UPKP V: ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL. B A B I KETENTUAN UMUM

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DEMAK

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

BUKU KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BAPPEDA KABUPATEN BOYOLALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 800/125/SK/SET-1/DLH

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL REPUBLIK INDONESIA

KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012)

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembar

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : / 4078 / 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENT ANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MEDAN

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2014

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

PEDOMAN PENINGKATAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lina Miftahul Jannah linamjannah.wordpress.com Materi Kuliah Administrasi Kepegawaian Negara Departemen Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

Transkripsi:

PUSDIKLAT PSDM

DAFTAR ISI A. Pengertian Etika... 1 B. Kode Etik PNS... 1 C. Penegakkan Kode Etik PNS... 5 D. Kode Etik Instansi dan Kode Etik Profesi... 6 E. Prinsip-prinsip Moral PNS... 8 F. Implementasi etika dalam organisasi pemerintah... 10 G. Nilai-Nilai Kementerian Keuangan... 13 PUSDIKLAT PSDM I

ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Etika Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan hidup yang dianggap baik oleh kalangan atau masyarakat tertentu. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan etika sebagai: sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya; ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral; kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Etika biasanya berkaitan erat dengan kata moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral kurang lebih memiliki pengertian yang sama. Untuk pembahasan materi selanjutnya, etika PNS diartikan sebagai kode etik PNS. B. Kode Etik PNS Berdasarkan UU ASN nomor 5 tahun 2014 Pasal 3, disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: 1. nilai dasar; 2. kode etik dan kode perilaku; 3. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; 4. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5. kualifikasi akademik; 6. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan 7. profesionalitas jabatan. Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b UU ASN Nomor 5 tahun 2014 bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN: 1. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi; 2. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin; 3. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan; 4. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; PUSDIKLAT PSDM 1

5. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan; 6. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara; 7. menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien; 8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; 9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; 10. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain; 11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan; 12. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN. Peraturan turunan dari UU ASN nomor 5 tahun 2014 yang mengatur tentang kode etik PNS sampai saat ini belum diterbitkan, sehingga pengaturan lebih lanjut tentang Kode Etik PNS, mengacu kepada peraturan yang sudah ada dan masih berlaku yakni Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Menurut Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah tersebut, Kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Kode etik PNS wajib dilaksanakan PNS di seluruh wilayah Indonesia. Dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 ditegaskan bahwa dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, Pegawai Negeri Sipil wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil. Adapun butir-butir Etika Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah sebagai berikut: 1. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Bernegara a. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan Negara; c. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugas; e. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa; f. Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap kebijakan dan program pemerintah; PUSDIKLAT PSDM 2

g. Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya negara secara efisien dan efektif; h. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar. 2. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Berorganisasi a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku; b. Menjaga informasi yang bersifat rahasia; c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang; d. Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi; e. Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan; f. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas; g. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja; h. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi; i. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja. 3. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Bermasyarakat a. Mewujudkan pola hidup sederhana; b. Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih, dan tanpa unsur pemaksaan; c. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif; d. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat; e. Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas. 4. Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap Diri Sendiri a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar; b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan; c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan; d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap; e. Memiliki daya juang yang tinggi; f. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani; g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga; h. Berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan. PUSDIKLAT PSDM 3

5. Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap Sesama Pegawai Negeri Sipil a. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/ kepercayaan yang berlainan; b. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan antarsesama Pegawai Negeri Sipil; c. Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antarinstansi; d. Menghargai perbedaan pendapat; e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil; f. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif antarsesama Pegawai Negeri Sipil; g. Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin terwujudnya Pegawai Negeri Sipil dalam memperjuangkan hak-haknya. Pegawai Negeri Sipil di samping wajib melaksanakan dan menerapkan kode etik PNS, juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar bagi Pegawai Negeri Sipil seperti yang diatur dalam Pasal 4 UU Nomor 5 tahun 2014 meliputi: 1. memegang teguh ideologi Pancasila; 2. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah; 3. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; 4. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak; 5. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; 6. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif; 7. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur; 8. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; 9. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; 10. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun; 11. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi; 12. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama; 13. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai; 14. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan 15. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karier. PUSDIKLAT PSDM 4

Nilai-nilai dasar bagi Pegawai Negeri Sipil merupakan pedoman, tingkah laku, dan perbuatan yang berlaku bagi seluruh Pegawai Negeri Sipil tanpa membedakan di mana Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja. Nilai-nilai dasar ini wajib dijunjung tinggi karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, bangsa, negara, dan pemerintah. C. Penegakkan Kode Etik PNS 1. Pelanggaran Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Pelanggaran atas Kode Etik adalah segala bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang bertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan kode etik. Berdasarkan pasal 16 dari PP No. 42 Tahun 2004, dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran kode etik, selain dikenakan sanksi moral, dapat dikenakan tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu hukuman disiplin PNS yang diatur dalam PP No. 30 Tahun 1980 (sebagaimana telah diganti dengan PP 53/20100), atas rekomendasi Majelis Kode Etik, bila PNS yang bersangkutan melanggar peraturan disiplin PNS. Sanksi moral dibuat secara tertulis dan dapat berupa pernyataan secara tertutup atau pernyataan secara terbuka. 2. Pembentukan Majelis Kode Etik Untuk menegakkan kode etik, pada setiap instansi dibentuk Majelis Kehormatan Kode Etik yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat Majelis Kode Etik adalah lembaga non-struktural pada instansi pemerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PNS. Keanggotaan Majelis Kode Etik terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, satu orang sekretaris merangkap anggota, dan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota. Jika anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 (lima) orang, maka jumlahnya harus ganjil agar jika terjadi pemungutan suara, tidak terjadi deadlock. Jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperiksa karena disangka melanggar kode etik. Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa Pegawai Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran kode etik dan Pegawai Negeri Sipil bersangkutan diberi kesempatan membela diri. Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak. Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final. PUSDIKLAT PSDM 5

D. Kode Etik Instansi dan Kode Etik Profesi Berdasarkan kode etik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, kode etik juga dapat disusun untuk kode etik instansi dan kode etik masing-masing organisasi profesi. Agar kode etik itu berfungsi sebagaimana diharapkan maka ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi, yakni: 1. kode etik dibuat oleh masing-masing profesi sehingga kode etik itu bisa dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam profesi yang bersangkutan, dengan kata lain, kode etik harus merupakan hasil pemikiran dan pengaturan anggota profesi tersebut; 2. pelaksanaan kode etik harus diawasi terus menerus, setiap kasus pelanggaran dievaluasi dan dikenakan tindakan oleh suatu komite khusus untuk itu. Kode etik organisasi profesi di lingkungan Pegawai Negeri Sipil ditetapkan organisasi profesi masing-masing, sedangkan kode etik instansi ditetapkan oleh pejabat pembina kepegawaian masingmasing instansi berdasarkan karakteristik masing-masing instansi (Pasal 13 dan 14 PP No. 42 Tahun 2004). Sementara itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil pada Paragraf 15 mengenai Organisasi Profes, Pasal 101 mengatur antara lain bahwa: 1. Setiap Jabatan Fungsional (JF) yang telah ditetapkan wajib memiliki 1 (satu) organisasi profesi JF dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal penetapan JF. 2. Organisasi profesi JF dimaksud wajib menyusun. 3. Organisasi profesi JF mempunyai tugas: a. Menyusun dan menetapkan kode etik dan kode perilaku profesi setelah mendapat persetujuan dari pimpinan instansi pembina. b. memberikan advokasi; dan c. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi. Pengaturan lebih lanjut pelaksanaan kode etik dan perilaku pegawai di lingkungan kementerian keuangan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 71/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin PNS di lingkungan Kementerian Keuangan. Menurut PMK tersebut, setiap unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan menetapkan kode etik instansi berdasarkan karakteristik masing-masing instansi. Bagi unit eselon I Kementerian Keuangan yang telah menetapkan kode etiknya sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan tersebut, wajib berpedoman kepada PMK tersebut. PUSDIKLAT PSDM 6

Tujuan ditetapkannya kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan adalah: 1) meningkatkan disiplin PNS, 2) menjamin terpeliharanya tata tertib, 3) menjamin kelancaran pelaksanaan tugas kondusif, 4) menciptakan dan memelihara kondisi kerja profesional, dan 5) meningkatkan citra dan kewajiban kinerja PNS. Dalam Pasal 2 ayat (3) diatur tentang prinsip dasar menyusun kode etik sebagai berikut: 1. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kode etik PNS; 2. disusun dalam bahasa yang mudah dipahami dan diingat; 3. dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing unit eselon I. Materi yang tertuang dalam Kode Etik Instansi diatur dalam Pasal 3, 4, dan Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 yaitu: Kode Etik sekurang-kurangnya memuat (Pasal 3): 1. tujuan; 2. kewajiban dan larangan; 3. sanksi. Adapun tujuan, kewajiban, dan larangan, serta sanksi adalah sebagai berikut (Pasal 4): Tujuan kode etik meliputi: meningkatkan Disiplin PNS; menjamin terpeliharanya tata tertib; menjamin kelancaran pelaksanaan tugas kondusif; menciptakan dan memelihara kondisi kerja profesional; meningkatkan citra dan kewajiban kinerja PNS. Kewajiban sekurang-kurangnya memuat: kepatuhan terhadap aturan mengenai tata laksana tugas unit eselon I; kepatuhan terhadap tata tertib mengenai jam masuk, istirahat, pulang kantor, dan pemanfaatan jam kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku; hubungan antar PNS baik vertikal maupun horizontal; hubungan PNS dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara kedinasan; kesopanan dalam berpenampilan dan bertutur kata. Larangan sekurang-kurangnya memuat: larangan bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; larangan menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik; PUSDIKLAT PSDM 7

larangan menyalahgunakan wewenang; larangan menerima segala pemberian yang berkaitan dengan jabatan dan kewenangannya; larangan membocorkan informasi yang bersifat rahasia; larangan melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan; larangan melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik Kementerian Keuangan. E. Prinsip-prinsip Moral PNS Dalam kepemerintahan yang baik (good governance), PNS bertugas untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan untuk mewujudkan PNS yang mampu memberikan pelayanan prima menurut Dr. A. Sonny Keraf (2002), ada 7 (tujuh) prinsip moral yang harus dimiliki dan dihayati oleh PNS yaitu: 1. Profesionalisme Prinsip ini menuntut setiap pejabat publik dalam birokrasi pemerintah untuk bertindak secara profesional sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mempunyai komitmen moral yang tinggi untuk membela kepentingan publik. Profesionalisme juga menuntut agar pejabat publik dalam birokrasi harus konsekuen dan konsisten dalam menjalankan profesinya. Hal ini berarti kalau dengan kesadaran sendiri memilih menjadi aparat birokrat harus konsekuen dan konsisten menjalani profesinya dengan segala konsekuensinya, termasuk penghasilannya yang relatif tidak besar. 2. Integritas moral yang tinggi Prinsip ini menuntut setiap pejabat publik dalam birokrasi untuk bertindak sesuai dengan prinsip dan menjaga nama baik sebagai seorang pejabat publik yang wajib melaksanakan tugasnya sebaikbaiknya demi melayani kepentingan publik. Pejabat publik dituntut untuk tidak dikendalikan oleh pihak lain untuk menyalahgunakan kekuasaan dan wewenangnya dengan merugikan kepentingan publik. 3. Tanggung jawab terhadap kepentingan publik Prinsip ini menegaskan bahwa kepentingan publik adalah segala-galanya karena kepentingan publik adalah nilai tertinggi yang tidak dapat digantikan dan tidak dapat dikalahkan dengan hal yang lainnya termasuk uang atau jabatan yang lebih tinggi. Seorang aparat birokrat termasuk PNS memilih profesi tersebut bukan untuk memperkaya dirinya dan mencari kedudukan dan jabatan. Setiap aparat birokrat pada dasarnya memilih profesi PNS karena didorong oleh keinginan luhur untuk melayani kepentingan publik. Menjadi aparat birokrat merupakan panggilan tugas untuk mengabdi kepada kepentingan publik, bangsa, dan negara. PUSDIKLAT PSDM 8

4. Berpihak kepada kebenaran dan kejujuran Prinsip ini menuntut setiap pejabat publik untuk selalu mempunyai sikap yang salah adalah salah, yang benar adalah benar. Oleh karena itu, setiap orang harus selalu dilayani sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, demi mempertahankan kebenaran dan kejujuran, karena kejujuran dan kebenaran merupakan prinsip yang paling pokok yang harus melekat pada penyelenggara negara termasuk penyelenggara pemerintahan. 5. Bertindak secara adil Prinsip ini memperlakukan semua orang secara sama tanpa membeda-bedakan, tanpa diskriminasi atas dasar agama, ras, suku, jenis kelamin, dan seterusnya. Sebagai pejabat publik harus netral dan membela yang benar sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Adany a prinsip yang datang pertama harus pertama dilayani adalah perwujudan prinsip keadilan dalam birokrasi, karena tidak ada yang diistimewakan atau diberi perlakuan khusus. Keadilan juga menuntut agar setiap pejabat publik mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan oleh pihak tertentu dengan baik, sehingga pelanggaran harus dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Jangan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan Prinsip ini penting karena birokrasi kita dianggap bisa diatur dalam arti melakukan manipulasi untuk mencapai tujuan yang menyimpang yang merugikan kepentingan publik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral. Birokrasi harus melayani publik dengan baik dan benar sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku agar kepentingan masyarakat tidak dirugikan. 7. Jangan lakukan pada orang lain apa yang Anda sendiri tidak mau perbuatan tersebut dilakukan pada Anda Prinsip ini harus dipegang teguh birokrasi karena masyarakat selalu ingin dilayani secara baik sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku. Jangan mempersulit orang lain karena Anda sendiri tidak ingin dipersulit. Jangan minta sesuatu untuk pelayanan publik yang Anda berikan karena Anda sendiri tidak ingin diperlakukan demikian, karena PNS bertugas memberikan pelayanan publik yang prima kepada masyarakat. Menurut Myrdal (1968) terdapat 11 kemampuan atau keutamaan yang diharapkan dari seorang pegawai yang baik, yaitu: 1. efisiensi; 2. kerajinan; 3. kerapihan; 4. tepat waktu; PUSDIKLAT PSDM 9

5. kesederhanaan; 6. kejujuran; 7. pengambilan keputusan secara rasional, bukan berdasarkan emosional, atau nepotisme/kolusi; 8. kesediaan untuk berubah; 9. kegesitan; 10. mau bekerja sama; 11. bersedia memandang jauh ke depan. F. Implementasi etika dalam organisasi pemerintah Agar etika yang baik bisa terwujud dalam suatu organisasi maka kode etik organisasi tidak cukup hanya menentukan kewajiban-kewajiban, larangan-larangan, serta sanksi-sanksi saja, tetapi dibutuhkan juga langkah-langkah nyata yang sistematis serta dilaksanakan dengan penuh kesungguhan berupa partisipasi aktif dari seluruh pihak yang berada dalam organisasi tersebut. Menurut Keraf (2002) ada beberapa hal yang diperlukan agar implementasi praktik etika yang baik dalam organisasi pemerintah dapat terwujud, yaitu sebagai berikut: 1. adanya komitmen moral dan politik dari pimpinan kementerian/lembaga. Dalam hal ini, menteri berkomitmen untuk membangun birokrasi kementerian dengan sebuah etos, kebiasaan, serta etika yang baik demi melayani kepentingan publik; 2. komitmen moral dan politik itu lalu diterjemahkan ke dalam aturan formal internal kementerian sebagai pegangan konkrit bagi setiap pejabat dan pegawai mulai dari menteri, direktur jenderal, sampai kepada pegawai paling rendah dan disusun secara rinci, termasuk sanksi-sanksi yang jelas; 3. etos/etika birokrasi dan aturan yang jelas tadi lalu disosialisasikan dan diajarkan kepada PNS pada saat pertama kali masuk, dalam pelatihan dan dalam seluruh proses pembenahan; 4. adanya sanksi yang diterapkan secara konsekuen merupakan alat "pendidikan," yang baik bagi siapa saja. Sebaliknya penghargaan, baik dalam bentuk kenaikan pangkat atau pengakuan tertulis lainnya secara jujur dan objektif akan merupakan alat motivasi yang baik bagi peningkatan etos di kementerian tersebut; 5. adanya teladan yang nyata dari pimpinan kementerian, khususnya menteri dan eselon 1, dalam menghayati dan mempraktikkan secara nyata prinsip-prinsip moral di atas. PUSDIKLAT PSDM 10

Magnis-Suseno (2002) menyebutkan adanya 4 unsur utama yang mempengaruhi keberhasilan perwujudan etika dalam organisasi pemerintah, yakni: 1. Etos Kerja Etos kerja merupakan sikap dasar seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan suatu pekerjaan. Etos kerja bisa kuat atau lemah, positif atau negatif, terlihat pada saat seseorang tersebut mengalami hambatan atau tantangan dalam pekerjaannya. Etos kerja individu akan sangat dipengaruhi oleh etos kerja kelompok, yaitu etos kerja orang-orang yang berada di sekitarnya. Contoh: seorang pegawai yang pada awalnya memiliki etos kerja yang tinggi bisa berubah menjadi malas, tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, ataupun menghindari pekerjaan akibat terpengaruh oleh rekan-rekan kerjanya yang memiliki etos kerja yang rendah. Unsur-unsur penting dalam etos kerja yang bisa mendukung terciptanya suatu suasana kerja yang kondusif adalah sebagai berikut: 1. dedikasi dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya; 2. semangat pengabdian kepada masyarakat; 3. bersedia mempertanggungjawabkan hasil kerjanya; 4. bersedia memperhatikan harapan/tuntutan/kritik masyarakat dan selanjutnya memperbaiki diri; 5. dorongan untuk terus-menerus meningkatkan kompetensi dan kecakapan; 6. semangat untuk tidak lari dari kemungkinan masalah, melainkan justru mengidentifikasikan masalah yang paling mengancam dan mengambil langkah untuk mengatasinya sebelum masalah tersebut semakin gawat; 7. transparansi dalam segala keputusan. 2. Moralitas Pribadi Moralitas pribadi merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan normanorma yang ada, yang terkait dengan baik buruknya suatu perbuatan. Moralitas pribadi menyangkut kualitas moral masing-masing orang atau individu. Ada beberapa moralitas pribadi yang penting, antara lain: 1. dedikasi; 2. jujur dan tidak korupsi; 3. taat pada tuntutan khas etika birokrasi; 4. bertanggung jawab; 5. minat dan hasrat untuk terus-menerus meningkatkan kompetensi dan kecakapannya; 6. menghormati hak semua pihak yang terkait. PUSDIKLAT PSDM 11

3. Kepemimpinan yang bermutu Dalam kaitannya dengan perwujudan etika, seorang pemimpin memikul peran sebagai panutan dan pemberi motivasi kepada para bawahannya sekaligus juga harus mampu menjaga kondisi lingkungan kerja agar tetap terjaga dalam suasana kerja yang etis. Untuk memperoleh pemimpin bermutu seperti itu maka pemimpin dituntut mempunyai 5 hal penting, yakni: a. Kompetensi Seorang pemimpin harus benar-benar menguasai hal-hal yang merupakan bidang pekerjaannya sehingga dia diharapkan akan mampu mengatasi permasalahanpermasalahan yang terjadi. b. Memastikan pelaksanaan tertib kerja Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memimpin, berwibawa, mampu memberikan motivasi kepada bawahannya dan memiliki ketegasan untuk memberikan sanksi bagi pegawai yang melanggar aturan. c. Konsistensi Seorang pemimpin harus bersikap konsisten dalam menerapkan aturan dan dalam memberikan sanksi ataupun penghargaan kepada para bawahannya dan tidak boleh pilih kasih terhadap bawahannya karena bisa mengakibatkan terjadinya ketidakadilan. d. Transparansi Keputusan-keputusan seorang pemimpin harus jelas dan transparan bagi pihak pihak yang terkait dengan keputusan tersebut. e. Menjadi panutan Seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan bagi para bawahannya sehingga ia harus memiliki integritas pribadi yang bisa dijadikan teladan. Sifat-sifat pemimpin yang bisa menjadi teladan, antara lain: jujur, adil, cakap, tegas, komunikatif, dan bertanggung jawab. 4. Kondisi-kondisi sistemik Ada 2 (dua) syarat sistemik yang berpengaruh dalam keberhasilan untuk mewujudkan suatu etika dalam organisasi pemerintah, yakni: a. Lingkungan kerja Lingkungan kerja dapat mendukung atau merusak watak moral seseorang. Etos kerja yang baik hanya dapat berkembang dalam lingkungan di mana orang mengalami bahwa sikapsikap moralnya yang positif didukung, dihargai, dan diharapkan oleh orang-orang sekitarnya. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif bisa menurunkan etos kerja seseorang. PUSDIKLAT PSDM 12

b. Pengawasan/pengendalian Harus ada pengawasan/pengendalian atas pelaksanaan pekerjaan sehingga penerapan etika akan selalu dapat dipantau. Pengawasan/pengendalian ini tidak cukup dari dalam organisasi saja, melainkan juga perlu ada pengawasan/pengendalian dari luar organisasi, dalam hal ini pengawasan/pengendalian oleh masyarakat harus diterima sebagai suatu hal yang positif. G. Nilai-Nilai Kementerian Keuangan Nilai menunjukkan keberhargaan atau kebaikan dalam sebuah hal. G. Everest menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam 8 kelompok yang meliputi nilai-nilai ekonomis, nilai-nilai kejasmanian, nilai-nilai hiburan, nilai-nilai sosial, nilai-nilai watak, nilai-nilai estetika, nilai-nilai intelektual, dan nilainilai keagamaan. Manusia hidup dikelilingi oleh nilai-nilai ini dan akan selalu menemui penggunaan nilai dalam seumur hidupnya. Nilai-nilai ini pada akhirnya menjadi sebuah norma yang harus diikuti manusia agar dapat diterima oleh masyarakat. Kementerian Keuangan, sebagai sebuah organisasi yang para pegawainya telah mempunyai nilai-nilai dasar yang diyakini masing-masing, harus mengembangkan nilai-nilai yang dapat menjadi panduan bagi setiap anggota organisasi agar berperilaku sesuai dengan nilai yang didukungnya. Tujuannya, agar setiap pegawai Kemenkeu memiliki nilai-nilai utama yang selaras sehingga organisasi dapat berinteraksi sebaik mungkin dengan masyarakat dan menunjukkan ciri khas kepribadian organisasi. Kementerian Keuangan mengembangkan nilai-nilainya dari hasil peleburan dan kontemplasi nilai-nilai yang sebelumnya telah diterapkan secara berbeda pada masing-masing unit eselon satu. Peleburan ini penting untuk membangun kembali sinergi dari seluruh jajaran kementerian keuangan serta untuk menunjukkan kepada masyarakat secara lebih jelas perubahan yang diwujudkan oleh Kementerian Keuangan secara keseluruhan. Penerapan nilai-nilai Kementerian Keuangan ini menunjukkan bahwa Kementerian Keuangan memberikan warna tersendiri bagi PNS di lingkungan Kementerian Keuangan dan tidak sama dengan PNS lainnya terutama dalam hal karakter dan budaya kerja. Penerapan nilai-nilai ini juga merupakan bagian dari langkah Kementerian Keuangan sebagai penggerak reformasi birokrasi di Indonesia agar nantinya penerapan nilai-nilai organisasi juga diterapkan dalam level birokrasi lainnya. PUSDIKLAT PSDM 13

Nilai-nilai Kementerian Keuangan Meliputi 5 Nilai dan 10 Perilaku Utama yang diinternalisasikan dalam setiap pegawainya. Nilai-nilai tersebut meliputi: 1. Integritas Mengandung maksud setiap PNS di lingkungan Kementerian Keuangan berpikir, berkata, berperilaku, bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsipprinsip moral. 2. Profesional Mengandung maksud setiap PNS bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. 3. Sinergi Mengandung maksud setiap PNS membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku. 4. Pelayanan Mengandung maksud setiap PNS memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman. 5. Kesempurnaan Mengandung maksud setiap PNS senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. Nilai-nilai Kementerian Keuangan ini diwujudkan dalam 10 perilaku utama yang meliputi: 1. Bersikap tulus, jujur, dan dapat dipercaya; 2. Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela; 3. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas; 4. Bekerja dengan hati; 5. Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati; 6. Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik; 7. Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan; 8. Bersikap proaktif dan cepat tanggap; 9. Melakukan perbaikan terus menerus; 10. Mengembangkan inovasi dan kreativitas. PUSDIKLAT PSDM 14

Lebih lengkapnya, perwujudan nilai-nilai tersebut tercermin dalam sikap, perilaku dan tindakan PNS Kemenkeu setiap hari sebagai berikut: 1. Integritas, dapat diwujudkan dengan perilaku: a. bertindak jujur, tulus, dan dapat dipercaya; b. bertindak transparan dan konsisten; c. menjaga martabat dan tidak melakukan hal yang tercela; d. bertanggung jawab atas hasil kerja; e. bersikap obyektif. 2. Profesional, dapat diwujudkan dengan perilaku: a. mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas; b. memiliki kepercayaan yang tinggi; c. bekerja secara efisien dan efektif; d. bekerja cerdas, cepat, cermat dan tuntas; e. bekerja dengan hati. 3. Sinergi, dapat diwujudkan dengan perilaku: a. memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati; b. berkomunikasi dengan sikap terbuka dan menghargai perbedaan; c. menemukan dan melaksanakan solusi yang terbaik; d. berorientasi pada hasil yang memberikan nilai tambah. 4. Pelayanan, dapat diwujudkan dengan perilaku: a. melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan; b. menghindari arogansi kekuasaan; c. bersikap ramah dan santun; d. bersikap proaktif dan cepat tanggap. 5. Kesempurnaan, dapat diwujudkan dengan perilaku: a. berwawasan ke depan dan adaptif; b. melakukan perbaikan terus menerus; c. mengembangkan inovasi dan kreativitas; d. peduli lingkungan. PUSDIKLAT PSDM 15