BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. banyak pihak yang meyakini bahwa usaha kecil menengah (UKM) mampu untuk

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO. A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan.menjaga keserasian dan keseimbangan aspek jasmaniah dan rohaniah,

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

الز كاة. وحج البيت. وصىم رمضان. 1

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari yang sering kita sebut dengan muamalah. Muamalat secara bahasa

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. itulah kenyataan hidup di sepanjang sejarah dunia. Jika diperhatikan, kemiskinan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB V PEMBAHASAN. kepada para mustahik. Dalam proses penghimpunan, pengumpulan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KUALITAS SDM BAZNAS MENUJU PROFFESIONALISME PENGELOLAAN ZAKAT

BAB II LANDASAN TEORI. berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. 1 Dipahami demikian. harta pribadi untuk kaum yang memerlukan.

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN LAPORAN PENELITIAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan namanya harta. Harta merupakan titipan dari Allah kepada

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Islam berguna untuk membangun keadilan sosial dan ekonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang, seperti Indonesia. Jumlah penduduk miskin pada bulan

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang lima, keberadaan zakat disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian usaha yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk mengubah kepada suatu keadaan yang lebih baik. Pembangunan merupakan bagian penting dalam Islam guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu cara agar taraf hidup meningkat adalah dengan pemerataan kekayaan melalui pembayaran zakat. Seperti dalam Q.S al-baqarah/2: 277 yang berbunyi: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 1 Zakat is the most cardinal and vital system in an Islamic order. Its nature, structure and function can be better envisaged in the total perspective of 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemah (Jakarta: Yayasan Penyelenggara/Penterjemah Al-Quran, 1971), hlm 47 1

2 Islamic system of life. Hence it becomes imperative to elucidate the basic tenets of Islam and to highlight Zakat as basic institution of social order. 2 Zakat merupakan pungutan wajib atas individu yang memiliki harta wajib zakat yang melebihi nis}ab (suatu takaran yang telah mencapai guna wajib zakat), dan didistribusikan kepada delapan golongan penerima zakat (mustahik), yaitu: fakir, miskin, fi sabilillah, ibnussabil, amil, gharimin, hamba sahaya, dan muallaf. Harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, serta suci dan baik. 3 Manfaat individu dari zakat adalah ia akan membersihkan dan menyucikan bagi mereka yang membayar zakat, zakat akan membersihkan hati manusia dari sifat kekikiran dan cinta harta yang berlebihan dan zakat akan menyucikan atau menumbuhkan sifat-sifat kebaikan dalam hati manusia. Sementara itu, manfaat kolektif dari zakat adalah zakat akan terus mengingatkan orang yang memiliki kecukupan harta bahwa ada hak orang lain dalam hartanya. Sifat kebaikan ini yang kemudian mengantarkan zakat memainkan peranan sebagai instrumen yang memberikan manfaat kolektif (jama i). Dengan kelembutan dan kebaikan hati, manusia akan memberikan zakat memaksa manusia yang memiliki kecukupan harta berinteraksi dengan manusia lain yang kekurangan. 4 2 Muhammad Abdullah Abdul Quddus Suhaib (The Impact of Zakat on Social life of Muslim Societ), hlm. 85 3 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 9 4 Ibid, hlm. 10

3 Selain zakat dalam Islam juga terdapat instrumen lain yang berperan dalam meningkatkan ekonomi umat seperti infaq dan shadaqah yang mana kedua instrumen ini tidak memiliki sifat wajib seperti zakat. Infak dan sedekah yaitu harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umat. 5 Ditinjau dalam segi ekonomi Islam pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan melalui banyak sarana dan program, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Usaha ini dapat berupa transfer of payment dari pemerintah, misalnya program pangan, kesehatan, pemukiman, pendidikan, keluarga berencana, maupun usaha yang bersifat produktif, misalnya melalui pinjaman dalam bentuk kredit mikro. Pinjaman usaha mikro dapat digunakan membantu UMK dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan dan karakteristik UMK dilihat dari aspek pendapatan lebih mendekati kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor) dan masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka yang memiliki penghasilan tidak banyak. Kelompok masyarakat ini cenderung tetap berpenghasilan rendah bahkan menjadi miskin jika kesulitan yang mereka hadapi dalam melakukan aktivitas usaha tetap dibiarkan tanpa ada usaha-usaha perbaikan. Secara potensi, kaitan antara pemberdayaan kredit mikro dengan upaya mengurangi kemiskinan merupakan pintu masuk yang relatif mudah bagi orang yang akan menjadi pengusaha pemula. Jika pengusaha pemula ini tumbuh dan 5 Suyitno, Junaidi Heri, dan M. Abdushomad Adib, GJA, Anatomi Fiqih Zakat (Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 8

4 berkembang akan mengurangi kemiskinan karena meningkatnya pengusaha mikro. 6 Dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi syariah saat ini semakin meningkat pula perkembangan lembaga-lembaga keuangan mikro berbasis syariah seperti BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), Bank pengkreditan Syariah (BPRS) dan Baitul Mal wa at-tamwil (BMT) sebagai bagian dalam rangka pengembangan bisnis syariah, terutama dalam menjangkau pembiayaan usaha menengah, kecil, dan mikro yang merupakan segmentasi terbesar dalam tata perekonomian masyarakat Indonesia. Di Banjarmasin sendiri sudah banyak lembaga-lembaga yang menggalakan program guna meningkatkan perekonomian masyarakat dalam bentuk pinjaman dana untuk usaha mikro salah satunya adalah BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) kota Banjarmasin yang telah kita kenal peranan aktifnya dalam meningkatkan ekonomi umat dari bentuk bantuan dana usaha mikro nya, BAZNAS kota Banjarmasin adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infak, sedekah dan wakaf. Dengan adanya program pendanaaan usaha mikro yang digalakkan oleh BAZNAS kota Banjarmasin guna mengembangan potensi sumber daya manusia dalam meningkatkan perekonomian masyarakat adalah sosialisasi tentang Usaha Mikro Kecil (UMK) yang mudah dikembangkan masyarakat kota Banjarmasin. Apalagi mengingat di Banjarmasin menjadi daerah yang 2009), hlm 52 6 Euis Amalia, Keadilan Distribusi dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Grafondo Persada,

5 mempunyai penduduk miskin terbanyak dibandingkan daerah lain dengan angka kemiskinan di tahun 2014 mencapai 27.889 orang dari 270.544. 7 BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Banjarmasin memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada muzzaki untuk menunaikan zakat, infak, dan sedekah, dan juga memberikan pelayanan kepada mustahik dalam pendistribusiannya berupa pemberian konsumtif dan produktif. Dalam memberikan pelayanan kepada mustahik berupa pendistribusian yang bersifat produktif diantaranya seperti bantuan bagi siswa miskin, dan memberikan modal usaha kepada usaha mikro kecil atau mustahik yang tidak memiliki modal usaha. Pemberian bantuan produktif yang disalurkan untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini dengan memberikan modal usaha kepada pedagang atau pengusaha kecil, berupa bantuan dana dengan sistem dana bergulir. Sistem dana bergulir adalah dana yang diberikan oleh pihak BAZNAS kepada para anggota yang berasal dari dana Infak dan sedekah yang terkumpul. Dengan adanya sistem ini, BAZNAS Kota Banjarmasin memiliki peran dalam pemberdayaan ekonomi khususnya pada sektor usaha mikro kecil sehingga mereka dapat mengembangkan usaha. Mengingat usaha mikro kecil (UMK) pada umumnya berada dalam kondisi yang termasuk dalam kategori miskin dan berpengetahuan rendah, di samping itu UMK adalah salah satu pelaku ekonomi yang dominan dalam dunia usaha, yang memiliki potensi dan peranan yang sangat penting. Oleh karena itu pemberdayaan pada sektor UKM ini 7 BPS Kota Banjarmasin

6 diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan umat. Sebelumnya peneliti melakukan observasi di BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) kota Banjarmasin. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terlihat bahwa BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Banjarmasin memiliki peranan terhadap peningkatan usaha mikro masyarakat di kota Banjarmasin dengan pinjaman modal bergulir UMK. Dengan adanya peranan BAZNAS Kota Banjarmasin diharapkan dapat menjadi promotor penggerak usaha mikro masyarakat Banjarmasin dalam meningkatkan perekonomian dan menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Berawal dari permasalahan yang diuraikan di atas, peneliti tertarik dalam mengkaji lebih dalam bentuk penelitian, terutama gambaran tentang program BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Banjarmasin untuk mensejahterakan masyarakat dalam skripsi yang berjudul PERANAN BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) KOTA BANJARMASIN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN USAHA MIKRO DI BANJARMASIN. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peranan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) kota Banjarmasin dalam meningkatkan kesejahteraan usaha mikro di Banjarmasin?

7 2. Bagaimana perkembangan usaha mikro masyarakat Banjarmasin yang menerima bantuan mikro BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) kota Banjarmasin? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi BAZNAS kota Banjarmasin dalam meningkatkan kesejahtraan perekonomian masyarakat kota Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui perkembangan usaha mikro masyarakat yang telah menerima bantuan dana dari pihak BAZNAS kota Banjarmasin. D. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai : 1. Secara teori penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pendistribusian zakat, infak dan sedekah yang mana dananya dialokasikan kepada bidang usaha mikro kecil menengah. 2. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan bagi penulis dan pihak BAZNAS kota Banjarmasin. Bagaimana peranan BAZNAS kota Banjarmasin dalam meningkatkan kesejahteraan usaha mikro di Banjarmasin.

8 3. Sebagai informasi bagi mereka yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang masalah ini dari sudut pandang yang berbeda. 4. Dapat dijadikan khazanah perpustakaan bagi IAIN Antasari Banjarmasin. E. Definisi Operasional 1. BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Banjarmasin adalah salah satu lembaga yang berperan dalam pengelolaan, perencanaan, dan pendistribusian dana ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Banjarmasin. 2. Usaha mikro merupakan kegiatan perdagangan beskala kecil akan tetapi memiliki dampak yang kuat terhadap pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. F. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian terdahulu yang penulis kaji berkaitan dengan masalah Peranan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) kota Banjarmasin dalam meningkatkan kesejahteraan usaha mikro di Banjarmasin, peneliti menemukan tulisan yang berhubungan dengan penelitian yaitu : 1. Penelitian pertama berjudul Konsep Zakat Produktif sebagai Perangkat Meningkatkan Ekonomi umat oleh Khairuddin ( 0901140068) Dari hasil penelitian ini adalah: 1) Konsep zakat produktif ditinjau dari hukum Islam

9 adalah bahwa zakat disyari atkan Allah sebagai penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara serta merupakan pilar pokok Islam ketiga dengan visi menciptakan masyarakat muslim yang kokoh baik dalam bidang ekonomi maupun non ekonomi. Untuk mencapai visi tersebut diperlukan misi distribusi zakat yang diharapkan bersifat produktif yakni mengalokasikan zakat kepada mustahiq, dengan harapan langsung menimbulkan muzakki-muzakki baru. 2) Penerapan zakat produktif dari segi UU No. 23 Tahun 2011 pada ayat 1 tentang bahwa zakat dan peningkatan kualitas umat dengan ketentuan apabila kebutuhan dasar (sandang, pangan dan papan) mustahiq telah terpenuhi. Undang-undang tersebut memiliki beberapa kelemahan diantaranya berkenaan dengan sanksi bagi orang-orang yang sengaja melalaikan zakat. 3) Konsep zakat produktif dalam meningkatkan ekonomi umat. Adapun mekanisme pendayagunaan zakat produktif yang membantu pemodalan dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi masyarakat sampai penerima zakat mampu mengelola usaha secara mandiri dan penerima zakat menjadi pemberi zakat sebagai hasil dari zakat produktif. 2. Penelitian kedua berjudul Penyaluran zakat produktif BAZNAS kota Banjarmasin kepada kelompok usaha sosial (KUS) SEJAHTERA oleh Armas Susanti (1001150126). Hasil penelitian pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Banjarmasin menunjukan bahwa sumber dana pada Kelompok Usaha Sosial (KUS) Sejahtera telah tersalurkan secara efektif, serta berpengaruh positif terhada pendapatan usaha mustahik, di

10 mana dana tersebut disalurkan secara produktif. Adapun sumber dana dalam penelitian ini berasal dari dana zakat, infak dan sedekah yang berhasil dihimpun dan telah memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. 3. Penelitian ketiga berjudul Pemberdayaan UMKM Melalui Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Kota Banjarmasin oleh Muhammad Noor Najib (0601157352) berdasarkan hasil penelitian dalam skripsi ini bahwa pelaksanaan pemberdayaan UMKM pada BAZ Kota Banjarmasin adalah bentuk akses pemodalan yang berdasarkan prinsip pinjaman kebijakan (qard}ul h}asan) dan adanya bentuk pemberdayaan kepada UMKM berupa pengembangan SDM dengan menerapkan pemberian motivasi keagamaan berupa anjuran kepada UMKM binaannya untuk berinfak untuk mendidik mereka agar terbiasa membantu sesama. 4. Penelitian keempat berjudul Praktik Distribusi Zakat Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) Korporasi dan Instansi Pemerintah di Kota Banjarmasin oleh Novi Noor Fajariyani (1201160277) dalam penelitian ini dilihat dari hasil penelitian, diketahui bahwa praktik distribusi zakat unit pengumpul Zakat Korporasi dan Instansi Pemerintah di Kota Banjarmasin masih ada yang medistribusikan zakatnya sendiri kepada selain BAZNAS, alasannya dikarenakan ketidakjelasan surat keterangan dari BAZNAS yang menyatakan mendirikan lembaga UPZ pada dinas tersebut, tidak adanya sosialisasi dari BAZNAS, serta tidak adanya pembinaan yang dilakukan

11 oleh BAZNAS pada UPZ yang ada di perusahaan-perusahaan maupun lembaga pemerintah. 5. Penelitian keenam berjudul Strategi Pengumpulan Dana Infak oleh Rumah Zakat banjarmasin (studi terhadap program unggulan beasiswa juara) oleh Akhmad Siraji (1201150159). Dalam skripsi ini penulis memaparkan pengumpulan dana infak melalui program beasiswa juara yang dilakukan oleh Rumah Zakat Banjarmasin, kendala-kendala dalam pengumpulan infak dan padangan ekonomi Islam terhadap pengumpulan dana melalui program beasiswa juara yang dilakukan Rumah Zakat Banjarmasin. Dari beberapa kajian pustaka di atas terdapat pokok permasalahan yang berbeda antara penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dengan persoalan yang akan diteliti oleh peneliti. Meskipun pada dasarnya berhubungan dengan zakat, infak dan sedekah. Di sini peneliti mengangkat penelitian yang membahas mengenai Peranan BAZNAS Kota Banjarmasin. Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Usaha Mikro di Banjarmasin. Namun penelitian terdahulu tetap menjadi panduan guna mendapatkan referensi penulisan yang benar.

12 G. Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi ini terdiri dari V bab dengan sitematika sebagai berikut : Bab I merupakan pendahuluan, yang mengarahkan permasalahan terkait penelitian ini tentang masalah Peranan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Banjarmasin dalam Meningkatkan Kesejahteraan Usaha Mikro di Banjarmasin. Kemudian dirumuskanlah permasalahan penelitian dan ditetapkan tujuan penelitiannya. Lalu disusunlah signifikansi penelitian, definisi operasional, kajian pustaka dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teori kasus yang diteiti yaitu mengenai Manajemen Pengelolaan ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah) dan Manfaat UMK di masyarakat. Bab III merupakan metode penelitian terdiri dari : jenis, sifat dan lokasi penelitian, subyek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data serta tahapan penelitian, hal ini dibuat agar penelitian ini sistematis sesuai dengan prosedur penelitian. Bab IV merupakan hasil dan pembahasan, yaitu berisi tentang hasil dan analisa data serta jawaban atas rumusan masalah. Bab V merupakan bab terakhir sebagai penutup. Dalam bab ini peneliti memberikan kesimpulan hasil penelitian dan dikemukakan juga beberapa saran yang perlu.