PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No.269/MENKES/PER/III/2008

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

5. HAKEKAT PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG RM dan PERTAURAN TERKAIT LAINNYA LILY WIDJAYA,SKM.,MM D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pokok bahasan. Kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENATAAN REKAM MEDIS. LILY WIDJAJA, Amd.PK., SKM., MM.

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan pelayanan yang maksimal,

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemeriksaan dan tindakan yang diberikan kepada pasien.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 749a MENKES/PER/XII/1989 TENTANG REKAM MEDIS/MEDICAL RECORDS

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWANG NOMOR : TENTANG PENGELOLAAN REKAM MEDIS KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN. Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M. Kes

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78 / Yanmed / RS Umdik / YMU / I / 91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

UUD 1945 Ps: 28 H ayat 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN REKAM MEDIK PUSKESMAS KARANGLEWAS. No Dokumen :PD/C.VII/UKP/ /IV/2016 Tanggal Terbi:4 April No Revisi : -

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

7. Peraturan Pemerintah...

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

RENCANA KEBUTUHAN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN TERKAIT UU NAKES. Oleh : Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi profesional baik di bidang teknik medis maupun. dilaksanakan surat persetujuan tindakan kedokteran.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan

Aspek Hukum Hubungan Profesional Tenaga Kesehatan -Pasien. Drg. Suryono, SH, Ph.D

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. (Permenkes No.56 th 2014)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Formulir RL 2 DATA KETENAGAAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BUPATI BATANG PEMERINTAH KABUPATEN BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

HUKUM DAN KODE ETIK. Lilywi 1. Tanggung jawab Profesional Perekam Medis dan IK KERAHASIAAN ISI REKAM MEDIS KERAHASIAAN ISI REKAM MEDIS

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Konsil Kedokteran Indonesia ROADMAP. Menuju. Dashboard Informasi Kedokteran-Kesehatan Indonesia. Daryo Soemitro dr., Sp.BS Ketua Divisi Registrasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN RI. Jabatan Fungsional. Rumpun Kesehatan.

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN ASISTEN TENAGA KESEHATAN

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No.269/MENKES/PER/III/2008 12 Maret 2008 TENTANG REKAM MEDIS

DASAR HUKUM Menimbang: Pasal 47 UU no.29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Mengingat: UU no.23 th 1992 tentang kesehatan UU no.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran UU no.32 th.2004 tentang Pemerintah Daerah PP no.10 th. 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran PP no.32 th.1996 tentang Tenaga Kesehatan PP no.38 th.2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Pemerintah, Pemda Propinsi dan Pemda Kabupaten/ Kota Permenkes no. 920/Menkes/PER/ II/ 1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang medik Permenkes no. 159b./Menkes/PER/XII/2005 tentang RS Permenkes no.1575/ Menkes/PER/XII/ 2005 tentang Organisasi dan Tata kerja Depkes Lilywi 2

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No.269/MENKES/PER/III/2008 12 Maret 2008 BAB I Pasal 1 : KETENTUAN UMUM BAB II Pasal 2-4 : JENIS & ISI RM BAB III Pasal 5-7 : TATA CARA PENYELENGGARAAN BAB IV Pasal 8-11 : PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DNA KERAHASIAAN BAB V Pasal 12-14: KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB BAB VI Pasal 15 : PENGORGANISASIAN BAB VII Pasal 21 : PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BAB VIII Pasal 18 :KETENTUAN PERALIHAN BAB IX Pasal 19-20: KETENTUAN PENUTUP Lilywi 3

BAB I Pasal 1 : KETENTUAN UMUM a. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindak dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan b. Dokter dan dokter gigi c. Sarana pelayanan kesehatan d. Tenaga kesehatan tertentu e. Pasien f. Catatan g. Dokumen h. Organisasi Profesi Lilywi 4

BAB II Pasal 2-4 : JENIS DAN ISI REKAM MEDIS Pasal 2: (1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik (2)Penyelenggaraan RM dg.menggunakan teknologi informasi elektronik ditaur lebiih lanjut dengan peraturan tersendiri Pasal 3.: (1) Isi RM R.jalan (2) Isi RM pasien r.inap dan perawatan satu hari (3) Isi RM untuk pasien gawat darurat (4) Isi RM pasien dalam keadaan bencana (isi (3) + Lilywi 5

(1) ISI REKAM MEDIS RAWAT JALAN Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan untuk sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat: a. identitas pasien; b. Tanggal dan waktu; c. Hasil anamnese mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; d. Hasil pemeriksaan fisik e. Diagnosis; f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan atau tindakan; h. Pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien; i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klini; dan j. Persetujuan tindakan bila diperlukan Lilywi 6

(2) ISI REKAM MEDIS RAWAT INAP DAN PERAWATAN SATU HARI sekurang-kurangnya memuat: a. identitas pasien; b. Tanggal dan waktu; c. Hasil anamnese mencakup se<< keluhan & riwayat penyakit; d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis; e. Diagnosis; f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan atau tindakan; h. Persetujuan tindakan bila diperlukan; i. Catatan observasi klinis dan pengobatan; j. Ringkasan pulang (discharge summary); k. nama dan tanda tangan dokter dan dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan; l. Pelayanan lain yg.dilakukan o.tenaga kesehatan tertentu; m. U.pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik. Lilywi 7

(3) ISI REKAM MEDIS PASIEN GAWAT DARURAT sekurang-kurangnya memuat: a. identitas pasien; b. kondisi saat pasien tiba di saryankes c. Identitas pengantar pasien d. Tanggal dan waktu; e. Hasil anamnese mencakup se<<<keluhan & riwayat penyakit; f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; g. Diagnosis; h. Pengobatan dan atau tindakan; i. Ringkasan kondisi pasien seb.meninggalkan yan UGD dan rencana tindak lanjut j. nama dan tanda tangan dokter dan dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan k. Sarana tramsportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke saryankes lain; dan l. Pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien; Lilywi 8

(4) ISI REKAM MEDIS PASIEN DALAM KEADAAN BENCANA Sekurang-kurangnya berisi: Isi RM UGD + a. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan; b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal;dan c. Identitas yang menemukan pasien Lilywi 9

ISI REKAM MEDIS LAIN (5) Isi RM pelayanan dokter dan dokter gigi spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan (6) Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan massal dicatat dalam rekam medis sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3= UGD) dan disimpan pada saryankes yang merawatnya. Lilywi 10

Pasal 4: BAB II Pasal 2-4 : JENIS DAN ISI REKAM MEDIS (1) Ringkasan pulang harus dibuat oleh dokter dan dokter gigi yang melakukan perawatan pasien (2) Isi Ringkasan Pulang sekurang-kurangnya berisi: a. identitas pasien b. D/ masuk dan indikasi pasien dirawat c. ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, D.akhir, pengobatan dan tindak lanjut d. nama dan tandatangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan. Lilywi 11

BAB III Pasal 5-7 : TATA CARA PENYELENGGARAAN Pasal 5 (1) Setiap dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. (2) Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan. (3) Pembuatan RM dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (4) Setiap pencatatan kedalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter dan dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan Lilywi 12

BAB III Pasal 5-7 : TATA CARA PENYELENGGARAAN (5) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan dapat dilakukan pembetulan (6) Pembetulan (5) hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf oleh dokter dan dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan Pasal 6:Dokter dan dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/ dokumen yang dibuat pada rekam medis. Pasal 7: Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis Lilywi 13

BAB IV Pasal 8-11 : PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DNA KERAHASIAAN Pasal 8; (1) RM pasien R.inap di RS wajib disimpan sekurang kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan. (2) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik (3) ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan untuk jangka waktu 10 tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut. (4) penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan Lilywi 14

BAB IV Pasal 8-11 : PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DNA KERAHASIAAN Pasal 9: (1) Rekam medis pada saryankes non RS disimpan sekurang-kurangnya 2 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat (2) Setelah batas waktu (1) dilampaui, RM dapat dimusnahkan Lilywi 15

BAB IV Pasal 8-11 : PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DNA KERAHASIAAN Pasal 10 (1) Informasi tentang identitas pasien, diagnosis, riwayat penyakit; riwayat pemeriksaan dan pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaanya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan saryankes. Lilywi 16

BAB IV Pasal 8-11 : PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DNA KERAHASIAAN Pasal 10 (2) Informasi tentang identitas pasien, diagnosis, riwayat penyakit; riwayat pemeriksaan dan pengobatan dapat dibuka dalam hal: a. Untuk kepentingan kesehatan pasien b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangkapenegakan hukum atas perintah pengadilan c. Permintaan dan / atau persetujuan pasien sendiri; d. Permintaan institusi/ lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien (3) Permintaan RM untuk tujuan (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan saryankes. Lilywi 17

BAB IV Pasal 8-11 : PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DNA KERAHASIAAN Pasal 11 (1) Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien.atau berdasarkan peraturan perundang-undangan (2) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat mejelaskan kan isi rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan. Lilywi 18

BAB V Pasal 12-14: KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 12 (1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan (2) Isi rekam medis milik pasien (3) Isi rm (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis (4) Ringkasan rm (3)dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien dan keluarga pasien yang berhak untuk itu Lilywi 19

BAB V Pasal 12-14: KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 13 Pemanfaatan Rekam medis dapat dipakai sebagai: a. pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien b alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigidan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi c. keperluan penelitian dan pendidikan d. dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan e dasar statistik kesehatan Pasal 14 Pimpinan saryankes bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/ atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis Lilywi 20

BAB VI Pasal 15 PENGORGANISASIAN Pasal 15:Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja sarana pelayanan kesehatan Pasal 16 BAB VII Pasal 16-17 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan abupaten/ Kota dan organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (2) Pembinaan dan pengawasan (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Lilywi 21

BAB VII Pasal 16-17 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 17 (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ Kota dapat mengambil tindakan administratif sesuai kewenangan masing-masing (2) Tindakan administratif (1) dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin BAB VIII Pasal 18:KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 Dokter, dokter gigi dan saryankes harus menyesuaikan dengan ketentuansebagaimana diatur dalam peraturan ini paling lambat 1(satu) tahun, sejak tanggal ditetapkan Lilywi 22

BAB IX Pasal 19-20 KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Pada saat permen ini berlaku, PERMENKES 749a/ Menkes/Per.XII/1989 tentang RM dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 20 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatanya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : Jakarta, tanggal : 12 Maret 2008 MENKES RI : dr.siti Fadilah Supari, Sp.JP.(K) Lilywi 23

PERMENKES NO.36 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN Isi: BAB I-V Pasal 1-15 Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 10 Agustus 2012 Diundangkan 12 September 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AMIR SAMSUDIN Lilywi 24

PERMENKES NO.36 TH.2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN Pasal Pengertian. al. Rahasia Kedokteran adalah data dan informasi tentang kesehatanseseorang yang diperoleh tenaga kesehatan pada waktu menjalankan pekerjaann dan profesinya. Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaan dalam lapangan kedokteran. Pasal 2 TUJUAN Tujuan: u.memberi kepastian hukum dalam perlindungan, penjagaan dan penyimpanan rahasia kedokteran Lilywi 25

PERMENKES NO.36 TH.2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN Pasal 3: RUANG LINGKUP RAHASIA KEDOKTERAN 1. Rahasia kedokteran mencakup data dan informasi mengenai: a. Identitas pasien b. Kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis, pem.fisik, pem.penunjang, penegakkan diagnosis, pengobatan dan/atau tindakan kedokteran;dan 2. Data dan informasi dapat bersumber dari: pasien, keluarga pasien, pengantar pasien, surat keterangan konsultasi atau rujukan, atau sumber lainnya. Lilywi 26

PERMENKES NO.36 TH.2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN BAB III; KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN Pasal 4 (1) Semua pihak yg terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/ atau menggunakan data dan informasi tentang pasien wajib menyimpan rahasia kedokteran (2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien b. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan c. Tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatn d. Tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan; e. Badan hukum/korporasi dan/atau fasyankes; dan f. Mahasiswa/ siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, perawatan dan atau manajemen informasi di fasyankes (3)Ke wajiban menyimpan rahasia kedokteran berlaku selamanya, walaupun pasien telah meninggal Lilywi 27

PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN Pasal 5. (1). u. kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dl rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) terbatas sesuai kebutuhan Lilywi 28

PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN Pasal 6. (1) Pembukaan rahasia u. kepentingan pasien: a. Kepentingan pemeliharaan kesh, pengobatan, penyembuhan dan perawatan p b. keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan pembiayaan kesh. (2) Dilakukan dg persetujuan p (3) Baik secara tertulis maupun sistem informasi elektronik (4) Persetujuan telah diberikan pada saat pendaftaran pasien di fasyankes (5) Bila p tdk cakap u memberi persetujuan, dapat diberikan oleh keluarga terdekata atau pengampunya Lilywi 29

Pasal 7. PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN (1) Pembukaan rahasia u. kepentingan u. memenuhi permintaan aparatur dalam rangka penegak hukum ( psl5) dapat dilakukanpada proses penyelidikan, penyidikan penuntutan dan sidang pengadilan. (2) (ayat 1) dapat melalui pemberian data dan informasi berupa visum et repertum, keterangan ahli,, keterangan saksi, dan/ atau ringkasan medis. (3) (ayat 1) Harus dilakukan secara tertulis dari pihak yg berweang (4) Dilakukan atas dasar perintah pengadilan atau dalam sidang pengadilan, maka Rekam Medis seluruhnya dapat diberikan. Lilywi 30

Pasal 8 PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN (1) Pembukaan rahasia atas dasar permintaan pasien sendiri (pasal 5) dapat dilakukan dengan pemberian data dan informasi tentang pasien baik secara lisan maupun tertulis. (2) Keluarga tersekat pasien dapat memperoleh data dan informasi kesehatan pasien, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh pasien. (3) Pernyataan pasien diberikan waktu penerimaan pasien Lilywi 31

Pasal 9 PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN (1) Pembukaan rahasia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan (passal5) dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum. (2) atas permintaan tertulis Majelis Kehormatan Etik Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (3) Dilakukan tanpa membuka identitas pasien (4) Kepentingan umum meliputi: a. Audit medis b. Ancaman KLB/ wabah penyakit menular c. Penelitian kesh u.kepentingan negara d. Pendidikan atau penggunaan informasiyg akan digunaka dimasa yad e. Ancaman keselamatan orang lain sec.individual atau masy. (5) (4 b dan e) identitas pasien dapat dibuka kpd institusi ata pihak yg berwenang u. melakukan tindak lanjut sesuai peraturan perundang-undangan. Lilywi 32

Pasal 10 PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN (1) Pembukaan atau pengungkapkan rahasia kedokteran dilakukan oleh penanggungjawabpelay.pasien (2) Dalam hal pasien ditangani/ dirawat oleh tim, maka ketua tim yg berwenang membuka rahasi kedokteran (3) Dalam hal ketua tim(2) berhalagan maka pembukaan rahasia kedokteran dapat dilakukan leh salah satu anggota tim yang ditunjuk (4) Dalam hal penanggung jawab yan pasien tidak ada maka pimpinan fasyankes dapat membuka rahasia kedokteran Lilywi 33

Pasal 11 PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN (1) Penanggun jawab yan pasien atau pimpinan fasyankes dapat menolak membuka rahasia kedokteran apabila permintaan tsb. Bertentangan dengan ketantuan peraturan perundang-undangan Pasal 12 Pembukaan rahasia kedokteran harus didasarkan pada data dan informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Lilywi 34

Pasal 13 PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN (1) Pasien atau keluarga terdekat pasien yang telah meninggal dunia yang menuntut tenaga kesehatan dan/ atau fasyankes serta menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum. (2) Penginformasian melalui media massa (1) memberikan kewenangan kepada tenaga kesh dan/ atau fasyankes untuk membuka atau mengungkap rahasia kedokteran yg bersangkutan sebagai hak jawab Pasal 14 Lilywi 35

PERMENKES NO.36 TH.2013 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN Pasal 15 Lilywi 36

PERATURAN PEMERINTAH NO: 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN Isi: BAB I s/d XI PASAL 1 s/d 37 Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 22 Mei 1996 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Lilywi 37

PERATURAN PEMERINTAH NO: 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN BAB I Pasal 1 : Ketentuan Umum 1. Tenaga Kesehatan: setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatn. 2. Saran Kesehatan ialah tempay yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan 3. Upaya kesehatan adalah setiap upaya kegiatan untuk memelihara san meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintan dan/ atau oleh masyarakat. Lilywi 38

PERATURAN PEMERINTAH NO: 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN BAB II Pasal 2: Jenis Tenaga Kesehatan 1. Tenaga Kesehatan terdiri dari: a. Tenaga medis b. Tenaga Keperawatan c. Tenaga Kefarmasian d. Tenaga Kesehatan Masyarakat e. Tenaga Gizi f. Tenaga Keterapian Fisik g. Tenaga Keteknisan Medis Lilywi 39

PERATURAN PEMERINTAH NO: 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN a. Tenaga medis: dokter, dokter gigi b. Tenaga Keperawatan: perawat dan bidan c. Tenaga Kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker d. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi epidemiologi kesh, entomologi kesh, mikrobiologi kesh., penyuluh kesh., administrator kesh., dan sanitarian. Lilywi 40

PERATURAN PEMERINTAH NO: 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN e. Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien f. Tenaga Keterapian Fisik: fisio terapis, terapis wicara, okupasi terapis g. Tenaga Keteknisan Medis meliputi: radiografer, radioterapis, teknisi gizi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otetik protestik, teknisi transfusi, perekam medis Lilywi 41

UU No 29/2004 Praktik Kedokteran Pasal 46 Setiap dr/drg dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis RM harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan Setiap catatan harus dibubuhi nama, waktu dan tandatangan petugas pemberi layanan Lilywi 42

UU No 29/2004 Praktik Kedokteran Pasal 47 Dokumen RM milik dokter/dokter gigi/ sarana kesehatan, sedangkan isi RM milik pasien RM harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dr/drg dan pimpinan sarana kesehatan Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Permenkes Pasal 79 (a) Pidana 1 tahun atau denda Rp 50 juta bila sengaja tidak membuat RM sesuai ps 46 (1) Lilywi 43