagaimana mekanisme dari good corporate governance dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba terhadap laporan keuangan perusahaan. Hasil pelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan akuntansi keuangan dan perilaku manajemen, khususnya di bidang manajemen laba. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan perbandingan dengan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. 1.4.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: a. Akademisi Diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan

12 akuntansi keuangan dan perilaku manajemen, khususnya di bidang manajemen laba. b. Investor Mencermati laporan keuangan yang terdapat dalam perusahaan go public, terutama yang berkaitan dengan struktur kepemilikan saham, penerapan corporate governance dan ukuran perusahaan dalam kaitannya untuk pengambilan keputusan investasi. c. Perusahaan Memberikan masukan dalam mencermati perilaku manajemen dalam aktivitas manajemen laba. d. Penelitian yang akan datang Sebagai acuan bagi penelitian yang akan datang, terutama penelitian yang berkaitan dengan pengaruh struktur corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. 1.5 Sistimatika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab antara lain: BAB I PENDAHULUAN Bab pertama berisi pendahuluan membahas mengenai gambaran ringkas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Dalam bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah yang menguraikan alasan dan motivasi penelitian, pokok masalah sebagai inti masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian untuk mengetahui urgensi penelitian.

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab kedua berisi tentang landasan teori yang mencakup telaah pustaka untuk memaparkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan guna mengetahui posisi dari penelitian ini, kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini serta hipotesis sebagai dugaan sementara. BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga berisi mengenai metodologi penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional variabel penelitian. Selain itu dalam bab ini juga menjelaskan mengenai populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional variable penelitian, dan metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab keempat berisi tentang hasil dan pembahasan mengenai uraian rinci mengenai langkah-langkah analisis data dan hasil analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang diperlukan serta pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab kelima sebagai akhir pembahasan dalam penelitian ini, berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran dan implikasi penelitian yang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia investasi dan pasar modal di Indonesia.