BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menuju kearah hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika diajarkan tingkat dasar hingga tingkat menengah

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang diselenggarakan pada setiap tingkat satuan pendidikan mempunyai tujuan yang mengacu kepada tujuan pendidikan nasional. Tujuan tersebut tercantum dalam Undang Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 yaitu untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut dapat tercapai salah satunya dengan dimuatnya matematika sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Matematika Sekolah tahun 2006 atau lebih dikenal KTSP disebutkan bahwa mata pelajaran matematika memiliki kemampuan: bertujuan agar peserta didik 1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika; 3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Hal tersebut senada dengan tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam National Council of Teacher of Mathematics (2000) yaitu: (1)

2 komunikasi matematis (Mathematical Communication); (2) penalaran matematis (Mathematical Reasoning); (3) pemecahan masalah matematis (Mathematical Problem solving); (4) koneksi matematis (Mathematical Connection); (5) representasi matematis (Mathematical Representation). Seiring dengan pernyataan di atas, Sumarmo (2013) menyatakan kemampuan-kemampuan di atas disebut daya matematis (mathematical power) atau keterampilan matematis (doing math). Keterampilan matematis berkaitan dengan karakteristik matematis yang dapat digolongkan dalam berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi. Aktivitas berpikir yang menyangkut tingkat rendah termasuk kegiatan melakukan operasi hitung sederhana, menerapkan rumus matematika secara langsung, mengikuti prosedur (algoritma) yang baku sedangkan aktivitas berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan memahami matematika secara lebih mendalam, mengamati data dan menggali ide yang tersirat, menyusun konjektur, analogi dan generalisasi menalar secara logis, menyelesaikan masalah (problem solving), berkomunikasi secara matematis dan mengaitkan ide matematis dengan kegiatan intelektual lain. Mengacu pada tujuan pembelajaran matematika di atas, matematika sangat penting untuk dipelajari oleh siswa baik siswa sekolah dasar, menengah, atas bahkan sampai perguruan tinggi. Hal tersebut dipertegas oleh Sumarmo (2013) bahwa matematika mempunyai dua visi.visi pertama mengarahkan pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan idea matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi kedua dalam arti yang lebih luas dan mengarahkan ke masa depan, matematika memberikan kemampuan menalar yang logis, sistimatik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap obyektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan. Akan tetapi mata pelajaran matematika terkenal merupakan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, menurut Ruseffendi (2005) matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada

3 umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang paling dibenci. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda-beda, kesenangan/minat siswa terhadap matematika, tidak termotivasinya siswa untuk belajar matematika, kurang tersedianya alat peraga dan media pembelajaran yang membantu siswa memahami matematika serta lingkungan yang kurang mendukung bagi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Lingkungan yang kurang mendukung bagi siswa untuk belajar salah satunya adalah aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Menurut Usdiyana, dkk (Indrajaya 2011) jika guru bertindak hanya sebagai penyampai informasi sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin kurang melatih kemampuan matematis siswa. Aktivitas pembelajaran seperti ini mengakibatkan terjadinya proses penghafalan konsep dan prosedur, pemahaman konsep matematika yang rendah, tidak dapat menggunakannya jika diberikan permasalahan yang agak kompleks, siswa menjadi robot yang harus mengikuti aturan atau prosedur yang berlaku, hal ini sebagai akibat pembelajaran mekanistik, sehingga pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak terjadi. Pembelajaran yang tidak bermakna akan mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Rendahnya hasil belajar matematika juga dimungkinkan karena masih rendahnya kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa (Sumarmo,1987). Supardi (2009) juga mengungkapkan bahwa siswa sekolah menengah memiliki kemampuan analisis matematis yang rendah, hal ini disebabkan rendahnya pemahaman matematika siswa. Prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika secara sederhana dapat dilihat dengan siswa dapat menyelesaikan soal hitungan. Hal itu tidak dijadikan ukuran bahwa siswa tersebut telah berhasil atau berprestasi. Kemampuan matematika pada saat ini tidak hanya pada siswa mampu menghitung soal yang

4 diberikan oleh guru. Kemampuan matematika secara garis besar untuk semua jenjang sekolah menurut Sumarmo (2013) diklasifikasikan menjadi beberapa kemampuan yaitu; pemahaman matematik (mathematical understanding), penalaran matematik (mathematical reasoning), pemecahan masalah matematik (mathematical problem solving),komunikasi matematik (mathematical comunication),dan koneksi matematik (mathematical connection). Kemampuan matematik lainnya yang lebih tinggi adalah kemampuan berpikir kreatif matematik dan kemampuan berfikir kritis matematik. Selain dari kemampuan kemampuan tersebut ada juga beberapa disposisi (sikap) yang harus dibentuk dari pembelajaran matematika diantaranya; disposisi matematik, kemamdirian (self regulated learning), percaya diri (self confident), berfikir logis matematik, berpikir kritis matematik, berpikir kreatif matematik. Salah satu kemampuan matematika yang mendasar dan yang menjadi kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh siswa adalah kemampuan pemahaman. Kemampuan pemahaman merupakan kemampuan yang mendasari juga kemampuan-kemampuan matematika yang lainnya. Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Hiebert dan Carpenter (Dahlan, 2011) yang menyatakan bahwa pemahaman merupakan aspek fundamental dalam pembelajaran sehingga setiap model pembelajaran harus menyertakan hal pokok dari pemahaman. Kemampuan pemahaman matematis menurut Nanang (2009) menyatakan pada saat ini guru matematika pada umumnya mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori, maka ada kemungkinan hal ini merupakan salah satu penyebab siswa lemah dalam matematika, yaitu kurang memiliki kemampuan pemahaman untuk mengenali konsep-konsep dasar matematika (aksiomatik,definisi, kaidah,dan teorema) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan. Kemampuan pemahaman matematik menurut Sumarmo (Nanang, 2009) sangat penting dimiliki siswa untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam disiplin ilmu lain, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang

5 merupakan visi pengembangan pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini. Agar siswa memiliki kemampuan pemahaman matematik, Ruseffendi (Nanang, 2009) menyarankan sebaiknya guru mengorganisir sekolah bukan untuk guru mengajar tetapi untuk anak-anak belajar. Menempatkan anakanak kepada pusat kegiatan belajar, membantu dan mendorong anak-anak untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan, agar siswa aktif menyelesaikan soal-soal matematika dalam kelompok-kelompok, digunakannya alat peraga, diberikannya permainan-permainan yang menarik, menumbuhkan berfikir asli, menemukan sesuatu, menemukan kembali sesuatu, membuktikan sesuatu dengan cara barunya, dan lain-lain. Sementara Depdiknas (2006) menyarankan bahwa dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah sesuai dengan situasi (contextual problem) Selain kemampuan pemahaman, kemampuan matematis lainnya yaitu penalaran. Kemampuan penalaran dalam matematika merupakan kemampuan dalam porsi terbesar. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Wahyudin (2008) bahwa kemampuan menggunakan penalaran sangat penting untuk memahami matematika dan menjadi bagian yang tetap dari pengalaman matematik siswa sejak pra TK hingga kelas 12. Bernalar secara metematik merupakan kebiasaan pikiran, dan seperti semua kebiasaan lainnya. Inipun mesti dibangun lewat penggunaan yang terus menerus di dalam berbagai konteks. Namun fakta di lapangan dari beberapa penelitian menyatakan bahwa kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa belum mencapai hasil yang memuaskan. Penelitian tersebut diantaranya Hendriana (2000) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa masih berada pada kategori sedang begitupun hasil penelitian Yuniati (2010) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa masih belum memuaskan. Suryadi (Nanang, 2009) menyatakan bahwa pembelajaran bahwa siswa dan guru matematika di kota

6 Bandung memandang sulit kegiatan matematika untuk dilakukan (jastifikasi atau pembuktian, pemecahan masalah, menemukan generalisasi atau konjektur dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta-fakta yang diberikan). Selaras dengan hasil penelitian Suryadi, Yuniati (2010) menyatakan hasil penelitiannya bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih tergolong rendah. Hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena masih dominannya penggunaan pembelajaran konvensional dan tidak mengintegarsikan teknologi dalam pembelajaran. Hal tersebut juga merupakan tantangan bagi guru selaku praktisi pendidikan untuk meningkatkan profesionsalisme. Solusi yang dapat diimplikasikan dalam pembelajaran adalah dengan menyiapkan seorang guru yang profesional, berfungsi sebagai inovator yang dapat membawa dunia pendidikan kepada perubahan. Guru yang berfungsi sebagai inovator adalah guru yang berani menentukan sikap, siap menanggung segala resiko dari apa yang telah dijadikan prinsip hidupnya dengan tujuan ingin meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya. Salah satu sikap seorang guru inovator adalah mau mencoba menerapkan pendekatan baru dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sedang berkembang adalah Creative Problem Solving (CPS). Creative Problem Solving adalah suatu pendekatan yang menyelesaikan permasalahan dengan cara kreatif. Guru harus terbuka terhadap perubahan. Berbagai perubahan pendekatan harus menjadi tantangan dan mencoba mempraktekkannya di dalam kelas.ketika mengalami kesulitan dalam mempraktekkannya dapat didiskusikan dengan seorang ahli, guru senior atau bahkan rekan sejawat. Apabila seorang guru mempunyai sikap seperti itu, tidak mustahil prestasi pendidikan di negara Indonesia khususnya dalam bidang ilmu matematika akan meningkat. Di zaman serba canggih, tercapainya kemampuan pemahaman dan penalaran matematis tak luput dari pengaruh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi harus terintegrasi ke dalam setiap pembelajaran. Hal ini senada dengan

7 pendapat Leitzel (Dimakos dan Zaranis, 2010) yang menyatakan bahwa teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Wertheimer (Dimakos dan Zaranis 2010) penggunaan teknologi di dalam pembelajaran mempunyai 6 keuntungan diantaranya: 1. teknologi memotivasi siswa untuk lebih tertarik dalam mengeksplorasi, menyelidiki, menduga, menciptakan, menemukan prinsip-prinsip dan membuat generalisasi 2. teknologi membantu siswa menghasilkan hubungan antara berbagai cabang matematika 3. teknologi membantu siswa menjadi pemecah masalah matematika dan memberikan mereka kesempatan untuk memecahkan masalah dalam situasi kehidupan nyata, bukan hanya melakukan masalah rutin 4. teknologi meningkatkan pemahaman konseptual siswa 5. teknologi mendorong guru untuk melibatkan siswa dalam berbagai instruksional kegiatan yang memfasilitasi proses pembelajaran 6. teknologi memungkinkan guru untuk memusatkan perhatian mereka pada siswa yang membutuhkan bantuan tambahan atau stimulus tambahan. Pembelajaran yang berbantuan komputer, kalkulator, VCD (Video Compact Disk)/DVD (Digital Versatile Disc) dan lain-lain terkenal dengan pembelajaran menggunakan IT (Information Technology)/ICT (Information Communication Technology). Pembelajaran yang menggunakan bantuan komputer berupa software. Software pembelajaran dalam ilmu matematika telah berkembang pesat dan telah tersedia gratis di internet contohnya; GeoGebra, Sketchpad, Algebrator, Mapple, Scaterplot dan lain-lain. Software tersebut sangat penting digunakan dalam pembelajaran matematika. NCTM (Dimakos dan Zaranis 2010) juga berpendapat bahwa untuk membantu mengenalkan penalaran induktif Geometri kepada siswa perlu digunakan bantuan software komputer.

8 Software komputer dalam pembelajaran sangat bermanfaat agar penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, meningkatkan interaktif siswa dalam menerapkan teori belajar, mempersingkat waktu pembelajaran dan kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Pemakaian software pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Komariah (2012) pengertian software Algebrator adalah sistem komputasi simbolik atau sistem aljabar yang bekerja berdasarkan model-model matematika (dalam bentuk symbol atau ekspresi atau persamaan matematika). Sebagaimana software komputasi matematika yang lain seperti mathlab, mathematica, Mathcad, GeoGebra, Geometer s Sketchpad, Scatterplot, WinGeom dan sebagainya Algebrator memberikan kemudahan berinteraksi secara metematis. Penulisan, perhitungan dan manipulasi ekspresi matematis maupun penanganan grafik dapat dilakukan dengan menggunakan perintah-perintah dengan sintaks yang mudah serta menampilkan respon solusinya sebagaimana kita peroleh apabila dikerjakan secara normal. Algebrator sebagai software komputasi matematika (simbolik) sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai bantuan dalam pembelajaran matematika, karena kemudahannya dalam membantu menyelesaikan soal-soal aljabar, vektor, matriks, kalkulus, trigonometri, dan sebagainya. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki Algebrator dalam memfasilitasi pembelajaran memungkinkan tumbuhnya minat, motivasi dan sikap positif khususnya terhadap matematika. Selain sesuai dengan karakteristik konsep matematika yang memerlukan penyajian secara tepat dan akurat, membutuhkan gambaran proses, menumbuhkan kegiatan eksplorasi dan menjadikan konsep matematika yang dapat disajikan sebagai materi pembelajaran yang menarik,

9 sehingga diharapkan akan meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa. Uraian di atas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pendekatan Creative Problem Solving Berbantuan Algebrator dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving tanpa bantuan Algebrator? 2. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving tanpa bantuan Algebrator? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator ditinjau dari level siswa (tinggi, sedang, rendah). 4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator ditinjau dari level siswa (tinggi, sedang, rendah). 5. Bagaimanakah pendapat siswa terhadap pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator?

10 C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa SMP yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator. Secara spesifik tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji: 1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving tanpa bantuan Algebrator. 2. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving tanpa bantuan Algebrator. 3. Perbedaan kemampuan pemahaman matematis siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator ditinjau dari level siswa (tinggi, sedang, rendah). 4. Perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator ditinjau dari level siswa (tinggi, sedang, rendah). 5. Pendapat siswa terhadap pendekatan Creative Problem Solving berbantuan Algebrator. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:

11 1. Bagi guru khususnya peneliti dan umumnya rekan-rekan seprofesi penelitian ini memberikan alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas khususnya dalam usaha meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa SMP melalui model pembelajaran dengan pendekatan CPS berbantuan Algebrator. 2. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan media eksplorasi menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis. 3. Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa. Namun jika model pembelajaran melalui pendekatan CPS berbantuan Algebrator ini tidak dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa, maka dianjurkan untuk peneliti selanjutnya melakukan penyempurnaan terhadap penelitian ini. 4. Memberikan informasi kepada lembaga sebagai referensi mengenai sejauhmana model pembelajaran dengan pendekatan CPS berbantuan Algebrator dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran siswa. E. Struktur Organisasi Tesis Adapun urutan penulisan atau struktur organisasi pada tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat/Signifikansi Penelitian, dan Struktur Organisasi Tesis. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis terdiri dari: Kajian Pustaka, Pendekatan Creative Problem Solving, Software Algebrator, Pemahaman Matematis Siswa, Penalaran Matematis Siswa, Teori yang Mendukung, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. BAB III Metode Penelitian terdiri dari: Lokasi, Waktu dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian; Metode Penelitian; Desain Penelitian; Definisi Operasional; Variabel Penelitian;

12 Instrumen Penelitian; Prosedur Penelitian; Diagram Alur Penelitian; dan Diagram Alur Statistik. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari: Pemaparan Data dan Pembahasan. BAB V Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.