Gambar 2.1 Radiosonde

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2.1 Sistem Koordinat untuk Menganalisis Antena

RANCANG BANGUN ANTENA STACKING YAGI UNTUK STASIUN PENERIMA SISTEM KOMUNIKASI MUATAN BALON ATMOSFER FREKUENSI 433 MHZ

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI-UDA COHEN-MINKOWSKI PADA FREKUENSI 433MHz

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO

BAB II DASAR TEORI. Gelombang didefinisikan sebagai getaran atau gangguan yang merambat.

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

TUGAS AKHIR. STUDI ANTENA YAGI-UDA FREKUENSI 433 MHz DENGAN TEKNIK FRAKTAL COHEN-MINKOWSKI ITERASI-2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

: Widi Pramudito NPM :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI ANTENA MIKROSTRIP DAN WIRELESS LAN

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA PENENTUAN UKURAN SLOT PADA KARATERISTIK ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN PENCATU APERTURE COUPLED

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

Makalah Peserta Pemakalah

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

BAB II TEORI DASAR. antena. Selanjutnya akan dijelaskan pula mengenai pengenalan wireless LAN.

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER

DESIGN ANTENA YAGI UDA UNTUK FREKUENSI 759,25 MHz UNTUK APLIKASI PADA METRO TV MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

BAB II DASAR TEORI. tipis dan mampu bekerja pada frekuensi yang sangat tinggi. Antena mikrostrip

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

RANCANG BANGUN ANTENA OMNIDIRECTIONAL 15 dbi UNTUK PENGUAT SINYAL WIRELESS FIDELITY (Wi-Fi)

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

Lower Frequency (MHz) Center Frequency (MHz)

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENEMPATAN POSISI FEED POINT TERHADAP PARAMETER ANTENA HELIKS

BAB II TEORI DASAR. Jika target yang dituju dapat bergerak, maka diperlukan suatu sistem tracking

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

VARIAN ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE

Varian Antena Dipole dan Monopole

Desain dan Pembuatan Antena Whip Dual-Band pada VHF/UHF untuk Perangkat Transceiver Portabel

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MEANDER LINE UNTUK SISTEM TELEMETRI ROKET UJI MUATAN

Perancangan Dan Implementasi Antena Yagi 2.4 GHz Pada Aplikasi WIFI (Wireless Fidelity)

DESAIN SISTEM TRANSFER ENERGI NIRKABEL DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG RADIO FM

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN INSET

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

Radio dan Medan Elektromagnetik

Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G 2,4 GHz Broadband Linksys

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

Perancangan dan Realisasi Antena Mikrostrip 700 MHz Model Patch Circular Dengan Metode Linear Array Sebagai Penerima TV Digital

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 GRAFIK PENGUKURAN PORT TUNGGAL

Desain Sistem Transfer Energi Nirkabel dengan Memanfaatkan Gelombang Radio FM

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

Desain dan Pembuatan Antena Whip Dual-Band pada VHF 144 MHz dan UHF 430 MHz untuk Perangkat Transceiver Portabel

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10,5 dbi

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ANTENA STACKING YAGI UNTUK STASIUN PENERIMA SISTEM KOMUNIKASI MUATAN BALON ATMOSFER FREKUENSI 433 MHZ

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Radiosonde Radiosonde adalah alat untuk mengukur tekanan, suhu, arah, kecepatan angin dan kelembaban udara diberbagai lapisan udara. Alat tersebut berungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui karakteristik keadaan cuaca dari lapisan permukaan sampai lapisan tingkat atas. Pada tahun 1924, Kolonel William Blaire dari U.S.Signal Corp melakukan eksperimen pertama mengenai pengukuran temperatur udara-atas menggunakan balon. Radiosonde seperti Gambar 2.1, ditemukan oleh seorang berkewarganegaraan Perancis bernama Robert Bureau. Radiosonde ini diterbangkan pertama kali pada tanggal 7 Januari 1929. Tanggal 30 Januari 1930, Pavel Molchanov menerbangkan radiosonde dengan standar pengiriman data yang baru, yaitu: mengkonversi hasil pembacaan sensor ke dalam bentuk kode Morse. Tanggal 1 April 1935, Sergey Vernov menerbangkan hasil modiikasi radiosonde temuan Pavel Molchanov untuk mengukur sinar kosmik pada high altitude. Pada tahun 1985, Uni-Soviet menjatuhkan radiosonde yang bernama Vega 1 dan Vega 2 ke atmoser planet Venus. Pengukuran cuaca ini berlangsung hingga dua hari. Gambar 2.1 Radiosonde 5

Radiosonde diterbangkan ke atmoser menggunakan sebuah balon yang terbuat dari karet dan diisi dengan gas helium atau hidrogen. Ukuran balon berkisar antara 150 3000 gram. Dengan bertambahnya ketinggian balon dari permukaan tanah (tekanan udara berkurang), maka balon akan pecah karena tekanan udara didalam lebih tinggi. Pada Gambar 2.2 menjelaskan sistem operasional dari radiosonde. Transmitter diterbangkan bersama balon udara, kemudian antena diarahkan pada target (transmitter), balon tersebut akan bergerak mengikuti arah dan kecepatan angin oleh karena itu pengamatan harus lebih dahulu mengetahui arah dan kecepatan angin permukaan. Gambar 2.2 Sistem Operasional Radiosonde Setelah transmitter terbang di udara, maka antena penerima akan bergerak mengikuti transmitter tersebut. Selanjutnya transmitter akan memancarkan signal sesuai dengan sensor masing-masing dan signal tersebut dipancarkan ke bumi yang diterima oleh antenna penerima dan signal itu diteruskan ke recorder/buer, sebelum diteruskan ke alat pemroses maka signal tersebut mendapat seleksi atau di-mixer untuk mendapatkan signal yang terseleksi sesuai bekerjanya sensor 6

masing-masing. Dari recorder signal yang terseleksi tersebut diteruskan ke komputer, signal-signal diubah menjadi bentuk angka yang dapat dibaca pada layar monitor. Operasional radiosonde ini dapat mencapai ketinggian 10 km tergantung pada kekuatan baterai atau balon membawanya. Untuk menghasilkan sebuah sistem radiosonde yang baik, maka dibutuhkan sebuah perhitungan link budget yang digunakan di daerah kota besar atau metropolitan dengan anggapan bahwa daya gangguan yang diterima kecil seperti yang ada pada Tabel 2.1 [4]. Tabel 2.1 Link Budget Radiosonde Transmit power Transmitter antenna gain Free Space Loss (250 km) Receiver antenna gain Antenna pointing error Received signal power 13 dbm (20 mw) 1.76 dbi -132.5 db 10 dbi -3 Db -110.7 dbm Noise power at reception -126.5 dbm (in urban area) -132.7 dbm (minimum) Signal-to-Noise ratio 15.8 db 22.0 db E b (MSK) 14.8 db 21.0 db N 0 Gaussian ilter degradation -1 db -1 db Receiver imperection -2 db -2 db E b (GMSK) 11.8 db 18 db N 0 Pada Tabel 2.1 terdapat nilai gain untuk aplikasi radiosonde. Gain antena pengirim 1.76 dbi dan gain antena penerima sebesar 10 dbi. Perbaikan gain atau pun parameter entena yang lain hanya bisa dilakukan pada penerima di stasiun bumi karena sangat sulit untuk memperbaiki parameter antena di sisi pengirim. 7

2.2 Deinisi dan Parameter Antena Standar IEEE 145-1983 mendeinisikan antena sebagai suatu alat yang berungsi untuk meradiasikan dan menerima gelombang radio [5]. Dengan kata lain antena adalah struktur pengalihan antara ruang bebas dan media pembimbing, seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Antena Sebagai Media Transmisi [5] Media pembimbing atau saluran transmisi dapat berbentuk suatu kabel coaxial atau pipa kosong/bumbung gelombang (waveguide), dan media pembimbing ini digunakan untuk membawa energi elektromagnetik dari sumber pancaran (transmitter) hingga sampai ke antena, atau dari antena hingga sampai ke perangkat penerima (receiver) [5]. Karakteristik dari suatu antena ditentukan oleh beberapa parameter yaitu: pola radiasi, gain, bandwidth, dan VSWR. 2.2.1 Pola Radiasi Pola radiasi sebuah antena dapat dideenisikan sebagai pola radiasi ungsi matematis atau gambaran secara grais dari karakteristik radiasi sebuah antena sebagai ungsi dari koordinat ruang [5]. Contoh koordinat yang sesuai diperlihatkan pada Gambar 2.4. 8

Gambar 2.4 Sistem Koordinat untuk Menganalisis Antena [5] 2.2.2 Gain Penguatan (gain) adalah sebuah parameter antena, yaitu intensitas radiasi pada arah tertentu dibagi dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika antena menerima daya yang teradiasi secara merata ke segala arah (isotropic). Penguatan (gain) dapat dihitung dengan Persamaan 2.1 dimana nilai intensitas radiasi sama dengan 4π dibagi daya yang diterima oleh antena (Pin). Hal ini dikarenakan daya diradiasikan secara isotropic [5]. U (θ, ) G = 4π (2.1) P in dimana : G = gain U (θ, ) = intensitas radiasi Pin = daya yang diterima oleh antena 9

2.2.3 Bandwidth Bandwidth antena adalah rentang rekuensi dimana kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi masukan, polarisasi, beamwidth, polarisasi, gain, eisiensi, VSWR, return loss) masih memenuhi standar yang telah ditentukan. Untuk Broadband antena, bandwidth merupakan perbandingan antara rekuensi atas (upper) dengan rekuensi bawah (lower) seperti pada Persamaan 2.2. Sedangkan untuk Narrowband antena, maka dinyatakan dalam persentase dari selisih rekuensi (rekuensi atas dikurang rekuensi bawah) yang melewati rekuensi tengah bandwidth seperti pada Persamaan 2.3. Untuk nilai rekuensi tengah dinyatakan dalam Persamaan 2.4 [5]. B r u l (2.2) B p u c l 100% (2.3) c u 2 l (2.4) Br u l = bandwidth rasio = jangkauan rekuensi atas (Hz) = jangkauan rekuensi bawah (Hz) Bp = bandwidth dalam persen (%) c = rekuensi tengah (Hz) 2.2.4 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) VSWR adalah perbandingan antara V max dengan V min. Dimana, V max merupakan amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum dan V min merupakan amplitudo gelombang berdiri (standing wave) minimum. Ada dua 10

komponen gelombang tegangan pada saluran transmisi yaitu V0 + (tegangan yang dikirimkan) dan V0 - (tegangan yang direleksikan). Sebelum menghitung nilai VSWR, terlebih dahulu dihitung nilai koeisien releksi tegangan (Γ) yang merupakan pebandingan antara V0 - dengan V0 + seperti pada Persamaan 2.5 [5]. Γ = V 0 V 0 + = Z L Z 0 Z L Z 0 (2.5) Γ = koeisien releksi tegangan V0 + = tegangan yang dikirimkan V0 - = tegangan yang direleksikan ZL = impedansi beban (load) Z0 = impedansi saluran Setelah didapatkan nilai koeisien releksi tegangan maka selanjutnya nilai VSWR antena dapat dihitung. Rumus untuk mencari VSWR dapat menggunakan Persamaan 2.6 [5]. VSWR = (2.6) V max = amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum V min = amplitudo gelombang berdiri (standing wave) minimum 2.3 Antena Yagi-Uda Antena Yagi-Uda diciptakan di Jepang pada tahun 1926 oleh Dr. Hidetsugu Yagi dan Dr. Shintaro Uda (Universitas Tohoku Imperial di Sendai). Antena Yagi-Uda memiliki gain yang relati tinggi [1]. Antena Yagi-Uda terdiri dari beberapa elemen, yaitu relektor, driven, direktor, dan boom seperti pada Gambar 2.5. 11

Gambar 2.5 Elemen Antena Yagi-Uda [1] Panjang elemen driven antena Yagi-Uda berkisar 0.449λ sampai dengan 0.476λ. Elemen driven berungsi sebagai penerima daya dari pemancar yang biasanya terhubung langsung ke saluran transmisi. Panjang elemen relektor antena Yagi-Uda berkisar 0.475λ sampai dengan 0.503λ. Elemen relektor pada berungsi untuk memantulkan sinyal dari elemen driven. Panjang elemen direktor antena Yagi-Uda berkisar 0.43 λ sampai dengan 0.463 λ. Elemen direktor berungsi untuk mengarahkan sinyal ke titik yang dituju [1]. 2.4 Teknik Fraktal Istilah raktal pertama kali diperkenalkan oleh Benoit B. Mandelbrot (matematikawan Perancis) pada tahun 1975. Istilah raktal didapat setelah melakukan riset tentang geometri alam. Kata raktal berasal dari bahasa latin Fractus yang berarti retak atau dirusak. Fraktal terdiri dari 2 tipe, yaitu raktal acak dan raktal deterministik [6]. 1. Fraktal acak Fraktal acak merupakan kombinasi aturan-aturan yang dipilih secara acak (random) pada skala yang berbeda. Contoh raktal acak dapat dilihat pada hal-hal yang terdapat di alam seperti pohon, awan, sebuah garis pantai, gunung, dan yang lainnya. 12

2. Fraktal deterministik Fraktal deterministik merupakan aturan-aturan deterministik yang terus diulang dan memiliki kecenderungan bentuk yang simetris. Pada raktal deterministik terjadi proses iterasi. Hal ini dikarenakan raktal deterministik memiliki bentuk yang simetris. Contoh raktal deterministik adalah raktal Cohen-Minkowski, raktal kurva Minkowski, raktal kurva Koch, dan raktal sierpinski gasket [6]. Teori raktal telah digabungkan dengan teori elektromagnetik sehingga memiliki beberapa keuntungan jika digunakan untuk memodiikasi bentuk antena dibandingkan dengan antena tradisional, seperti berikut [7]: 1. Meminimalisir bentuk dari antena. 2. Memiliki siat multiband. 3. Memiliki impedansi masukan yang baik. 4. Mengurangi mutual coupling pada antena susun larik. 2.4.1 Cohen-Minkowski Bentuk antena yang dimodiikasi dengan teknik raktal pertama kali diperkenalkan oleh Nathan Cohen pada tahun 1988 [8]. Salah satu tekni raktal yang dibuat oleh Nathan Cohen adalah raktal Minkowski berbentuk bujur sangkar seperti pada Gambar 2.6. Tanpa Iterasi Iterasi-1 Iterasi-2 Gambar 2.6 Cohen-Minkowski [6] 13

Untuk menghasilkan bentuk seperti pada Gambar 2.6, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total Cohen-Minkowski seperti pada Persamaan 2.7 [6]. L = h ( 5 3 )n (2.7) L = panjang total raktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi 2.4.2 Fraktal Kurva Koch Kurva Koch pertama kali diperkenalkan oleh H. V. Koch (matematikawan Swedia). Kurva Koch sangat cocok diimplementasikan ke antena mikrostrip karena Kurva Koch mempunyai bentuk iterasi yang sangat kompleks dan detail. Kurva Koch dapat menghilangkan rekuensi resonansi dan dapat meningkatkan impedansi masukan [6], dapat mengurangi panjang total kawat seperempat lamda yang bekerja pada rekuesi rendah, dan dapat memperbaharui bentuk dasar antena monopole [9]. Bentuk raktal Kurva Koch digambarkan seperti pada Gambar 2.7. Tanpa Iterasi Iterasi-1 Iterasi-2 Gambar 2.7 Fraktal Kurva Koch [9] 14

Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.7, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total raktal kurva Koch seperti pada Persamaan 2.8 [6]. L = h ( 4 3 )n (2.8) L = panjang total raktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi 2.4.3 Kurva Minkowski Kurva Minkowski pertama kali diusulkan oleh Hermnn Minkowski (matematikawan dari Jerman). Kurva Minkowski mempunyai delapan pembangkit, cocok untuk daerah yang padat, mempunyai perormansi rekuensi resonansi yang sangat baik, dan dapat memperbaharui bentuk dasar antena monopole [6]. Gambar Kurva Minkowski seperti pada Gambar 2.8. Tanpa Iterasi Iterasi-1 Iterasi-2 Gambar 2.8 Kurva Minkowski [6] 15

Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.8, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total kurva Minkowski seperti pada Persamaan 2.9 [6]. L = h ( 8 4 )n (2.9) L = panjang total raktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi 2.4.4 Sierpinski Gasket Sierpinski gasket diperkenalkan oleh Sierpinski tahun 1916. Bentuk raktal sierpinski gasket di dapat dengan cara mengurangi skala bentuk segitiga kemudian tahap selanjutnya yaitu membalikkan ukuran segitiga yang sudah dikurangi dari segitiga utama yang disebut sebagai proses iterasi [6]. Sierpinski gasket dapat bersiat multiband. Bentuk raktal sierpinski gasket terlihat pada Gambar 2.9. Tanpa Iterasi Iterasi-1 Iterasi-2 Gambar 2.9 Sierpinski Gasket [6] Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.9, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total Sierpinski Gasket seperti pada Persamaan 2.10 [6]. 16

L = h ( 3 2 )n (2.10) L = panjang total raktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi 17