BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian daerah merupakan suatu perwujudan kebudayaan yang memiliki nilainilai

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi ini menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab dan dipecahkan, termasuk mengenai permasalahan kebudayaan yaitu kesenian/upacara adat tradisional yang semakin tersisihkan sebagai dampak dari globalisasi. Sejalan dengan pernyataan tersebut, salah satu konsekuensi dari globalisasi adalah terpinggirkannya budaya lokal. Hal ini bisa dilihat dari masyarakat di Kabupaten Sumedang yang kurang mengetahui upacara nadar. Upacara nadar adalah upacara yang dilakukan di makam leluhur dan tempat keramat tertentu. Upacara nadar ini dilakukan sebelum khitanan, gusaran, pernikahan dan ketika seseorang memiliki nazar tertentu. Selain itu upacara nadar dilaksanakan pula sebelum menanam dan setelah memanen padi. Upacara nadar memiliki makna yang sama dengan nyadran. Maksud dari nyadran adalah untuk menghormati arwah para leluhur yang sudah meninggal dunia. Selain dilakukan pada bulan ruwah, nyadran (mengirim doa di makam leluhur) ini dilakukan pada saat-saat penting misalnya akan menikah dan acara penting lainnya (Rostiyati, 1995: 22). Menurut Robertson Smith yang dikutip oeh Koentjaraningrat (1990: 24), upacara religi atau agama, yang biasa dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat pemeluk religi atau agama yang bersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. Motivasi mereka tidak hanya untuk berbakti kepada Dewa atau Tuhannya atau untuk mengalami kepuasaan

2 keagamaan secara pribadi, tetapi juga karena mereka menganggap melakukan upacara sebagai kewajiban sosial. Senada dengan pernyataan di atas, masyarakat Jatigede masih melaksanakan upacara nadar adalah untuk menjaga hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta dan memohon keselamatan serta keberkahan dalam hidup. Selain itu, upacara nadar juga masih tetap dilaksanakan adalah untuk menjaga hubungan manusia dengan manusia misalnya untuk menjaga sikap gotong royong dan rasa solidaritas antar sesama. Dengan demikian upacara nadar memiliki makna yang penting dalam kehidupan manusia. Rostiyati (1995: 2) menyatakan bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, nilai-nilai lama yang semula menjadi acuan suatu kelompok masyarakat menjadi goyah akibat masuknya nilai-nilai baru dari luar. Orang cenderung bertindak rasional dan sepraktis mungkin. Akibatnya nilainilai lama yang terkandung dalam pranata sosial milik masyarakat yang semula tradisional menjadi pudar dan aus. Demikian pula upacara tradisional sebagai pranata sosial dan nilai-nilai lama dalam kehidupan kultural masyarakat pendukungnya, lambat laun akan terkikis oleh pengaruh modern dan nilai-nilai baru tersebut. Dengan kata lain upacara tradisional mengalami perubahan atau pergeseran akibat pengaruh modern tersebut. Sesuai dengan pernyataan di atas, upacara nadar mengalami perkembangan dari masa ke masa dari proses upacara, alat-alat yang digunakan, sesajen dan warga yang mengikuti upacara nadar meskipun aturan-aturan pokok dalam melaksanakan upacara nadar masih tetap. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari modernisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Awalnya upacara nadar dilaksanakan di makam leluhur dengan cara anak yang akan disunat diiring ke makam oleh kaum kerabat, pemerintah desa dan anggota masyarakat yang lainnya dengan diiringi bunyi kentungan, dogdog dan kesenian beluk. Lambat laun upacara nadar mengalami perkembangan yaitu upacara nadar dilaksanakan di rumah yang mempunyai hajatan dan yang menghadiri upacara

3 tersebut hanya juru kunci dan pemerintah desa sehingga masyarakat yang lain terkadang tidak mengetahui apakah keluarga yang akan melakukan hajatan sudah melakukan upacara nadar atau belum. Hal tersebut mengurangi sikap gotong royong, rasa solidaritas dan komunikasi sosial. Keadaan seperti ini dikhawatirkan akan menimbulkan sikap individualis. Dengan demikian nilai-nilai yang terkandung di dalam upacara nadar dikhawatirkan bisa hilang. Nilai-nilai tersebut misalnya hidup harus senantiasa bergotong royong dan mengembangkan sikap solidaritas antar sesama. Di samping alasan yang telah dipaparkan di atas, alasan lain yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai perkembangan upacara nadar adalah masih sedikit penulisan tentang asal usul upacara tersebut, sehingga penjelasan mengenai asal mula dan tata cara pelaksanaan upacara nadar hanya dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi sehingga dikhawatirkan akan memudarnya salah satu identitas budaya. Maka dari itu peneliti berharap karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai sumber tertulis yang memuat informasi mengenai upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. Periodisasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah antara tahun 1985 sampai tahun 2005. Dalam kurun waktu tahun 1985-2005 peneliti melihat adanya suatu dinamika dalam pelaksanaan upacara nadar. Pada tahun 1985 populasi penduduk yang melaksanakan upacara nadar berkurang. Pada tahun 1990-an generasi muda mulai meninggalkan upacara nadar karena memiliki keyakinan bahwa upacara nadar bertentangan dengan keyakinan yang dianut. Perubahan tersebut senada dengan pernyataan Suhamihardja dalam Ekadjati (1984: 283) yang menyatakan bahwa: Selain mereka taat menjalankan agama, sering pula menjalankan upacaraupacara yang tidak terdapat dalam ajaran agama, Unsur-unsur Islam dan unsur-unsur kepercayaan asli (adat-istiadat), tampaknya telah terintegrasikan menjadi satu dalam sistem kepercayaan dan ditanggapi oleh mereka dengan emosi yang sama. Tidaklah heran apabila ada sekelompok orang Sunda yang ingin betul-betul menjalankan syariat Islam yang

4 bersumber hanya kepada Hadis dan Quran. Mereka ingin menghilangkan unsur-unsur adat dan menjalankan syariat Islam yang murni. Sekitar tahun 2004 dan 2005 pelaksanaan upacara nadar mengalami perubahan, seperti upacara nadar dilaksanakan di rumah yang mempunyai hajatan. Beberapa faktor penyebab perubahan tersebut adalah masyarakat mulai memperhitungkan waktu, biaya dan tenaga dalam melaksanakan upacara nadar sehingga upacara tersebut dilaksanakan lebih praktis dan sistematis. Hal tersebut senada dengan penjelasan Max-Weber yang dikutip oleh Rostiyati (1995: 6), ada gejala meluasnya pemikiran rasional ke dalam kehidupan masyarakat yang tradisional sekalipun. Orang harus mengatur hidupnya secara sistematis, rasional, praktis, termasuk dalam usaha ekonomi. Ini berarti pelaksanaan upacara tradisional mulai diperhitungkan dalam masalah biaya, waktu dan tenaga, terutama pelaksanaan selamatan individu. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. Peneliti akan melakukan penulisan yang berjudul Perkembangan Upacara Nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang Tahun 1985-2005 (Suatu Kajian Historis terhadap Tradisi Masyarakat). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan judul yang telah dikemukakan di atas, peneliti merumuskan masalah utama dalam penulisan skripsi ini, yaitu bagaimana perkembangan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang tahun 1985-2005?. Untuk lebih mempermudah dan mengarahkan penelitian maka masalah penelitian tersebut dibatasi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa masyarakat di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang melaksanakan upacara nadar? 2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang?

5 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keberadaan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang? 4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk melestarikan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan latar belakang upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. 2. Mendeskripsikan prosesi pelaksanaan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. 3. Mendeskripsikan tanggapan masyarakat terhadap keberadaan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. 4. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan untuk melestarikan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memperkaya khazanah dalam penulisan sejarah lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi penulisan sejarah lokal lainnya. 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak lain yang akan mengkaji lebih lanjut mengenai upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. 3. Penelitian mengenai upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk berusaha menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal.

6 4. Penelitian mengenai upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang ini diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat terutama generasi muda terhadap upacara nadar sebagai kebudayaan lokal. 5. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber acuan untuk pengembangan materi mata pelajaran sejarah tepatnya di SMA kelas X semester 1 dengan standar kompetensi memahami prinsip dasar ilmu sejarah dan kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam skripsi yang berjudul Perkembangan Upacara Nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang Tahun 1985-2005 (Suatu Kajian Historis terhadap Tradisi Masyarakat) adalah metode historis yang merupakan sebuah metode yang lazim dipergunakan dalam penelitian sejarah. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta, mengkritik dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa lampau. Selain itu metode historis juga mengandung pengertian sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986: 32). Adapun langkah-langkah yang akan peneliti gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50), yaitu terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Langkah pertama adalah heuristik, yaitu kegiatan pencarian dan pengumpulan sumber-sumber yang relevan. Pada tahap ini peneliti harus menentukan sumber yang cocok untuk menjawab persoalan-persoalan yang peneliti dapatkan dan kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Sumbersumber tersebut berasal dari sumber buku, dokumentasi, wawancara dengan pihak yang bersangkutan, maupun sumber lainnya yang didapatkan dari hasil pencarian di internet.

7 Langkah kedua adalah melakukan kritik yaitu melakukan analisis sumber, dimana data-data yang telah ditemukan apakah sesuai dengan masalah penelitian atau tidak, karena peneliti tidak bisa menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis dalam sumber yang didapat tersebut, hal ini bertujuan memudahkan peneliti dalam mencari jawaban permasalahan. Tahap kritik ini dibagi menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan internal. Pengertian kritik eksternal seperti yang dikemukakan oleh Sjamsuddin (2007: 132) ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Dalam kritik eksternal dipersoalkan tokoh yang menjadi sumber lisan, umur, daya ingat. Sedangkan kritik internal lebih ditunjukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan perbuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Langkah ketiga adalah penafsiran atau interpretasi. Setelah melewati tahapan di atas, peneliti melakukan proses penafsiran dan menyusun makna katakata. Fakta-fakta yang telah disusun tersebut kemudian ditafsirkan dengan cara menghubungkan satu fakta dengan yang lainnya sehingga didapatkan gambaran yang jelas tentang fokus penelitian. Proses interpretasi yang peneliti lakukan dalam penelitian kali ini berupaya untuk dilakukan secara obyektif sehingga hasil dari penelitian ini tidak memiliki kecenderungan untuk memihak pihak manapun yang terkait. Tahap terakhir dalam metode historis adalah historiografi, peneliti berusaha melakukan historiografi dengan merangkai berbagai fakta yang ada sehingga dapat menjadi suatu cerita sejarah yang baik dan dapat dipercaya kebenarannya. Penulisan sejarah ini juga dilakukan dengan menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar serta dituliskan dengan sederhana sehingga diharapkan dapat menarik minat untuk membacanya serta dapat dengan mudah dimengerti. Selain metode historis, penelitian ini juga menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu pendekatan yang menggunakan konsep disiplin ilmu-ilmu sosial lain. Peneliti menggunakan ilmu sosiologi dan antropologi.

8 1.6 Struktur Organisasi Skripsi Hasil dari penelitian skripsi ini akan disusun ke dalam lima bab yang terdiri dari Pendahuluan, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran. Adapun fungsi dari pembagian ini bertujuan memudahkan penulisan agar sistematis. Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang di dalamnya berisi penjelasan mengapa masalah tersebut diteliti dan penting untuk diteliti. Bab ini juga berisi perumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, metode penelitian serta struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini peneliti memaparkan secara lebih terperinci mengenai teori yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini. Kajian-kajian yang bersifat teoritis tersebut dijadikan landasan pemikiran yang relevan dengan permasalahan dalam skripsi mengenai Perkembangan Upacara Nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang Tahun 1985-2005 (Suatu Kajian Historis terhadap Tradisi Masyarakat). Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai metode atau cara-cara yang akan dilaksanakan dalam melakukan penelitian. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode historis serta studi literatur, studi dokumentasi dan wawancara. Teknik penulisannya disesuaikan dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI dan berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bab IV Tradisi Nadar pada Masyarakat Jatigede. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang, selain itu dalam bab ini juga akan dibahas mengenai proses pelaksanaan upacara nadar, tanggapan masyarakat terhadap keberadaan upacara nadar. Di samping itu, akan memaparkan upaya yang dilakukan untuk melestarikan upacara nadar di Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang.

9 Bab V Kesimpulan dan Saran, merupakan inti jawaban serta analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan hasil penelitian serta interpretasi peneliti mengenai inti dari pembahasan. Pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Selain itu peneliti mengemukakan saran-saran baik untuk masyarakat maupun pemerintah setempat.

10