BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan. kebiasaan sekelompok orang yang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-Qur an surah Ar-Ra du ayat 11 Allah SWT berfirman: ...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB V PENUTUP. materi operasi hitung perkalian memiliki rata-rata 62,89 berada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hampir disemua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. depan suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003: bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. itu tidak lepas dari arus globalisasi dan aspeknya yang telah mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan itu bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. 1 Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya. Selain itu, pendidikan juga menunjukkan bagaimana warga negaranya berpikir dan berperilaku secara turun temurun hingga kepada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), cet. Ke-7, h. 2. 1

2 Di dalam Al-Qur an pun terdapat ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir guna mengoptimalkan potensi akal yang telah Allah berikan, yaitu terdapat pada Q.S. An-Nahl ayat 69 yang berbunyi: Ayat ini menegaskan bahwa manusia diperintahkan untuk memikirkan tentang ciptaan-ciptaan Allah. Dengan memikirkan dan mengoptimalkan potensi akal yang dimilikinya yang telah Allah SWT berikan, tentunya manusia akan mampu menaklukan alam. Pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 2 Pendidikan sebagai salah satu bagian yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang. 2009), h. 16. 2 Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama Widya:

3 Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. 3 Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 3, menyebutkan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 4 Untuk mendapatkan standar pendidikan dengan kualitas yang baik, maka diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dimana metode itu akan diterapkan. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah-ubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. Dalam praktiknya di sekolah, pembelajaran matematika banyak mengalami masalah, terutama kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah cara mengajar yang terbilang sudah membosankan, tidak menarik, dan lainnya. 3 Umar Tirtarahardja dan Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2005), cet. Ke-2, h. 37. 4 Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, op.cit., h.19.

4 Penulis melakukan penjajakan awal di SDN Jelapat II-1, untuk melihat hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap wali kelas IIIA dan IIIB di sana, dipaparkan bahwa kemampuan siswa dalam matematika masih tergolong rendah, terutama pada materi operasi hitung perkalian. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi yang disajikan karena banyak permasalahan yang berkembang terkait dengan materi, Ketika siswa menyelesaikan persoalan perkalian dengan cara bersusun pendek, siswa kurang paham dengan konsep yang digunakan, dan lupa dengan angka yang telah disimpannya dalam proses penyelesaian, sehingga berdampak pada tidak tepat dalam menjawab. Pola kesalahan siswa yang sering terjadi dalam mengerjakan soal tentang operasi hitung perkalian diantaranya seperti berikut: 2 1. 46 24 184 102 286 x + Jalan pikiran pengerjaan itu adalah: pertama-tama perkalian dengan angka 4 (dalam 24). ditulis 4 disimpan 2 puluhan. Kemudian ditambah 2 (angka yang telah disimpan) menghasilkan 18, menjadi 184. Selanjutnya perkalian dengan angka 2 (dalam 24). ditulis 2 disimpan 1 puluhan. Dalam penyelesaian ini seharusnya angka 2 diletakkan di bawah angka

5 8 (dalam 184), tetapi siswa meletakkannya di bawah angka 4. Siswa juga lupa menuliskan angka yang harus disimpan yaitu 1. Pada pengerjaan selanjutnya 4 x 2 = 8 ditambah 2 menghasilkan 10, menjadi 102. Seharusnya dia menambahkan angka 8 dengan angka 1, tetapi dia menambahkannya dengan angka 2 (penyimpanan sebelumnya). Dari pengerjaan ini mengakibatkan hasil akhir penyelesaiannya menjadi salah. 2 2. 27 4 88 x Jalan pikiran pengerjaan itu adalah: ditulis 8 menyimpan 2 puluhan. Kemudian ditulis 8, menjadi 88. Siswa lupa dengan angka yang telah disimpannya yaitu 2. Seharusnya angka 8 (hasil ) ditambah dengan angka 2 menghasilkan 10, menjadi 108. Berdasarkan beberapa pola kesalahan di atas, kesulitan dan kelemahan siswa dalam belajar perkalian bilangan tidak semata-mata karena proses lemahnya berfikir, tetapi dimungkinkan karena kurang bervariasinya cara untuk memecahkan suatu soal. Oleh karena itu, cara yang diberikan haruslah berupa cara yang dapat memudahkan dalam operasi perkalian, sehingga siswa dapat merespon secara positif dan mampu untuk meningkatkan kemampuan berhitung serta motivasinya dalam belajar matematika. Kemudian penulis melakukan observasi langsung ke kelas untuk melihat aktivitas belajar siswa, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

6 1. Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, melamun atau berbisik dengan teman yang duduk di sekitarnya. 2. Rata-rata siswa tidak bisa mengerjakan soal, baik tugas maupun latihan tanpa dipandu guru terlebih dahulu. 3. Siswa cenderung menunggu guru menjawabkan soal latihan yang diberikan. 4. Terdapat siswa yang sering membuat gaduh dan banyak bicara di luar materi. 5. Hanya beberapa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tekun. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan di sana masih berupa metode pengajaran langsung atau konvensional. Penerapan metode konvensional seperti ini yang mendominasi pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa sebagai pendengar, sehingga interaksi antara murid dengan guru sangat kurang. Metode pembelajaran seperti inilah yang bisa membuat murid terkadang merasa jenuh, bosan, tidak bersemangat, serta tidak adanya ketertarikan untuk memperdalam pelajaran matematika karena metode pembelajaran sangat monoton dan sedikit variasi. Berdasarkan beberapa masalah yang telah diuraikan di atas, penulis mempertimbangkan solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut penulis metode Montessori adalah salah satu metode yang dapat dipilih. Metode Montessori adalah suatu metode yang diperkenalkan oleh seorang wanita yang bernama Maria Montessori yang merupakan salah satu pendidik besar di Italia yang menganut agama Khatolik, namun secara umum metodenya

7 tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang mengajarkan konsep-konsep baru dengan cara pengulangan, dengan demikian akan membantu anak-anak untuk memahami dengan lebih baik akan materi-materi yang disajikan kepadanya. Cara pengulangan ini dilakukan dengan menggunakan proses belajar tiga tahap dalam seluruh latihan pengenalan awal untuk memastikan bahwa anak memahami apa yang sedang dikerjakan oleh mereka. Proses belajar tiga tahap ini meliputi pengenalan akan identitas, pengenalan akan perbandingan, dan perbedaan antara benda-benda yang serupa. Tujuan dari semua metode pembelajaran maupun teori-teori pendidikan yang ada adalah untuk membantu anak agar mandiri dan produktif ketika mereka dewasa. Demikian halnya dengan metode Montessori yang bertujuan untuk membantu anak untuk menjadi manusia mandiri. Metode Montessori menekankan pada kegiatan yang mampu merangsang anak agar lebih mandiri sejak dini, mengembangkan rasa disiplin, dan penuh rasa percaya diri dalam suasana yang aman dan penuh kasih sayang. Untuk itu program yang diterapkan lebih mendekati dan dikaitkan kepada kegiatan kehidupan sehari-hari. Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktiknya. Maria Montessori berpendapat bahwa jika anak diberi materi dan lingkungan yang tepat, maka anak akan cenderung bisa mengerjakan aktivitas secara spontan. Lewat aktivitas, anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Ciri lainnya adalah adanya

8 penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) yang khusus untuk memperkenalkan berbagai konsep. 5 Pembelajaran dengan metode ini juga tidak mengenal adanya reward dan punishment. Menurut Maria Montessori perkembangan anak terbagi menjadi tiga periode yaitu dari lahir hingga usia 6 tahun (otak menyerap), usia 6 tahun hingga 12 tahun, dan usia 12 tahun hingga 18 tahun. 6 Pada usia 6 tahun hingga 12 tahun ini adalah saat dimana anak-anak mengalami proses perkembangan pada bagian indra-indranya untuk mengamati. Siswa sekolah dasar umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menggunakan metode Montessori untuk digunakan pada materi operasi hitung perkalian karena siswa dapat diajak pada lingkungan belajar yang menyenangkan dan mereka dapat beraktivitas dengan bebas. Metode ini ingin menjadikan siswa yang aktif dalam pembelajaran guru hanya sebagai pembimbing. Dalam pembelajaran, mereka dapat menggunakan alat/benda yang disediakan oleh guru agar dapat mempermudah mereka belajar. Disana mereka bisa bebas memilih kegiatan mereka sendiri. 5 Wikipedia, Metode Montessori, http://id.m.wikipedia.org/2013/10/2. Diakses pada tanggal 2015/01/06. 6 Maria Montessori, Metode Montessori, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), h. 79.

9 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indah Wahyuningsih (2011) yang berjudul: Pengaruh Model Pendidikan Montessori terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa pada materi pecahan antara yang menggunakan pembelajaran dengan model Montessori dan dengan model pembelajaran konvensional, dan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan model Montessori dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Sementara penelitian penulis dalam skripsi ini akan difokuskan kepada penerapan metode Montessori dan konvensional yang digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung perkalian. Berdasarkan latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di sekolah dasar yang ada di Desa Jelapat II, khususnya pada pelajaran matematika materi operasi hitung perkalian, yang akan dituliskan dalam sebuah skripsi yang berjudul Penerapan Metode Montessori dan Konvensional pada Materi Operasi Hitung Perkalian di Kelas III SDN Jelapat II-1 Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menerapkan metode konvensional pada materi operasi hitung perkalian siswa kelas III SDN Jelapat II-1. 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menerapkan metode Montessori pada materi operasi hitung perkalian siswa kelas III SDN Jelapat II-1.

10 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan menerapkan metode Montessori dan konvensional pada materi operasi hitung perkalian di kelas III SDN Jelapat II-1 tahun pelajaran 2015/2016. C. Definisi Operasional dan Lingkup Pembahasan 1. Definisi Operasional Untuk memperjelas judul penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa definisi operasional sebagai berikut: a. Penerapan Penerapan berasal dari kata terap artinya pemasangan, pengenaan, perihal. 7 Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Montessori dan konvensional pada materi Operasi Hitung Perkalian di kelas III SDN Jelapat II-1 Tahun Pelajaran 2015/2016. b. Metode Montessori Metode Montessori yaitu sebuah metode pembelajaran yang mengajarkan konsep-konsep baru dengan cara pengulangan, dengan demikian akan membantu anak-anak untuk memahami dengan lebih baik materi-materi yang disajikan berikutnya. Cara pengulangan ini dilakukan dengan menggunakan proses belajar tiga tahap dalam seluruh latihan pengenalan awal untuk memastikan bahwa anak memahami apa yang sedang dikerjakan oleh mereka. 8 7 Adaptasi Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 935 8 Elizabeth G. Hainstock, Montessori Untuk Sekolah Dasar, (Jakrta: PT. Pustaka Delapratasa, 2002), h. 9.

11 c. Operasi Hitung Perkalian Perkalian adalah penjumlahan yang berulang pada bilangan yang sama. 9 Operasi hitung perkalian disini terkait menghitung dengan cara bersusun pendek dan menyelesaikan soal cerita. Dengan demikian yang dimaksud dengan judul di atas adalah penelitian dalam rangka untuk mengungkapkan adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran dengan menerapkan metode Mentossori dan metode konvensional pada materi operasi hitung perkalian di kelas III SDN Jelapat II-1 tahun pelajaran 2015/2016. 2. Lingkup Pembahasan Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka bahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: a. Materi dalam penelitian ini adalah pokok bahasan materi operasi hitung perkalian pada kelas III semester I dengan kompetensi dasar: Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka. b. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas III SDN Jelapat II-1 tahun pelajaran 2015/2016. c. Hasil belajar disini dapat dilihat dari nilai tes akhir pada materi operasi hitung perkalian dengan kompetensi dasar: Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka. 32. 9 Y. Putri, Matematika untuk Siswa SD/MI Kelas III, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009), h.

12 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang akan diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menerapkan metode konvensional pada materi operasi hitung perkalian siswa kelas III SDN Jelapat II-1. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menerapkan metode Montessori pada materi operasi hitung perkalian siswa kelas III SDN Jelapat II-1. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan menerapkan metode Montessori dan konvensional pada materi operasi hitung perkalian di kelas III SDN Jelapat II-1 tahun pelajaran 2015/2016. E. Alasan Memilih Judul Adapun beberapa alasan yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul diatas, yaitu: 1. Metode Montessori merupakan salah satu dari beberapa metode yang memberikan pengalaman kepada siswa agar lebih aktif dan mandiri dengan media pembelajaran yang khusus. Dimana koreksi kesalahan terletak pada alat yang mereka gunakan, guru hanya menjadi seorang pembimbing bersifat mengarahkan.

13 2. Mengingat bahwa pentingnya hasil belajar untuk melihat sejauh mana siswa dapat memahami konsep matematika yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 3. Mengingat pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting dipelajari. 4. Sepengetahuan penulis belum ada yang melakukan penelitian seperti yang akan dilakukan penulis di sekolah tersebut. F. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar a. Guru mempunyai pengetahuan tentang metode Montessori dan mampu melaksanakannya dalam pembelajaran matematika. b. Pembelajaran yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. c. Setiap siswa memiliki kemampuan dasar, tingkat perkembangan intelektual, dan usia yang relatif sama. d. Distribusi jam belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama. e. Alat evaluasi yang digunakan memenuhi kriteria alat ukur yang baik. 2. Hipotesis H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan menerapkan metode Montessori dan konvensional pada materi operasi hitung perkalian di kelas III SDN Jelapat II-1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

14 H a : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan menerapkan metode Montessori dan konvensional pada materi operasi hitung perkalian di kelas III SDN Jelapat II-1 Tahun Pelajaran 2015/2016. G. Signifikansi Penelitian Data-data yang digali dari penelitian ini diharapkan berguna, antara lain: 1. Bagi siswa, mempermudah dalam pembelajaran matemtika karena pada saat pembelajaran siswa dibawa dalam kondisi yang menyenangkan dan tidak hanya duduk dikursi saja. 2. Bagi guru, memotivasi untuk lebih meningkatkan cara mengajar dan mampu mengembangkan metode pembelajaran yang telah ada. 3. Bagi sekolah diharapkan sebagai masukan agar dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran yang lebih baik sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan menghimbau kepada guru agar metode Montessori dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Sebagai masukan bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk dapat diterapkan saat mengajar nanti. H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam penulisan dan pemahaman terhadap isi penelitian ini, maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:

15 Bab I adalah pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah dan penegasan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, alasan memilih judul, signifikansi peneletian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan. Bab II adalah tinjauan teoritis yang berisi uraian tentang teori-teori yang berhubungan dengan metode Montessori dan konvensional. Bab III adalah metode penelitian yang berisikan jenis dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data, sumber data dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data, serta prosedur penelitian. Bab IV adalah laporan hasil penelitian yang berisikan gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. Bab V adalah penutup yang berisikan simpulan dan saran.