BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Penyakit ini merupakan penyakit menular, proses penyebarannya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat [3][4]. Di Indonesia, penyakit DBD ini pertama kali dilaporkan setelah adanya kejadian luar biasa (KLB) di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968. Sejak itu jumlah kasus dan daerah yang terjangkit penyakit DBD semakin meluas, hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD, diantaranya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol nyamuk yang efektif di daerah endemis dan adanya peningkatan sarana transportasi [3][4][10]. Daerah yang sering terjangkit DBD pada umumnya adalah daerah perkotaan yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan karena tata letak bangunan perumahan yang saling berdekatan dan bahkan hampir saling menyatu sehingga memudahkan 1
terjadinya penularan. Hal ini sangat membantu nyamuk vektor DBD untuk menularkan virus dengue dalam perilakunya mencari sumber darah, mengingat jarak terbangnya yang relatif pendek yaitu 40-100 m [1][4]. Aedes aegypti terutama hidup di sekitar manusia di dalam dan sekitar rumah di daerah perkotaan (urban). Sarang nyamuk/tempat perindukan nyamuk ini biasanya ada di dalam atau sekitar rumah dalam radius 100 m dari rumah. Sarangsarang nyamuk tersebut antara lain terdapat di bak mandi, guci tempat penyimpan air minum, kaleng bekas, pecahan botol, ban bekas, drum bekas, vas bunga, talang air dan lain-lain yang berisi air jernih genangan air hujan. Pada umumnya tempat perindukan yang disukai adalah tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung dan tidak berhubungan langsung dengan tanah. Sedangkan Aedes albopictus lebih menyukai tempat perindukan yang alami di luar rumah, di kebun dan di halaman rumah seperti kelopak daun keladi, daun pisang, tunggul bambu dan lain-lain [2][4]. Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue yang ada di dalam darah penderita selama 4-7 hari, di mulai 1-2 hari sebelum demam. Virus Dengue termasuk dalam golongan Flavivirus, famili Togaviridae, mempunyai 4 serotipe, yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 [1][12]. Sampai saat ini belum ditemukan obat (vaksin) yang dapat membunuh Virus Dengue. Oleh sebab itu dalam penanggulangan DBD lebih ditekankan terhadap pembasmian dan pemberantasan nyamuk vektornya. Beberapa cara yang dilakukan untuk memberantas nyamuk vektornya adalah dapat dilakukan secara secara biologi (hayati), kimia ataupun dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN)[10]. Usaha untuk mengatasi dan mengendalikan masalah penyakit DBD melalui penelitian, baik mencari cara diagnosis yang cepat, tepat dan akurat, cara terapi 2
spesifik dan pengembangan vaksin untuk pencegahan sudah banyak dilakukan, akan tetapi sampai saat ini hasilnya belum memuaskan. Pilihan yang paling memberi harapan untuk pemberantasan penyakit ini adalah dengan mengendalikan kepadatan populasi vektornya [1]. Untuk itu, pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut, mulai dari perilaku mencari darah, istirahat dan berkembang biak diperlukan sebagai upaya untuk mengendalikan populasi vektor tersebut. Sampai saat ini beberapa metode telah dikembangkan untuk mengatasi populasi serangga merugikan, termasuk nyamuk Aedes aegypti, diantaranya adalah teknik melepaskan serangga jantan yang telah disterilisasi, pemberian obat kimia, dan lain-lainnya. Sejauh ini, metode-metode tersebut telah berhasil secara lebih akurat untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika populasi tersebut. Namun demikian, metode-metode yang dikembangkan tersebut secara teoritis masih terbatas pada model-model kondisi tunak sederhana [2]. Lebih jauh Miller [2] menjelaskan bahwa meskipun model-model yang dikembangkan tersebut berhasil memberikan informasi yang cukup penting terhadap dinamika populasi serangga tersebut walaupun masih memiliki keterbatasan. 1.2 Rumusan Masalah Salah satu permasalahan dasar yang banyak dipelajari dalam bidang biologi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah dinamika populasi serangga, terutama serangga dan hama yang merugikan. Begitu juga dengan populasi serangga nyamuk Aedes aegypti vektor pembawa virus DBD dapat tumbuh sangat cepat. Paling tidak ada dua alasan untuk itu. Pertama, nyamuk Aedes aegypti mempunyai siklus hidup yang pendek, ia memerlukan periode waktu yang singkat untuk tumbuh 3
mulai dari telur menjadi larva, menjadi pupa, dan terakhir menjadi serangga dewasa. Kedua, nyamuk Aedes aegypti betina ini biasanya menghasilkan ratusan telur. Salah satu upaya pemberantasan penyakit DBD adalah dengan melakukan pemberantasan spesies nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai vektornya. Tujuannya adalah untuk memutuskan mata rantai penularan yang pada gilirannya dapat menurunkan angka kesakitan DBD pada daerah tertentu. Untuk itu pengetahuan tentang perilaku dan siklus hidup nyamuk Aedes aegypti ini diperlukan. Dengan mengetahui dan memahami dinamika tersebut, maka populasi nyamuk tersebut akan lebih mudah untuk dikendalikan. Untuk mengetahui dinamika populasi nyamuk serta parameterparameter yang berpengaruh terhadap keseluruhan dinamika populasi tersebut, Miller [2] membangun model matematis siklus hidup nyamuk tersebut. Dalam penelitiannya, diperoleh bahwa parameter-parameter yang berpengaruh terhadap populasi nyamuk adalah rata-rata telur yang diproduksi oleh nyamuk betina dan rasio anhiliasi. Data telur nyamuk diperoleh dari hasil pengamatan dengan memasang alat ovitrap. Walaupun model yang dibangun Miller [2] adalah model siklus hidup nyamuk Culex pipiens quinquefasciatus, namun model ini dapat digunakan untuk menjelaskan populasi nyamuk Aedes aegypti yang digunakan sebagai objek penelitian tugas akhir ini. Peneliti memasang ovitrap di lokasi-lokasi yang telah ditentukan untuk mendapatkan data telur nyamuk tersebut. Data telur tersebut nantinya akan digunakan sebagai data masukan model Miller [2]. Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penambahan lokasi ovitrap terhadap jumlah telur nyamuk yang dihasilkan dan parameter model. 4
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi penambahan ovitrap terhadap jumlah telur nyamuk Aedes aegypti yang dihasilkan dan parameter model siklus hidup nyamuk yang digunakan. 1.4 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh berdasarkan survei lapangan di lingkungan gendung Laboratorium III, Departemen Matematika, Institut Teknologi Bandung. Data populasi telur Aedes aegypti diperoleh dengan cara melakukan pengamatan di perangkap telur nyamuk (ovitrap) yang ditempatkan di sekitar lingkungan tersebut selama dua minggu berturut-turut. Selanjutnya data yang terkumpul dijadikan sebagai nilai parameter model populasi nyamuk yang telah dibangun dan dasar untuk mendiskripsikan karakteristik objek yang diteliti. Secara garis besar tahapan penelitian pada daerah penelitian direncanakan dalam urutan berikut: a. Studi literatur tentang penelitian populasi nyamuk Aedes aegypti, pemodelan populasi serangga, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan metodologi penelitian. b. Pembuatan perangkap telur nyamuk (ovitrap) sebanyak 50 buah dan penentuan lokasi yang akan dijadikan lokasi penyimpanan perangkap telur nyamuk tersebut. 5
c. Penentuan dan penelitian telur nyamuk Aedes Aegypti di laboratorium Studi Entomologi Biologi, Institut Teknologi Bandung. d. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan menggunakan model yang telah dibangun sebelumnya. Dalam penelitian ini model populasi siklus hidup nyamuk mengacu pada model Miller [2]. Analisis data yang dilakukan meliputi pola sebaran populasi telur nyamuk hasil pengamatan di lapangan. Pola sebaran data nyamuk dianalisis menggunakan analisis regresi. Hasilnya selanjutnya digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh pola sebaran data nyamuk tersebut pada model populasi nyamuk yang telah dibangun sebelumnya. Dalam penelitian ini akan dianalisis kondisi tunak model populasi nyamuk menggunakan data telur hasil pengamatan dan analisis terhadap parameter-parameter yang berpengaruh relatif untuk keseluruhan tingkatan populasi nyamuk tersebut di lingkungan gedung Laboratorium III, Departemen Matematika ITB. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan digunakan agar penelitian tersusun dan sistematis. Sistematika penulisan laporan ini dibagi dalam empat bab, dimana setiap bab akan dibagi menjadi beberapa subbab sesuai dengan kebutuhan dengan susunan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori 6
Berisi teori tentang siklus nyamuk Aedes aegypti, demam berdarah dengue, serta teori tentang pemodelan dan model kompartemen. Bab III: Pengumpulan dan Pengolahan Data Berisi formulasi model yang digunakan, pengolahan data dan analisis data penelitian. Bab VI: Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya. 7