BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

Kekerabatan dan Keturunan

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian kualitatif yang peneliti gunakan dalam proposal penelitian ini adalah

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

A. LATAR BELAKANG MASALAH

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FEM3313

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

PENDAHULUAN. umumnya manusia dilihat dari jenis kelamin ada dua yaitu laki-laki dengan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di dalam masyarakat kedudukan seseorang dalam segala hal telah diatur oleh lingkungan kelahirannya. Dilahirkan sebagai anak dari pasangan orang tua tertentu menentukan keanggotaan seseorang di dalam suatu kelompok. Keluarga - keluarga itu mendiami daerah tertentu dan bersama dengan kelompok keluarga lain tinggal berdekatan. Dari persebaran daerah itu, maka muncullah kebudayaan dalam segi kekerabatan yaitu suatu keluarga dengan keluarga yang lainnya di suatu daerah yang berbeda-beda. Sebagaimana yang berlaku di kalangan masyarakat, produksi, distribusi diatur melalui kekerabatan dan juga keturunan. Sehingga para ahli ilmu ilmu sosial, memperhatikan, mempelajari dan manganalisis masalah asal mula dan perkembangan keluarga dalam masyarakat. Pada tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat dan kebudayaannya, manusia mula- mula hidup mirip sekawan hewan berkelompok, pria dan wanita hidup bebas tanpa ikatan. Kelompok keluarga inti sebagai inti masyarakat karena itu juga belum ada. Lamalama manusia sadar akan hubungan antara seorang ibu dan anakanaknya, yang menjadi satu kelompok keluarga inti karena anak- anak hanya mengenal ibunya, tetapi tidak mengenal ayahnya. Dalam kelompok seperti ini ibulah yang menjadi kepala keluarga. Perkawinan antara ibu dan anak yang berjenis pria di hindari, sehingga timbullah adat eksogami. Kelompok keluarga yang mulai meluas karena garis keturunan diperhitungkan melalui garis ibu, dengan ini telah mencapai tingkat dalam proses perkembangan kebudayaan manusia. Dari penelitian para ahli terungkap bahwa masyarakat dengan sistem kekerabatan berdasarkan matrilineal tidak hanya ada pada masyarakat- masyarakat dengan tingkat perkembangan kebudayaan yang sangat rendah, tetapi juga ada pada banyak kebudayaan yang berasal dari berbagai tingkat perkembangan.

2 Setiap masyarakat yang mempunyai identitas tertentu karena digolongkan dalam suatu kedudukan menurut istilah kekerabatan yang berlaku diharapkan untuk menunjukkan kelakuan atau tindakantindakan tertentu sesuai dengan identitasnya. Tidak selamanya seseorang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dianggap orang luar dari suatu kelompok, sebab ada juga orang asing yang menjadi warga atau bagian dari suatu kelompok kekerabatan tersebut. Hal ini terjadi karena proses pengadopsian yang mengakui bahwa orang asing tersebut telah sah dianggap sebagai warga kelompok kekerabatan bersangkutan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahn tersebut maka dapat disimpulkan rumusan masalah nya yaitu : 1. Pengertian Sistem Kekerabatan 2. Pengertian Sistem Keturunan C. Tujuan Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. Selain itu, penulisan ini juga dilakukan untuk memperoleh data informasi mengenai sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat. D. Mamfaat Penulisan Manfaat dalam penulisan makalah ini untuk memberi dan memperoleh informasi pada mahasiswa mengenai sistem kekerabatan.

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Kekerabatan Dalam hal mengartikan kekerabatan para ahli banyak mengalami dilema konseptual yang berulang kali muncul dalam antropologi. Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Dalam usaha menemukan suatu istilah dari tradisi budaya dan bahasa kita, yang cukup luwes sehingga cocok dengan rentangan keragaman budaya, namun tetap mempertahankan makna pokoknya. Kekerabatan bagi kita secara intuisi menunjuk pada hubungan darah sehingga masyarakat kita beranggapan bahwa kekerabatan adalah mereka yang bertalian berdasarkan ikatan darah dengan mereka. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Struktur-struktur kekerabatan mencakup kekeluargaan dan bentuk kelompok yang merupakan perluasan keluarga seperti suku atau klen. Ikatan diantara orang yang bukan kerabat melahirkan banyak macam bentuk pengelompokan mulai dari persaudaraan sedarah sampai persahabatan semacam perkumpulan. Umur dan ikatan yang terbentuk karena keinginan sendiri termasuk kedalam kategori bukan kerabat. Kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara manusia yang memiliki asal usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis sosial maupun budaya. Dalam antropologi sistem kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan (melalui hubungan darah atau dengan melalui hubungan status perkawinan). Pengertian bahwa seseorang dinyatakan sebagai

4 kerabat bila ia memiliki pertalian atau ikatan darah dengan seseorang lainnya, contoh kongkrit dari hubungan darah ialah kakak-adik sekandung. Manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai hubungan dekat ketimbang keturunan (juga disebut konsunguitas), meskipun kedua hal itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan diantara orang yang satu moyang. Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokkan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran katagori dan silsilah, hubungan kekeluargaan dapat dihadirkan secara nyata(ibu saudara kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan sebuah hubungan dapat memiliki syarat relatif (misalnya: ayah adalah seorang yang memilki anak). Seperti dalam kasus masyarakat nuer, masyarakat penggembala dari Sudan yang menjadi terkenal di dalam antropologi berkat tulisan E.E. Evans Pritchard. Dari macam dua perkawinan yang tidak lazim tetapi sangat legitim di kalangan suku Nuer, seorang wanita nuer yang suaminya telah meninggal tetap terikat pada kontrak hukum melalui mana hak atas anak yang di lahirkannya di alihkan kepada kelompok suaminya. Bila suami meninggal, kontrak akan di teruskan dengan cara mengawinkan sang janda dengan saudara lelaki almahum suaminya atau anggota kelompok suami yang lain. Tetapi anak anak yang dilahirkan oleh si wanita dari perkawinannya dengan suami kedua secara sosial ditetapkan sebagai keturunan dari almarhum suami pertamanya. Para warga kepulauan Trobriand dan beberapa masyarakat aborigin Australia dengan tegas menolak pendapat bahwa persenggamaan antara ayah dan ibu adalah penyebab kehamilan, karenanya mereka tidak mengakui adanya pertalian biologis antara ayah dan anak. Menurut kepercayaan orang trobriand, karena roh baloma dari leluhur subklen memasuki vagina si ibu, sehingga bagi masyarakat trobriand menganggap peran ayah dalam proses kehamilan sebagai suatu hal yang sudah dengan sendirinya. Pada kasus aborigin Australia, ketidak mengertian proses fisiologis dari reproduksi mungkin masih bisa di pahami. Dalam kedua kasus tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan seksual dengan seorang pria memang merupakan syarat

5 yang di perlukan bagi kehamilan, tetapi animasi dari potensi si calon bayi yang dibentuk oleh sintesa dari sperma dan cairan wanita merupakan sesuatu yang bersifat spiritual, bukan sesuatu yang bersifat fisik (scheffler 1973) Dari berbagai keragaman tersebut memperluas ruang lingkup permasalahan dengan mengatakan bahwa, Kekerabatan adalah hubungan yang berdasarkan pada hubungan antara seorang ayah dan anak serta seorang ibu dan anak. Kita menganggap hubungan kekerabatan yang di dasarkan pada darah sebagai suatu hal yang alamiah dan abadi, dalam hal ini menyebabkan timbulnya kewajiban solidaritas (apa yang di sebut Fortes sebagai aksioma persahabatan ). Hubungan ini berbeda dengan hubungan karena ikutan perkawinan yaitu ketergantungan dan hubungan atas dasar hukum yang timbul karena adanya ikatan perkawinan. Schneider (1972) berpendapat bahwa sistem simbolik ini hanya berkaitan dengan seks dan reproduksi, dan bahwa masyarakat lain bisa mempunyai konseptualisasi yang sangat berbeda mengenai lingkup kekerabatan dari hubungan yang sama, yang berkaitan secara tidak langsung dengan hubungan yang di anggap sebagai hubungan orang tua biologis. B. Sistem Keturunan Keturunan adalah suatu proses melewati waktu. Para keturunan dari leluhur berkembang biak, garis garis keturunan bercabang. Sistem keturunan adalah sarana guna menegaskan keseimbangan masa silam, guna menjelaskan hubungan di antara orang orang yang masih hidup berdasarkan hubungan mereka dengan para leluhur yang telah meninggal. Di New Gunea atau di kalangan masyarakat tribal Afrika, berbagai sistem ini mengikat manusia dengan wilayah mereka, berdasarkan tradisi asal usul nenek moyang dahulu; di daerah daerah gersang di Afrika Utara, Timur, dan Asia tengah, sistem ini mengikat para penggembala yang tersebar ke berbagai wilayah luas, satu sama lain dan memunggkinkan mereka untuk meyebar dan mengelompokkan kembali, memungkinkan kelompok kelompok besar menghablur dan pecah lagi.

6 Garis keturunan adalah suatu kelompok seketurunan yang terdiri dari orang orang yang secara patrilineal atau matrilineal adalah keturunan dari leluhur yang sama, melalui serentetan hubungan yang bisa mereka lacak. Bila keturunan berdasarkan garis keturunan lelaki (keturunan patrilineal), bilamana keturunan berdasarkan garis keturunan wanita (keturunan matrilineal) Kategori keturunan yang lebih besar, tapi apabila sekelompok orang berasal dari leluhur yang sama tetapi tidak mengetahui pertalian yang sesungguhnya, dinamakan Klen. 1. Sistem Keturunan Patrilineal Patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah. Kata ini seringkali disamakan dengan patriarkat atau patriarki, meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Patrilineal berasal dari dua kata bahasa Latin, yaitu pateryang berarti ayah, dan linea yang berarti garis. Jadi, patrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ayah. Sementara itu, patriarkat berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu pater yang berarti "ayah", dan archein yang berarti memerintah. Jadi, patriarki berarti kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki. Penganut patrilineal, antara lain: - Bangsa Arab - Suku Rejang - Suku Batak Lawan dari patrilineal adalah matrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ibu. Penganut adat matrilineal di Indonesia sebagai contoh adalah suku Minangkabau. Adat patrilineal lebih umum digunakan kelompok masyarakat dunia dibandingkan matrilineal yang lebih jarang penggunaannya. 2. Sistem Keturunan Matrilineal Sistem Kekerabatan Matrilineal yaitu Sistem kekerabatan berdasarkan Garis Keturunan Ibu. Setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga minangkabau akan menjadi kerabat keluarga

7 ibunya, bukan kerabat ayahnya yang biasa terjadi di suku-suku lain di Indonesia. Berbagai kelompok keturunan matrilineal secara khas di jumpai di dalam masyarakat : 1. Terutama bersifat agraris; 2. Mempunyai tingkat produktivitas cukup tinggi yang memungkinkan pemukiman penduduk yang menetap dalam jumlah yang besar. 3. Mempunyai pembagian kerja di mana kaum wanita melaksanakan kebanyakan dari tugas produktif yang penting dan / atau kontrol menentukan terhadap apa yang diproduksi. Adapun ciri-ciri dari sistem Matrilineal yaitu sebagai berikut; 1. Keturunan dihitung menurut garis ibu. 2. Suku terbentuk menurut garis ibu 3. Tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar sukunya atau eksogami karena di Minangkabau dilarang kawin sesuku. 4. Pembalasan dendam merupakan satu kewajiban bagi seluruh suku 6. Perkawinan bersifat matrilokal, yaitu suami mengunjungi dan tinggal dirumah istrinya. 7. Hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya dan dari saudara laki-laki ibu kepada anak dari saudara perempuan. Beberapa Suku di dunia yang menggunakan sistem Matrilineal ini, antara lain : - Suku Minangkabau di Sumatera Barat, Indonesia - Suku Indian di Apache Barat - Suku Navajo, sebagian besar suku Pueblo, suku Crow, di Amerika Serikat - Suku Khasi di Meghalaya, India Timur Laut - Suku Nakhi di Provinsi Sichuan dan Yunnan, Tiongkok - Beberapa suku kecil di kepulauan Asia Pasifik Dari beberapa suku tersebut diatas, Suku Minangkabau merupakan Suku terbesar penganut sistem kekerabatan yang menurut garis keturunan ibu ini. Matrilineal merupakan salah satu aspek dalam menentukan dan mendefinisikan identitas masyarakat

8. Kaum perempuan di memiliki kedudukan yang istimewa. Adat dan budayanya menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Dalam sistem keturunan matrilineal ini, ayah bukanlah anggota dari garis keturunan anak-anaknya. Dia dipandang tamu dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga. Secara tradisi, setidak-tidaknya, tanggung jawabnya sebagai wali dari garisketurunannya dan pelindung atas harta benda garis keturunan itu sekalipun dia harus menahan dirinya dari menikmati hasil tanah dan harta pusaka kaumnya istrinya. Salah satu implementasi dari sistem Matrilineal ini adalah penggunaan nama suku dibelakang nama asli. Hal ini dilakukan biasanya oleh mahasiswa perguruan tinggi kedinasan sebagai pola pengenalan budaya dan juga sebagai rasa menghargai dan kebanggaan terhadap budaya daerah sendiri. Jadi jangan heran ketika ada mahasiswa perguruan tinggi kedinasan khususnya yang di name tag atau papan namanya ditambahkan nama-nama yang agak sedikit asing bagi masyarakat seperti Tanjuang, Mandailiang, Koto, Chaniago, Sikumbang, Guci, Piliang, Kampay dan lain sebagainya, Karena itu merupakan bentuk penghargaan dan kebanggaan terhadap budaya daerah sendiri. BAB III PENUTUP

9 A. Kesimpulan Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Struktur-struktur kekerabatan mencakup kekeluargaan dan bentuk kelompok yang merupakan perluasan keluarga seperti suku atau klen. Garis keturunan adalah suatu kelompok seketurunan yang terdiri dari orang orang yang secara patrilineal atau matrilineal adalah keturunan dari leluhur yang sama, melalui serentetan hubungan yang bisa mereka lacak. Bila keturunan berdasarkan garis keturunan lelaki (keturunan patrilineal), bilamana keturunan berdasarkan garis keturunan wanita (keturunan matrilineal)

10 DAFTAR PUSTAKA Keesing, M. Roger.1981. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Edisi Kedua. Alih Bahasa : Drs. Samuel Gunawan, MA. Jakarta : Erlangga Ihromi.T.O. 2006. Pokok pokok Antropologi Budaya. Edisi Dua Belas. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta http://dedimulyana96.blogspot.com/2015/03/makalah-sistemkekerabatan.html http://ermaayu69.blogspot.com/2012/06/makalah-antropologi-sistemkekerabatan.html