1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck, 2004). Pemeliharaan lingkungan yang bersih dan sehat tentunya akan berdampak baik bagi kesehatan. Pemeliharaan lingkungan juga harus disertai dengan kesadaran individu maupun masyarakat dalam berperilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dunanti, 2001). Apabila lingkungan tidak terawat dengan baik serta kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat tidak dilaksanakan maka berbagai penyakit juga akan ditimbulkannya, mulai dari penyakit yang menyerang sistem pernafasan, sistem pencernaan dan sistem integumen seperti penyakit kulit skabies. Skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabiei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat di bawah lensa mikroskop, yang hidup didalam jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang bentuknya memanjang dimalam hari. Skabies dapat menyebabkan rasa gatal makin menjadi-jadi dimalam hari, sehingga membuat orang sulit tidur. Dibandingkan penyakit kulit gatal lainnya, skabies merupakan penyakit kulit dengan rasa gatal nomor satu (Handri, 2008). Tempat-tempat yang menjadi favorit bagi sarcoptes scabei adalah daerahdaerah lipatan kulit, seperti telapak tangan, kaki, selangkangan, lipatan paha, lipatan perut, ketiak dan daerah vital. Penyakit skabies disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara secara baik. Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur dan kondisi kamar yang pengab, dapat memicu terjadinya
2 gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang tinggi serta dapat mengganggu kenyamanan, terutama saat tidur dimalam hari dan gangguan konsep diri (Kuspriyanto, 2002). Pondok pesantren Al-Qoumaniyah (Ponpes. Al-Qoumaniyah) Desa Kauman (Ds. Kauman) Kecamatan Jekulo (Kec. Jekulo) Kabupaten Kudus (Kab. Kudus) yang dihuni oleh ± 125 santri, sebagian besar adalah anak usia remaja dan notabennya sebagai pondok pesantren salafiyah (tradisional) kondisi lingkungan serta tradisinya cenderung masih mempertahankan bentuk dari bangunan lama, begitu juga dengan tradisi di dalamnya. Secara umum kondisi pesantren sudah cukup bersih dan rapi, namun hal berbeda terlihat di lingkungan internal pondok, dimana keadaannya masih kurang memenuhi untuk suatu lingkungan sehat. Kondisi kamar tidur para santri yang bisa dibilang pengap, banyak pakaian yang menggantung dan sempit namun ditempati oleh banyak santri memungkinkan terjadi pertumbuhan kuman penyakit, jamur dan bakteri yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, diantaranya adalah penyakit kulit skabies (gudik). Selain lingkungan, perilaku santri juga menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya skabies. Perilaku seperti sering bertukar pakaian, pemakaian handuk secara bersamaan, menggantung pakaian yang kotor di dalam kamar, kurang memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan juga menjadi faktor penyebab terjadinya skabies. Hal ini didukung juga oleh pemahaman dan kepercayaan para santri yang mengatakan bahwa gudik merupakan penyakit yang lazim dialami oleh para santri. Pemikiran serta perilaku para santri seperti di atas apabila tidak diperbaiki maka bukan tidak mungkin kejadian skabies di pondok pesantren masih akan terus terjadi. Dalam hal ini peran pengurus pondok pesantren juga sangat diharapkan dalam upaya menumbuhkan kesadaran para santri untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di Ponpes. Al-Qoumaniyah, Ds. kauman, Kec. Jekulo, Kab. Kudus didapatkan data tentang kondisi lingkungan dan perilaku santri di pondok pesantren tersebut.
3 Berikut adalah sekilas gambaran dari pondok pesantren Al-Qoumaniyah dari segi lingkungan maupun perilaku para santri. Secara umum keadaan lingkungan di pondok sudah cukup mendukung untuk suatu lingkungan yang sehat. Keadaan tersebut bisa terlihat dari kebersihan ruang, lantai maupun penataan ruang yang cukup bersih dan rapi. Namun hal berbeda terlihat di lingkungan kamar santri, dengan luas kamar yang tidak terlalu besar yaitu kira-kira 3x3m namun kapasitas hunian kamar tersebut bisa terbilang tidak sesuai dengan ukuran kamar (over crowding). Keadaan kurang sehat lainnya juga terlihat dari segi penataan ruang dalam kamar, masih terlihat pakaian yang menggantung disepanjang dinding dalam kamar. Kepadatan hunian serta penataan ruang seperti itu tentunya akan sangat berpotensi menimbulkan kejadian skabies. Kebiasaan atau perilaku santri yang berhubungan dengan perawatan diri seperti intensitas mandi, pemakaian handuk, pakaian, alat mandi, dan perlengkapan tidur secara bersamaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian skabies. Perilaku tersebut sebagian masih dilakukan oleh para santri dan tentunya hal tersebut juga akan memicu timbulnya skabies. Keadaan tersebut di atas adalah gambaran dari lingkungan maupun perilaku santri di Ponpes. Al-Qoumaniyah, Ds. Kauman, Kec. Jekulo Kab. Kudus. Berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 April 2010, dari 125 santri terdapat 6 orang santri yang terkena skabies. Sedangkan dari hasil wawancara dengan salah seorang pengurus pondok pesantren yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 Januari 2010 bahwa pengurus pondok membenarkan adanya kejadian skabies di pondok pesantren tersebut, akan tetapi untuk jumlahnya tidak diketahui secara pasti karena santri yang mengalami skabies cenderung tidak berobat ke dokter, sehingga tidak ada catatan pasti tentang angka kejadian skabies. Namun hampir sebagian santri di Ponpes Al-Qoumaniyah pernah mengalami kejadian skabies tersebut.. B. Rumusan masalah Penyakit kulit skabies adalah penyakit yang umum diderita oleh para santri di pondok pesantren. Sehingga mereka mengalami gangguan konsep diri dan
4 gangguan kenyamanan dalam aktivitas keseharian mereka. Keadaan ini akan bertambah buruk apabila para santri kurang atau tidak memperhatikan keadaan lingkungannya, terutama kebersihan, kelembaban, sanitasi dan kepadatan hunian kamar. Perilaku para santri juga ikut berpengaruh terhadap kejadian skabies seperti kebiasaan santri yang saling bertukar pakaian, penggunaan handuk secara bersamaan dan kurang diperhatikannya kebersihan diri. Keadaan ini cenderung tidak dilaporkan karena mereka beranggapan bahwa penyakit skabies (gudik) adalah penyakit yang lazim dan sudah akrab dengan mereka, bahkan mereka beranggapan bahwa belum dikatakan mondok apabila belum terkena skabies (gudik). Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara karakteristik, faktor lingkungan dan perilaku santri terhadap kejadian penyakit skabies (kudis) di Ponpes Al-Qoumaniyah Ds. Kauman Kec. Jekulo Kab. Kudus? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara karakteristik, faktor lingkungan dan perilaku sehat santri terhadap kejadian skabies (gudik) di Ponpes. Al-Qoumaniyah, Ds. Kauman, Kec. Jekulo, Kab. Kudus. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan karakteristik santri di Ponpes Al-Qoumaniyah Ds. Kauman Kec. Jekulo Kab. Kudus. b. Mendeskripsikan faktor lingkungan di ponpes Al-Qoumaniyah Ds. Kauman Kec. Jekulo Kab. Kudus. c. Mendeskripsikan perilaku santri di Ponpes Al-Qoumaniyah Ds. K auman Kec. Jekulo Kab. Kudus. d. Mendeskripsikan kejadian skabies di Ponpes Al-Qoumaniyah Ds. Kauman Kec. Kauman Kab. Kudus.
5 e. Menganalisis hubungan antara karakteristik santri terhadap kejadian skabies di Ponpes Al-Qoumaniyah Ds. Kauman Kec. Jekulo Kab. Kudus. f. Menganalisis hubungan antara faktor lingkungan terhadap kejadian skabies di Ponpes Al-Qoumaniyah Kec. Jekulo Kab. Kudus. g. Menganalisis hubungan antara perilaku santri terhadap kejadian skabies di Ponpes Al-Qoumaniyah Kec. Jekulo Kab. Kudus. D. Manfaat penelitian 1. Keilmuan a. Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam berkomunikasi dan dalam menganalisis suatu masalah. b. Institusi keperawatan 1). Memberikan masukan dan informasi tentang pentingnya penyuluhan kesehatan di lingkungan pondok pesantren. 2). Menambah studi kepustakaan tentang penyakit kulit yang sering terjadi di pondok pesantren. sehingga dapat dijadikan masukan bagi institusi dalam menangani masalah kesehatan lingkungan dan perorangan di suatu komunitas 2. Praktis a. Perawat Perawat dapat memperoleh pengetahuan serta pemahaman tentang penyakit kulit khususnya skabies sehingga perawat dapat memilih strategi pelaksanaan yang lebih efektif dalam menangani masalah penyakit kulit di komunitas, khususnya skabies. b. Santri 1). Memberikan informasi kepada santri tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan perorangan sehingga mereka dapat terbebas dari resiko terkena skabies.
6 2). Memberikan informasi kepada santri tentang dampak yang terjadi apabila kebersihan lingkungan dan perorangan tidak dirawat dengan baik. c. Pengurus pondok pesantren Dapat memberikan pengetahuan kepada pihak pengurus pondok pesantren tentang pentingnya pendidikan kesehatan serta pengawasan kepada para santri dalam hal kebersihan lingkungan dan perorangan. E. Bidang ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan komunitas. F. Originalitas Penelitian tentang penyakit kulit skabies sebelumnya pernah diteliti oleh Musfiati, mahasiswi lintas lanjur Universitas Muhammadiyah Semarang angkatan 2008 dengan judul Hubungan pengetahuan dan sikap kebersihan diri dengan perilaku pencegahan skabies di Pondok pesantren. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang skabies di pondok pesantren dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut dapat dilihat dari variabel yang diteliti. Penelitian sebelumnya lebih menitik beratkan pada aspek pengetahuan dan sikap terkait dengan perilaku pencegahan skabies. Sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada faktor karakteristik, lingkungan serta perilaku yang mendukung terjadinya skabies, yang di dalamnya juga sudah mencakup pengetahuan serta sikap. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sebenarnya akan terlihat jelas pada bagian variabel dependen. Variabel dependen pada penelitian ini fokus pada kejadian skabies, sedangkan variabel dependen penelitian sebelumnya lebih difokuskan pada perilaku pencegahannya.