BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah setempat. Kebijakan pembangunan dalam GBHN dimaksudkan

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERUSAKAN HUTAN LINDUNG AKIBAT PENDIRIAN PEMUKIMAN WARGA DI DAERAH KELURAHAN KAMPUNG SATU SKIP, TARAKAN KALIMANTAN UTARA

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

BAB I. PENDAHULUAN. hutan harus dilakukan dengan tetap memelihara kelestarian, keharmonisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ini dikenal dengan istilah shifting cultivation yang sudah lama dikenal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional.hal ini disebabkan hutan itu bermanfaat bagi sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumber. daya alam hayati, sumber daya alam non hayati dan sumber daya buatan.

1 BAB I. PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN AKSI KAMPUNG BUAH KELURAHAN AKCAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Garis-Garis Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 disebutkan bahwa pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap mejaga kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan, dan dengan mengutamakan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, memelihara tata air, serta untuk memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja, meningkatkan sumber pendapatan negara dan devista serta pendapatan daerah setempat. Kebijakan pembangunan dalam GBHN dimaksudkan untuk terwujudnya keseimbangan fungsi hutan yang meliputi fungsi sosial, ekonomi dan ekologi. 1 Bangsa Indonesia mengakui bahwa hutan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan kekayaan alam yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu, hutan harus diurus dan dimanfaatkan dengan baik sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 1 Koesnadi Hardjasoemantri, 2004, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hlm. 56 1

Indonesia adalah Negara yang kaya akan hutan tropis, dimana 10% dari hutan tropis dunia ada di Indonesia, akan tetapi hutan ini terus berkurang (sekitar 1,300 ribu hektar hutan berkurang setiap tahunnya sejak 1990-2000). Kerusakan hutan ini adalah merupakan gejala alam yang tidak saja diakui oleh bangsa Indonesia tapi juga masyarakat internasional dan konservasi hutan merupakan hal mendesak untuk segera dilakukan. Kondisi hutan di Indonesia selama bergulirnya otonomi daerah tidak malah membaik akan tetapi sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya fakta-fakta yang tidak sinkron antara kebijakan pusat dan daerah tentang kehutanan. Hutan pada hakekatnya adalah salah satu faktor ekosistem di dalam sistem pendukumg kehidupan manusia. Secara ekosistem kerusakan hutan juga menimbulkan menimbulkan kerugian yang sangat besar yakni berupa hancurnya mata rantai kehidupan. Kehancuran mata rantai kehidupan tersebut, nilainya tiada tara besarnya karena menyangkut survivalitas manusia sendiri. Dalam kaitan ini hutan memiliki fungsi melindungi tata air dan tanah dari bahaya erosi. Pada dasarnya hutan mempunyai pengaruh terhadap hujan, peresapan dan aliran sungai. Hutan juga berfungsi sebagai penyimpan sumber daya genetis. Dengan demikian hutan juga berfungsi sebagai pencegah erosi genetis dan menjaga keseimbangan 2

proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen untuk kelangsungan kehidupan manusia. 2 Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Dari manfaat dan fungsi di atas dapat dilihat berapa pentingnya hutan lindung untuk dijaga dan dipelihara, hutan mempunyai kedududukan dan peranan sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. 3 Hutan lindung di Kota Tarakan yang merupakan sebagai paru-paru kota yang ditetapkan berdasarakan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 175/kpts/UM/3/1979 tanggal 15 Maret tahun 1979 seluas kurang lebih 2400 hektar yang terletak di Tarakan Utara dan Tarakan Timur. Kemudian pada Tahun 2002 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tarakan Nomor 49 Tahun 2002 tentang Penetapan Lokasi Hutan Lindung di Wilayah Kota Tarakan, terdapat penambahan luas hutan lindung seluas kurang lebih 3.600 Ha yang terletak di Tarakan Utara dan Tarakan Timur. Kemudian pada Tahun 2013 luas hutan lindung Kota Tarakan menjadi 6.997,22 yang ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan ialah Surat KeputusanNomor 554/Kpts-II/2013 tanggal 2 Agustus 2013 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehutanan Surat Keputusan. Nomor. 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 2 Zakaria, 1994, Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat, Jakarta, Walhi, hlm. 21 3 Cecep Risnandar, Hutan Lindung, https://jurnalbumi.com/hutan- lindung/., diunduh pada hari Kamis, 24 November 2016; pukul 13.20 WIB 3

Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Dasar terakhir yang dijadikan acuan adalah Keputusan Menteri Kehutanan Surat Keputusan. Nomor. 942/Menhut-II/2013 tanggal 23 Desember 2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan yang menyatakan keseluruhan kawasan KPHL Tarakan merupakan hutan lindung seluas 7.044 Ha. Kawasan hutan lindung Kota Tarakan yang semakin hari semakin mengalami kerusakan, baik yang disebabkan oleh desakan permukiman penduduk serta kepentingan lainnya di luar fungsi hutan lindung. Kenyataan ini dapat dilihat pada kondisi hutan lindung di bagian Kelurahan Kampung Satu Skip yang mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Sekitar 400 hektar kawasan Hutan Lindung Pulau Tarakan (HLPT) yang berada di wilayah Kelurahan Kampung Satu Skip dirambah oleh oknum warga dengan cara melakukan kegiatan dengan tujuan tertentu tanpa adanya perizinan dari pihak yang terkait. Kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup, menjadi salah satu penyebab rusaknya hutan lindung. 4 Masyarakat yang tidak bertanggung jawab melakukan aktivitas tertentu atau mendirikan bangunan didalam kawasan hutan lindung tersebut tidak begitu 4 Jpnn, Hutan Lindung di Tarakan Makin Kritis, http://www.jpnn.com/read/2013/02/11/157907/hutan-lindung-di-tarakan-makin-kritis., diunduh pada hari kamis 24 November 2016; pukul 13.36 WIB 4

memperhatikan dan memperdulikan pelestariannya. Meskipun masyarakat tersebut sudah ada yang mengetahui tentang peraturan pemerintah ataupun tentang undangundang tentang pemanfaatan dan pengelolaan hutan tetapi tidak saja dihiraukan. Hal ini disebabkan karena lemahnya penegakan hukum dan juga sangat minimnya aparat kehutanan yang ada. Dengan adanya permasalahan seperti ini Pemerintah Daerah Kota Tarakan dituntut terlibat aktif dalam pengelolaan hutan lindung dengan lebih menegakan aturan hukum yang ada. Perlunya sebuah pendekatan partisipasi masyarakat disekitar wilayah hutan lindung atau masyarakat yang berpotensi terkena dampak dari perusakan hutan lindung. Peran pemerintah dalam menegakan hukum merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Untuk mewujudkan pelaksanaan perlindungan bagi hutan lindung, maka dilakukan pengawasan dan pengendalian secara berjenjang, baik oleh pemerintah, maupun masyarakat secara terkoordinasi, terintegrasi dan tersinkronisasi. Partisipasi masyarakat di sekitar wilayah hutan lindung akan berfungsi sangat baik dalam pengambilan keputusan dan membina kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah. Fungsi pengawasan dan pelestarian hutan lindung yang dimaksud harus dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tarakan yang bertanggung jawab dalam pengawasan dan pelestarian hutan lindung. Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengawasan dan pelestarian hutan lindung 5

tidak jarang terlalu memperdulikan fungsi-fungsi pengawasan dan pelestarian hutan lindung yang sudah ada. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran Pemerintah Kota Tarakan dalam menegakan hukum terhadap perusakan hutan lindung akibat pendirian pemukiman warga di kawasan Kelurahan Kampung Satu Skip, Tarakan, Kalimantan Utara? 2. Apa hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Tarakan dalam menegakan peraturan hutan lindung yang berada di kawasan Kelurahan Kampung Satu Skip, Tarakan, Kalimantan Utara? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang di harapakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengetahui peran Pemerintah Kota Tarakan dalam menegakan peraturan hukum hutan lindung di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. 2. Untuk dapat mengetahui hambatan apa sajakah yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Tarakan dalam menegakan peraturan dan menjaga hutan lindung yang ada di Tarakan, Kalimantan Utara khususnya wilayah Kelurahan Kampung Satu Skip. 6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis : Memberikan gambaran yang jelas mengenai penegakan hukum yang dilakukan Pemerintah Kota Tarakan terhadap kasus perusakan hutan lindung akibat pendirian pemukiman warga di kawasan Kelurahan Kampung Satu Skip, Tarakan Kalimantan Utara. 2. Manfaat Praktis : Manfaat praktis bagi penulis dan masyarakat adalah memberikan pengetahuan yang jelas mengenai kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Tarakan agar dapat memecahakan masalah-masalah yang ada di hutan lindung Kelurahan Kampung Satu Skip dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkannya serta memberikan pengetahuan mengenai peraturan hutan lindung dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan lindung kawasan Kelurahan Kampung Satu Skip, Tarakan Kalimantan Utara. 7