PENGENALAN DEPARTEMEN KEMITRAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Presented by Riadi Didik Tjahjanto

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

Lingkup hunbungan kemitraan meliputi :

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

Adapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi :

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

BUPATI PAKPAK BHARAT

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kegiatan TFPPED tahun 2008 akan dilaksanakan dalam bentuk : 1. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara stakeholders guna mensinergikan dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

PEMOHON MENGAJUKAN PERMOHONAN TERTULIS DITUJUKAN KEPADA KADISBUNSU

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

KONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN PROGRAM PKP2TRANS

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

M. Fadhil Hasan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

Assalamu alaikum Wr. Wb.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

Peremajaan Perkebunan Rakyat dan Kemitraan Petani

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LINTAS KABUPATEN/KOTA UNTUK USAHA PERKEBUNAN

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG

Transkripsi:

Bumitama Gunajaya Agro Oil Palm Plantations and Mills PENGENALAN DEPARTEMEN KEMITRAAN Oleh : RAHMAD ANDI TARIGAN ( Partnership Section Head ) Pundu Learning Centre - 2012

1. PRINSIP DASAR KEMITRAAN 1. Pengertian Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah/besar disertai pembinaan dan pengembangan dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan 2. Koperasi merupakan organisasi yang dibentuk oleh petani di lokasi perusahaan inti. 3. Perusahaan Mitra sebagai Perusahaan Inti mempunyai usaha perkebunan kelapa sawit di sekitar lokasi tempat tinggal petani anggota Koperasi merupakan perusahaan yang sudah berpengalaman dalam bidang perkebunan kelapa sawit. 4. Petani Peserta program kemitraan adalah penduduk desa setempat yang menjadi anggota Koperasi dan memiliki lahan yang dapat ditanami kelapa sawit.

5. Dalam Kemitraan ini Koperasi mendapatkan mandat dari anggotanya berdasarkan hasil rapat anggota untuk mengikat perjanjian kerja sama kemitraan dengan perusahaan inti. 6. Perusahaan Inti bertanggungjawab mencari dana kredit untuk pembangunan kebun plasma atau memberi dana talangan untuk pembangunan kebun, memelihara tanaman dan panen TBS, serta membeli semua TBS yang dihasilkan dari kebun plasma 7. Koperasi bertanggungjawab menyediakan lahan dan mengurus segala perijinan lahan yang akan dikelola oleh perusahaan inti. 8. Persentase kepemilikan lahan serta posisi inti dan plasma diputuskan oleh Manajemen 9. Jangka waktu kerjasama selama satu siklus + 25 tahun

2. KELENGKAPAN KOPERASI 1. Koperasi telah mempunyai badan hukum dan akte pendirian yang telah disahkan Dirjen koperasi dan telah dimuat dalam Tambahan Berita Neraga Republik Indonesia (TBNRI) 2. Koperasi mempunyai kepengurusan yang masih berlaku berdasarkan AD/ART 3. Memberikan mandat kepada inti untuk mencari Bank pemberi kredit dengan agunan sertifikat tanah anggota koperasi 4. Memiliki lahan untuk dikelola oleh inti 5. Memiliki Legalitas yang masih berlaku sbb : 6. Secara berkala melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT)

3. PERSYARATAN PETANI 1. Berdomisili minimal 1 tahun sebagai penduduk desa dan memiliki Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk 2. Telah Akil Balik atau 17 tahun ke atas 3. Memiliki tanah dengan dasar tanah adat,lahan garapan minimal 1 tahun,sertipikat ex. Transmigrasi di dalam Ijin Lokasi Perusahaan 4. Menjadi Anggota Koperasi 5. Tidak pernah menjadi anggota koperasi di tempat lain. 6. Tidak memperjual belikan kapling (areal) yang telah dimiliki, bila terbukti ada lahan yang diperjual belikan, maka SHKnya tidak dibayar.

7. Bersedia menandatangani surat perjanjian hutang sebagai salah satu syarat akad kredit kepihak bank 8. Memenuhi semua kewajiban sebagai anggota koperasi 9. Ikut menjaga keamanan dan kelangsungan kemajuan kebun inti / plasma

4. PERUSAHAAN INTI 1. Memiliki Ijin Lokasi dari pihak Pemda Tk.II 2. Bersedia dan mampu mencarikan dana kredit dari lembaga keuangan untuk pembangunan kebun plasma 3. Mampu melaksanakan pembangunan kebuninti / plasma 4. Mampu membina koperasi secara berkesinambungan 5. Menyampaikan laporan keuangan secara transparan

5. PERIJINAN DAN PERJANJIAN KERJA 1. Memiliki Ijin Lokasi yang diperuntukkan sebagai lahan garapan perkebunan Kelapa Sawit yang dikeluarkan oleh Instansi terkait 2. Membuat Nota Kesepahaman (MoU) dan Surat Perjanjian Kerjasama yang diketahui oleh Kepala Desa, Camat, Dinas Koperasi, Dinas Perkebunan dan Bupati 3. Akad Kredit Koperasi dengan Pihak Kreditur (Bank) yang disahkan didalam Akte Perjanjian didepan Notaris yang disepakati oleh Perusahaan (Avalist) dengan Kreditur (Bank) 4. Pihak Perusahaan membantu memfasilitasi untuk pengurusan perijinan Koperasi

6. KETENTUAN INVESTASI KEMITRAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 1. Dana pembangunan akan dicarikan oleh Inti. Dana Kredit terdiri dari Pinjaman Pokok (kredit investasi/ki) dan Bunga Masa Pembangunan (interest during contruction/idc), sebelum mendapat pinjaman dari bank, pembangunan kebun plasma dibiayai dari dana talangan inti dengan pemberian bunga. 2. Pada umumnya periode masa investasi adalah 4 tahun dan masa tenggang 2 tahun. 3. Hasil Produksi TBS kebun plasma yang dipanen dan dijual pada periode masa tenggang, digunakan untuk mengurangi Biaya Pemeliharaan Tanaman, Panen, dan Transportasi, bila hasil lebih kecil dari biaya, kekurangan akan ditalangi oleh inti dan menjadi beban plasma.

4. Dana Escrow Account adalah cadangan untuk pembayaran cicilan pokok dan bunga setelah masa tenggang berakhir karena pada masa tenggang posisi cash flow umumnya masih minus, selain itu diperuntukkan sebagai cadangan pada bulan-bulan terjadi kekurangan akibat turunnya produksi, kenaikan biaya pemupukan dan biaya pemeliharaan 5. Pembagian hasil kepada petani umumnya dilakukan secara triwulan setelah berakhirnya Masa Tenggang, atau berdasarkan kesiapan administrasi 6. Pada saat ini secara umum komposisi pembagian hasil penjualan TBS diatur dengan persentase sbb : Biaya Eksploitasi Tanaman (panen, pupuk, pemeliharaan) : 40 % Cicilan ke Bank (Pokok dan Bunga) : 40 % Sisa Hasil Kebun (SHK) : 20 %

Komposisi akan berubah apabila terdapat perubahan yang mencolok untuk harga dasar bahan baku, pemeliharaan dan harga TBS atau nilai angsuran kredit 7. Pada bulan-bulan tertentu terjadi kekurangan Produksi dan tidak dicadangkan dana untuk itu, pada umumnya perusahaan memberikan pinjaman untuk menutupi pemeliharaan tanaman dan angsuran kredit dengan nilai sesuai kemampuan perusahaan. Koperasi harus mengakui dana talangan tersebut. Cara lain yang dapat ditempuh atau dilakukan adalah perubahan persentase/komposisi pembagian Hasil Penjualan TBS. 8. Harga TBS ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan indek K

9. Pengelolaan kebun plasma oleh perusahaan inti selama satu siklus atau + 25 tahun - Besarnya nilai kredit ditentukan oleh pihak perbankan dengan mengacu ke Dirjenbun pada saat pengajuan kredit ke bank. - Pada umumnya luas lahan petani ditetapkan 2 ha per kavling dengan jumlah tegakan per ha sesuai rekomendasi teknis (berkisar 128 pokok/ha) pihak Dinas Perkebunan. - Batasan jumlah tegakan minimal yang dapat ditolerir adalah 90% dari populasi yang ditetapkan dalam paket kredit.

7. PROSES KEMITRAAN 7.1. Ekspose Ekspose adalah kegiatan untuk memperkenalkan perusahaan kepada Pemerintah dan masyarakat di lokasi kebun yang akan dibuka. Ekspose dapat dilakukan setelah perusahaan memperoleh : 1. Ijin Prinsip / Informasi Lahan 2. Ijin Lokasi 3. Ijin Usaha Perkebunan 4. Ijin Pelepasan Kawasan Hutan Materi Ekspose meliputi Dokumen perijinan, peta, Aksebilitas, Kondisi alam, Potensi areal, Kemitraan dan lain-lain. Peserta Ekspose umumnya adalah Bupati, Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Dinas Tenaga Kerja, Badan Pertanahan Nasional, Dinas Kehutanan, Muspika, Kepala desa dan masyarakat.

7.2. Sosialisasi Sosialisasi adalah kegiatan untuk memperkenalkan perusahaan serta mensosialisasilan rencana pembangunan kebun kepada Masyarakat di lokasi kebun yang akan dibuka. Sosialisasi tentang program kemitraan dilakukan untuk memberikan pemahaman yang benar dan jelas tentang teknik budidaya, prospek usaha, hak dan kewajiban, masalah/kendala, aspek legalitas, organisasi dalam Kemitraan, gambaran umum tentang pembangunan kebun, pendanaan proyek, dan Aspek Pertanahan. Peserta Sosialisasi umumnmya adalah Tim Pembina Pembangunan Perkebunan Kabupaten (TP3K), Camat, Kapolsek, Danramil, Kepala desa dan Masyarakat

7.3. Pembentukan Koperasi Pembentukan Koperasi Mitra dilakukan apabila di lokasi kemitraan belum ada koperasi, atau sudah ada koperasi tetapi masyarakat menginginkan BGA bermitra dengan koperasi yang baru. Dalam pembentukan koperasi staf kemitraan hanya sebagai fasilitator, susunan pengurus diserahkan kepada masyarakat. Legalitas koperasi yang perlu disiapkan adalah : 1. Akte Pendirian Koperasi 2. AD/ART yang disahkan oleh Menteri koperasi 3. Surat Ijin Tempat Usaha (SIUP) 4. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) 5. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 6. Surat Ijin Domisili 7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 8. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBNRI).

7.4. Seleksi Calon Petani / Calon Lahan (CPCL) Seleksi Calon Peserta / Calon Lahan adalah kegiatan untuk menseleksi masyarakat yang akan menjadi anggota koperasi Mitra serta penentuan lokasi kebun plasma. Seleksi Calon Peserta dilaksanakan oleh Pihak koperasi dibantu oleh aparat desa, kecamatan dan Staf PAD/Kemitraan. 7.5. Mandat Dari Anggota Koperasi. Anggota Koperasi memberi mandat kepada Pengurus Koperasi untuk menjalin kemitraan dengan Perusahaan Inti ditetapkan dalam Rapat Anggota baik rapat anggota tahunan (RAT) maupun rapat anggota luar biasa (RALB).

7.6. Nota Kesepahaman (MoU) Nota Kesepahaman atau MOU adalah kesepakatan tertulis antara BGA dengan masyarakat dalam kerjasama kemitraan membangun perkebunan kelapa sawit pola inti plasma. MOU merupakan kesepakatan awal sebelum diterbitkannya Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). Bila koperasi belum ada, maka MOU dapat dilakukan dengan perwakilan masyarakat. Nota kesepahaman (Mou) ditandatangani oleh pengurus koperasi (Ketua, sekretaris dan bendahara) dan Managemen BGA serta diketahui oleh kepala desa, camat dan Bupati.

7.7. Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK). Surat Perjanjian Kerjasama adalah Perjanjian tertulis kegiatan pembangunan kebun plasma antara Koperasi yang diwakili oleh Pengurus (Pihak Pertama) dengan Manajemen Perusahaan (Pihak Kedua) dan diketahui oleh Pemerintah Daerah sebagai Pembina dan Bank sebagai penyalur Kredit Isi perjanjian kerjasama diantaranya : 1. Pemberian kuasa dari anggota kepada pengurus untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan 2. Konsep pembangunan kebun plasma 3. Maksud dan tujuan kerjasama 4. Jangka waktu kerjasama 5. Hak dan Kewajiban plasma dan inti 6. Pola bagi hasil 7. dsb

7.8. Akad Kredit dengan Bank Akad Kredit adalah kegiatan penandatanganan perjanjian kredit antara Bank sebagai kreditur dengan Koperasi Plasma sebagai debitur dan Perusahaan Inti sebagai Avalist. Nilai Kredit terdiri dari : Kredit Investasi (KI) merupakan nilai yang dicairkan oleh bank untuk pembangunan kebun. Interest During Construction (IDC) / Bunga dalam masa pengembangan. Bunga yang dibebankan oleh bank selama masa pembangunan kebun. Nilai IDC adalah bunga atas hutang KI dan bunga IDC. dengan dermikian IDC ini adalah bunga berbunga. Akad kredit ditandatangani oleh Pengurus koperasi (Ketua, Sekretaris dan Bendahara), Manajemen PT. BGA dan Pihak Bank.

7.9. Pembangunan Kebun Plasma Masa Pembangunan kebun plasma terdiri atas: 7.9.1. Masa Investasi Masa investasi umumnya selama empat tahun, (TMB 0, TBM 1, TBM 2 dan TBM 3). Kegiatan dalam masa investasi adalah : 1. Pembibitan. 2. Penentuan Areal Plasma 3. Penanaman kelapa sawit. 4. Pembangunan Prasarana 5. Proses Sertifikasi lahan 6. Pembagian Kapling

7.9.2. Masa Tenggang (tahun ke 5 6) Pada masa tenggang (tahun ke 5 6) kebun sudah mulai menghasilkan tetapi hasil belum dibagikan kepada anggota plasma karena produksi masih sedikit dan bank sudah tidak memberi dana. Hasil produksi TBS digunakan untuk Biaya Produksi TBS yang terdiri dari biaya panen, pemeliharaan TM, angkut TBS & Biaya Overhead. Pada masa tenggang ini posisi cash flow umumnya masih minus. Contoh perhitungan sbb : Hasil produksi TBS tenggang : 500.000.000,- Biaya produksi TBS : 600.000.000;- Selisih : (100.000.000),-

7.10. Masa Cicilan Masa mencicil umumnya selama 7 tahun (tahun ke 6 s/d 12). Pada masa ini tanaman kelapa sawit sudah menghasilkan (TM). Hasil produksi TBS akan dialokasikan untuk. : Hasil penjualan TBS : 500.000.000,- Harga pokok produksi TBS = 40 % : 200.000.000,- Angsuran KI, IDC, bunga dan escrow = 40 % : 200.000.000,- Sisa Hasil Kebun (SHK) = 20 % : 100.000.000,-

7.11. Masa Pelunasan Masa kredit lunas umumnya dimulai tahun ke 13 sampai tahun ke 25 (akhir kerjasama). Pada masa ini hasil produksi dialokasikan untuk : Hasil Produksi : 500.000.000,- Harga Pokok Produksi (HPP) 40 % : 200.000.000,- Sisa Hasil Kebun (SHK) 60% : 300.000.000,- 7.12. MASA REPLANTING / PERJANJIAN KERJASAMA BARU : - Perhitungan biaya replanting kebun kemitraan - Pembiayaan kredit replanting kebun kemitraan

8. MANFAAT PROYEK PEMBANGUNAN KEBUN 8.1. TUJUAN UMUM PROYEK : - Membuka lapangan kerja - Menghasilkan devisa negara - Ikut menjaga kelestarian potensi lingkungan - Memanfaatkan areal secara lebih efektif 8.2. TUJUAN PENGEMBANGAN KEBUN KEMITRAAN : - Pemberdayaan koperasi melalui peningkatan pendapatan - Mempercepat redistribusi aset kepada masyarakat - Membangun kerjasama usaha yang berkesinambungan - Menimbulkan efek ganda terhadap sektor lainnya.

8.3. MANFAAT BAGI PEMERINTAH PUSAT & PEMDA : - Pengembangan wilayah desa lokal & eks transmigrasi - Pemanfaatan lahan tidak produktif - Membantu program pengentasan kemiskinan - Pemenuhan kebutuhan bahan pokok untuk konsumsi - Membuka peluang usaha & memperkokoh persatuan - Meningkatkan pajak & pendapatan asli daerah (PAD)

9. POTENSI KENDALA PROYEK DALAM KEMITRAAN 9.1. MASA PERSIAPAN 1. Asal Peserta (Lokal dan pendatang) 2. Areal Plasma (Perebutan batas wilayah antar desa dan antar kecamatan) 3. Pembebasan Lahan (masyarakat meminta ganti rugi untuk areal plasma) 4. Distribusi Lahan ( penetapan lokasi kebun, masyarakat tidak setuju dengan lokasi areal plasma) 5. Administrasi (Data peserta plasma serta legalitas koperasi tidak lengkap) 6. Adanya surat keterangan tanah fiktip. 7. Banyak tanaman jebakan

9.2. PEMBANGUNAN KEBUN 1. Manajemen Tenaga Kerja ( Seluruh pekerjaan harus dikoordinasikan dulu dengan koperasi) 2. Penanaman dan pemeliharaan (kekurangan tenaga terampil, kualitas kebun yang tidak sama) 3. Permintaan dana talangan untuk koperasi

9.3. PANEN 1. Konversi (terlambat panen, kualitas kebun yang tidak merata) 2. Pemanenan (Kesesuaian jadwal panen dengan kebutuhan petani dan kemampuan pabrik). 3. Penimbangan Produksi (perbedaan timbangan antara kebun dan pabrik) 4. Sortasi Produksi (persentase grading yang cukup tinggi) 5. Penentuan rendemen dan harga (indeks K terlalu rendah) 6. Pembayaran (ketepatan dan kecepatan pembayaran) 7. Kredit dan Angsuran (besar kredit, kebijakan bunga, besar angsuran).

Bumitama Gunajaya Agro Oil Palm Plantations and Mills LAMPIRAN Pundu Learning Centre - 2012

Lampiran 1. ESTIMASI BIAYA INVESTASI KEBUN PER HEKTAR Sesuai SK Dirjenbun nomor 135/Kpts/RC.110/10/08 (rupiah, dalam 000) No Kegiatan 1 P0 Pembukaan Lahan dan penanaman - Tenaga Kerja - Infrastruktur - Bahan dan alat - Manajemen fee 5% - sertifikasi lahan 3 P1 Pemeliharaan tahun 1 - Tenaga Kerja - Bahan dan Alat - Manajemen fee 5% 4 P1 Pemeliharaan tahun 2 - Tenaga Kerja - Bahan dan Alat - Manajemen fee 5% 5 P1 Pemeliharaan tahun 3 - Tenaga Kerja - Bahan dan Alat - Manajemen fee 5% Wilayah Wil I Wil II Wil III Wil IV Wil V Wil VI 13.464 13.609 13.768 13.924 14.093 14.271 7.705 7.824 7.950 8.081 8.219 8.364 7.403 7.403 7.688 7.842 8.003 8.173 8.052 8.205 6.365 8.532 8.709 8.894 Total 3.6624 3.7041 3.7771 38.379 39.024 39.702

Keterangan : Wilayah I Wilayah II Wilayah III Wilayah IV Wilayah V Wilayah VI : Jabar, Jateng DIY, Jatim, Banten, Bali : Sumsel, Jambi, Bengkulu, lampung, Sumbar, Bangka, Belitung : NAD, Sumatera Utarat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau : Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur : Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur : Maluku, Maluku Utara

Lampiran 2 INVESTASI TANAMAN BELUM MENGHASILKAN Tanaman Baru (TB) Pembukaan lahan XXX Pembuatan Prasarana XXX Tanam Kelapa Sawit & Kacangan XXX (+) Total Tanaman Baru XXX (A)

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pembuatan Piringan/Pasar/TPH XXX Pengendalian Gulma XXX Pemeliharaan Pokok XXX Pemeliharaan Prasarana XXX Pengawetan Tanah XXX Pengendalian Hama dan Penyakit XXX Pemupukan Kelapa Sawit XXX Administasi & Umum /Lain-lain XXX Total TBM XXX(+) (B) Total Biaya TBM XXX (C=A+B) Alokasi IDC XXX(+) (D) Total Biaya Investasi TBM XXX (E=C+D) Memasuki tahun ke 5 (lima) Nilai Investasi TBM akan dipindahkan menjadi Tanaman Menghasilkan (TM)

Lampiran 3 BIAYA EKSPLOITASI TANAMAN MENGHASILKAN Biaya Panen dan Pengumpulan - Upah Pemanen XXX - Pengangkutan Panen XXX - Sarana Panen XXX - Pengawasan dan transport Karyawan XXX(+) Total Biaya Panen XXX (A)

Biaya Pemeliharaan - Pengendalian Gulma XXX - Pemeliharaan pokok XXX - Pemeliharaan Prasarana XXX - Konservasi Tanah XXX - Pengendalian Hama dan Penyakit XXX - Biaya Pemliharaan lainnya XXX(+) Total Biaya Pemeliharaan XXX (B)

Biaya Pemupukan - Pemupukan Anorganik XXX - Pemupukan Organik XXX - Mill Effluent XXX - Sample Daun XXX - Angkut Pupuk Intern XXX - Angkut Pupuk Ekstern XXX(+) Total Biaya Pemupukan XXX (C) Biaya Administrasi dan Umum XXX(+) Total Biaya Tanaman Menghasilkan (E=A+B+C+D) (D) XXX

Lampiran 4 CASH FLOW PLASMA Hasil TBS XXX (A) Biaya Panen XXX Biaya Pemeliharaan XXX Biaya Pemupukan XXX Biaya Administrasi dan Umum XXX Biaya Bunga Bank XXX Biaya SHK XXX (+) Total Biaya XXX (-) (B) Surplus / Minus XXX (C=A-B)

PERHITUNGAN DANA TALANGAN Investasi Investasi TBM Investasi TM Investasi lain-lain Piutang plasma Total Investasi dan piutang XXX XXX XXX XXX(+) XXX (A) Sumber Dana Hutang KI XXX Hutang IDC XXX Surplus / Minus TBS XXX (+) Total Sumber Dana XXX(-) (B) Dana Talangan XXX (C=A-B)

Catatan : Jika A-B bernilai (+) berarti investasi lebih besar dari sumber dana, nilai selisih merupakan dana talangan inti Jika A-B bernilai (-) berarti investasi lebih kecil dari sumber dana, nilai selisih merupakan escrow account

Lampiran 5 FORMULA HARGA TBS Sesuai SK Gubernur / Bupati (tiap bulan) Per umur tanaman (3 th s/d 20 th) HTBS = K { (Hms X Rms) + (His X Ris) } HTBS = Harga TBS yang diterima oleh pekebun di tingkat pabrik dinyatakan dalam Rp/Kg K = Indeks proporsi yang menunjukkan bagian yang diterima oleh pekebun, dinyatakan dalam persentase (%)

Hms = Harga rata-rata minyak sawit kasar (CPO) tertimbang realisasi penjualan eksport (FOB) dan local masingmasing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan dalam Rp/Kg Rms = Rendamen minyak kasar (CPO), dinyatakan dalam persentase (%) His = Harga rata-rata inti sawit (PK) tertimbang realisasi penjualan eksport (FOB) dan lokal masing-masing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan Ris dalam Rp/Kg = Rendamen inti sawit (PK) dinyatakan dalam persentase (%) Contoh Harga TBS bulan Januari 2010 tahun tanam 2005 untuk Kalteng = 79,17 % x {(6.037.74 x 18,12%)+(2.848,04 x 4.10%)} = Rp 958,59,-/kg