BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Pustaka Amani, 2005), hlm Redaksi Citra Umbara, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas &

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan di setiap negara.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Siti Fatimah Siregar, 2015

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KODE Standar Operating

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ismi Nurlatifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. itu, kegiatan pembelajaran harus direncanakan dalam bentuk program

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN. hlm E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2010),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. IPA merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh para

PENGELOLAAN LABORATORIUM SEKOLAH (Kasus Laboratorium SMA Unggul Del Tapanuli Utara)

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia untuk membangun bangsa dan negara.

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekhususannya adalah pada metode yang digunakan oleh para ilmuwan untuk

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang Press, 1990), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM SEKOLAH dan DESKRIPSI TUGAS PENGELOLA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam ikut serta memajukan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, dan dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII tentang pendidikan pasal 31 ayat 1 dan 2 bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang. Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha untuk mempersiapkan generasi bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan sebaik baiknya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia, no. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1

2 Hal berbeda diungkapkan oleh Ngalim (2007: 10), bahwa pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan sebagai suatu proses pemberdayaan tanpa akhir agar manusia mampu menghadapi dinamika kehidupan, diupayakan untuk meningkatkan kompetensi siswa, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam penguasaan ilmu pengetahuan, memanfaatkan peluang bagi kelangsungan peradaban manusia dalam kehidupan yang akan dapat mengantarkan anak bangsa survive dalam hidupnya. Dengan pendidikan diharapkan anak didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan minat dan bakatnya, kreatif, mandiri terarah menuju kedewasaan dengan penuh tanggung jawab. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan keterampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial atau aktual telah dimiliki peserta didik. Dalam interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri.

3 Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Untuk membantu mengembangkan potensi siswa, diharapkan dalam proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumberbelajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1).Untuk tercapainya pembelajaran yang baik maka guru diharapkan untuk tidak hanya memberi materi saja didalam kelas, namun guru juga harus dapat membangun minat siswa melalui kegiatan-kegiatan secara langsung dilapangan agar siswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya, terutama pada pelajaran biologi yang membutuhkan pemahaman yang lebih. Menurut Suyono (2011: 9), dalam pembelajaran Sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan. Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, (Wildan, 2007: 133). Dengan mempelajari biologi, orang akan mengetahui sejarah kehidupan, baik kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh

4 karena itu, siswa di sekolah terutama SMA perlu mempelajari biologi. Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengeahuan Alam (IPA), jadi harus diperlakukan dan diberikan kepada siswa sebagai IPA atau Sains yang lahir dan berkembang melalui observasi dan eksperimen. Karena itu, dalam belajar biologi siswa harus aktif melakukan kegiatan pengamatan dan eksperimen, mendiskusikan hasilnya dan menarik kesimpulan. Siswa bukan hanya mendengar, menerima informasi dan membuat catatan, menghafal, kemudian menyelesaikan tugas yang sifatnya mengingat apa yang dihafalkan. Untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar mengajar, maka diperlukan adanya laboratorium yang mendukung. Dengan adanya laboratorium ini siswa akan lebih fokus dalam mempelajari materi biologi yang sedang dipelajari. Selain itu, siswa juga tidak akan kebingungan ketika membutuhkan alat atau bahan untuk mempelajari materi biologi, karena semua alat dan bahan tersedia di laboratorium. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 42, setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

5 laboratorium, ruang bengkel kerja, dan ruang tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Berdasarkan peraturan pemerintah di atas, dapat dikatakan bahwa keberadaan laboratorium pada setiap satuan pendidikan memiliki peranan penting dalam menunjang keberlangsungan proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tersebut. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan seharusnya mempunyai laboratorium yang memadai dan dapat menunjang keberlangsungan belajar mengajar siswa dan pendidik. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 43 menyatakan bahwa, standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia. Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan penelitian. Pada umumnya kegiatan praktik di laboratorium bertujuan untuk menemukan suatu hukum atau prinsip ilmiah, selain itu juga digunakan untuk menguji dan membuktikan suatu hukum atau prinsip ilmiah kemudian menyimpulkan berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dengan begitu siswa akan lebih aktif dan lebih mudah dalam belajar biologi. Menurut Riandi (2007: 42) bahwa dalam pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas, bahkan mungkin sebaliknya bahwa yang berperan utama dalam pembelajaran

6 sain adalah laboratorium, sedangkan kelas sebagai tempat kegiatan penunjang. Dalam konteks pendidikan di sekolah laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat proses pembelajaran dengan metoda praktikum yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung. Kegiatan laboratorium/ praktikum akan memberikan peran yang sangat besar terutama dalam: (1) membangun pemahaman konsep; (2) verifikasi (pembuktian) kebenaran konsep; (3) menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar bekerja ilmiah) serta afektif siswa; (4) menumbuhkan rasa suka dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari; (5) melatih kemampuan psikomotor. Asep, (2007: 2) Guru biologi harus hati-hati dalam merencanakan dan mengorganisasi kegiatan laboratorium apabila tujuannya sampai mencapai dampak pembelajaran. Menurut Djukri, (2007: 2) Para guru harus memberikan perhatian secara serius terhadap relevansi kerja laboratorium, tingkatan aktivitas laboratorium, metode yang digunakan, data yang dilaporkan, manajemen kelas, dan evaluasi kerja mahasiswa. Kegagalan terhadap semua ini dapat menurunkan nilai aktivitas laboratorium. Pembelajaran biologi diselenggarakan mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pada tingkat dasar, pembelajaran biologi diberikan melalui pelajaran IPA terpadu.sedangkan di sekolah menengah baik pertama maupun

7 atas bahkan sampai perguruan tinggi pembelajaran biologi sudah diselenggaraka secara terfokus. Di SMA Negeri 1 Pacitan pelajaran biologi juga diberikan pada kelas X, XI, dan XI IPA. Dengan demikian peranan laboratorium di SMA Negeri 1 Pacitan ini sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran biologi. Kegiatan laboratorium/ praktikum akan memberikan peran yang sangat besar terutama dalam: (1)membangun pemahaman konsep, (2) verifikasi (pembuktian) kebenaran konsep, (3) menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar bekerja ilmiah) serta afektif siswa, (4) menumbuhkan rasa suka dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari, dan (5) melatih kemampuan psikomotor. Asep, (2007: 1) Dalam pendidikan IPA terutama biologi kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA. Bowo (2008: 1) mengemukakan empat alasan pentingnya kegiatan praktikum IPA, yaitu: 1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum di mana siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.

8 2. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen Kegiatan eksperimen merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan memanipulasi peralatan laboratorium. Kegiatan praktikum melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. 3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah Para pakar pendidikan IPA meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai scientis. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, Anonim (2006). 4. Praktikum menunjang materi pelajaran Praktikum memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pembelajaran IPA

9 dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip IPA. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan, laboratoratorium perlu dikelola secara baik, dengan struktur organisasi yang jelas. Salah satu bagian dari pengelola lab ini adalah staf atau personal laboratorium. Staf atau personal laboratorium mempunyai tanggungjawab terhadap efektivitas dan efisiensi laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggungjawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (fisika, kimia atau biologi). Pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah. Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium. Tugas teknisi laboratorium membantu penyiapan bahan-bahan/alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi laboratorium. Pada struktur organisasi tersebut, dicantumkan pula para guru mata pelajaran fisika, kimia dan biologi sebagai penanggung jawab masing-masing alat/bahan. Riandi, (2007: 45-46). Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran biologi mengharuskan pengelolaan laboratorium biologi dilaksanakan secara professional. Untuk itu diperlukan kepala laboratorium yang memiliki kompetensi manajerial dan organisasi

10 standar sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008. Kompetensi tersebut meliputi kemampuan merencanakan dan mengembangkan laboratorium, mengelola kegiatan laboratorium dan tenaga laboratorium, memantau kegiatan laboratorium beserta sarana dan prasarana, dan mengevaluasi kegiatan laboratorium serta aktivitas tenaga laboratorium lainnya seperti teknisi dan laboran. SMA Negeri 1 Pacitan merupakan SMA terfavorit di pacitan, sehingga input siswa di SMA Negeri 1 Pacitan ini sangat baik. Jika proses belajar mengajar dilakukan dengan sarana dan prasarana yang maksimal dan dikelola dengan baik, maka outputnya pun juga akan sangat baik, namun jika proses belajar mengajar dilakukan dengan sarana dan prasarana yang minim dan pengelolaan yang tidak baik, maka walaupun inputnya baik belum tentu akan menghasilkan output yang baik pula. Untuk itu dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Pacitan ini harus dilaksanakan dengan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai agar menghasilkan kualitas output yang baik. SMA Negeri 1 Pacitan merupakan satu satunya SMA di pacitan yang memiliki laboratorium biologi sendiri. Dengan adanya laboratorium tersebut maka kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Pacitan khususnya mata peljaran biologi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Pengelolaan Laboratorium Biologi Di SMA Negeri 1 Pacitan.

11 B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah bagaimana karakteristik pengelolaan laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan? dengan sub fokus penelitian: 1. Bagaimanakah karakteristik organiasi laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan? 2. Bagaimanakah karakteristik struktur fungsi laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan? 3. Bagaimanakah karakteristik aktivitas laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan? C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik organiasi laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan 2. Untuk mengetahui karakteristik struktur fungsi laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan 3. Untuk mengetahui karakteristik aktivitas laboratorium biologi di SMA Negeri 1 Pacitan D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

12 2. Bagi kepala sekolah, wakil kepaala sekolah, guru, koordinator laboratorium, penanggung jawab/teknisi laboratorium, dan laboran diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi untuk pengelolaan laboratorium. 3. Bagi komite sekolah, diharapkan dapat memberikan masukan agar sekolah memiliki laboratorium yang baik. E. Daftar istilah 1. Pengelolaan adalah suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. 2. Laboratorium adalah tempat khusus untuk melakukan eksperimen dan praktek tertentu. 3. Pengelolaan laboratorium adalah proses untuk mendesain dan menata ruang praktikum meliputi tata letak, sarana, keamanan, dan jadwal penggunaan ruangan. 4. Aktivitas laboratorium adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk keberlangsungan kegiatan di laboratorium agar dapat berjalan dengan baik. 5. Organisasi laboratorium adalah gabungan kerjasama untuk mengatur pengelolaan laboratorium.

13 6. Struktur fungsi laboratorium adalah pelaksanaan tugas sesuai dengan fungsinya.