BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balai Konservasi Sumber Daya Alam sering di singkat dengan Balai KSDA atau BKSDA merupakan unit pelaksanaan teknis di bawah Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. Intansi ini di antaranya bertugas untuk mengelola kawasan-kawasan konservasi, khususnya hutan-hutan suaka alam ( suaka margasatwa dan cagar alam) dan taman wisata alam. Selain itu BKSDA juga bertanggung jawab mengawasi dan memantau peredaran tumbuhan dan satwa yang dilindungi di wilayahnya, termasuk pula memantau upaya-upaya penangkaran dan pemeliharaan tumbuhan dan satwa yang dilindungi oleh perorangan, perusahaan dan lembaga-lembaga konservasi terkait. BKSDA Jawa Tengah sebagai Unit Pelaksanaan Teknis ( UPT ) Kementrian Kehutanan yang bertugas untuk mengelola 38 kawasan konservasi berbentuk cagar alam, suaka margasatwa dan taman wisata di Jawa Tengah serta konservasi tumbuhan dan satwa liar yang berada di dalam maupun di luar kawasan yang memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan informasi konservasi kepada masyarakat dalam rangka upaya meningkatkan peranannya dalam bidang pembangunan konservasi sumber daya alam. Provinsi Jawa Tengah terletak pada koordinat 8 30-5 40 Lintang Selatan dan 108 30-111 30 Bujur Timur (termasuk kepulauan karimunjawa). Provinsi Jawa Tengah mempunyai nilai yang penting secara iklim, menunjukan suatu peralihan yang menarik antara kawasan bagian barat pulau jawa yang basah dengan bagian timur yang kering. Kawasan ini merupakan jembatan bagi mobilitas spesies yang mempunyai cakupan sebaran populasi di seluruh pulau jawa ( Hermawan, 2002 ) 1
2 Dari 38 kawasan konservasi (KK) yang ada di provinsi Jawa Tengah, sejumlah 38 KK dengan status cagar alam (CA), suaka margasatwa (SM) dan taman wisata alam (WSA) yang dikelola oleh BKSDA Jawa Tengah. Sejarah kawasan konservasi di provinsi Jawa Tengah tidak terlepas dari sejarah perkembangan kawasan konservasi di Indonesia yang di pengaruhi oleh pemerintah kolonial Belanda. Kegiatan perlindungan alam terutama mengenai kawasan konservasi di Indonesia dimulai saat didirikannya Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda (Nederlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming) yang diketuai oleh Dr.S.H.Koorders. Perkumpulan ini yang memplopori dan mengusulkan kawasan-kawasan dan jenis-jenis flora dan fauna tertentu, pembuatan peraturan-peraturan dan berbagai tulisan dari hasil penelitian tentang perlindungan alam baik jenis satwa dan tumbuhan (Ditjen PHKA,2010). Luas kawasan konservasi yang dilindungi di provinsi Jawa Tengah cukup bervariasi mulai dari cagar alam seluas di bawah 1 ha hingga ke taman nasional lebih dari 10.000 ha. Primack (1993) menyatakan luasan yang relatif kecil ini secara teoritis tidaklah menguntungkan, karena lebih rentan terhadap kerawanan sosial dan biologis. Secara keseluruhan dengan luasan yang sama maka sistem yang terdiri dari kawasan-kawasan yang lebih luas. Efek tepi inilah yang mengakibatkan hutan relatif mudah terbakar, dan terkontaminasi hama dan penyakit dari luar karena adanya perubahan iklim dan suhu mikro, serta hembusan angin. [1] Agak sulit menentukan berapa ukuran luas minimal dari suatu kawasan yang dilindungi. Kebutuhan luas suatu kawasan ditentukan oleh apa yang hendak dikonservasikan. Masing-masing spesies akan berbeda kebutuhannya. Sebuah permodelan populasi menyarankan untuk luasan sekitar 1.000 13.500 km² bagi populasi spesies hewan yang hendak dilindungi.[2] Jumlah penduduk pulau Jawa yang terus bertambah menjadikan tekanan terhadap penggunaan lahan semakin meningkat. Permasalahan padatnya penduduk di pulau Jawa ini sudah ada sejak masa penjajahan
3 Belanda hampir 200 tahun yang lalu. Pulau Jawa sudah terlalu sesak dan padat penduduknya, dengan demikian penambahan luas kawasan konservasi sudah tidak memungkinkan lagi. [3] Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa memperkenalkan kawasan konservasi cagar alam menjadi penting bagi semua masyarakat Kota Semarang. Sehingga ditinjau dari sudut pandang kurangnya pengetahuan akan kawasan konservasi cagar alam dan wisata alam di Jawa Tengah, maka penulis mempunyai alternatif dengan Iklan Layanan Masyarakat Pengenalan Kawasan Konservasi Cagar Alam dan Taman Wisata Alam yang ada di Jawa Tengah melalui pengiklanan video yang efektif dan komunikatif untuk mengenalkan kawasan konservasi cagar alam yang ada di Jawa Tengah untuk semua kalangan masyarakat sebagai salah satu objek alam yang harus dilestarikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, melalui Iklan Layanan Masyarakat ini diharapkan : 1. BKSDA belum memiliki media Iklan Masyarakat untuk memperkenalkan kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam di Jawa Tengah 2. Terdapat beberapa kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam di Jawa Tengah yang belum dikenal oleh masyarakat. 3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam, menjadikan minimnya wisatawan untuk berwisata di taman wisata alam. 1.3 Batasan Masalah Aplikasi dalam pembuatan Iklan layanan masyarakat ini menggunakan video agar dapat dimengerti oleh semua kalangan masyarakat, dan hanya membahas tentang kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam di Provinsi Jawa Tengah.
4 1.4 Tujuan Magang dan Proyek Akhir Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan iklan komersial berbasis video Pengenalan kawasan konservasi cagar alam dan Taman Wisata Alam di Provinsi Jawa Tengah antara lain : a. Terciptanya iklan Layanan Masyarakat berbasis video tentang pengenalan kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam di provinsi Jawa Tengah yang efektif dan komunikatif. b. Mengenalkan kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam di provinsi Jawa Tengah kesemua kalangan masyarakat melalaui media yang menarik yaitu iklan masyarakat berbasis video. c. Meningkatkan presentase pengunjung wisatawan di tempat wisata alam. 1.5 Manfaat Magang dan Proyek Akhir Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, yakni : 1. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah a. Membantu memperkenalkan kawasan konservasi di provinsi Jawa Tengah kepada semua kalangan masyarakat. b. Memberikan pandangan baru tentang iklan layanan masyarakat berbasis video. 2. Bagi Penulis a. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama berada di bangku perkuliahan. b. Menambah pemahaman dan pengalaman dalam pembuatan iklan layanan masyarakat berbasis video dengan menggunakan Adobe Premier. c. Untuk memenuhi persyaratan formal dalam menyelesaikan program studi Teknik Informatika D-3 pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro. 3. Bagi Akademik
5 a. Sebagai tolak ukur sejauh mana pemahaman dan penguasaan materi terhadap teori yang diajukan. b. Sebagai bahan evaluasi akademik untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Sebagai bahan referensi bagi yang memproduksi iklan layanan masyarakat berbentuk video untuk dikembangkan lebih lanjut dengan tema yang berbeda. 4. Bagi Masyarakat a. Sebagai bahan pengetahuan, pembanding dan acuan dalam produksi karya sejenis. b. Sebagai sarana pengabdian masyarakat/media alternatif serta Negara dibidang perhutanian dan sumber daya alam. 1.6 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan salah satu langkah dalam penelitian yang memiliki peran yang sangat penting, karena metode pengumpulan data akan menentukan kualitas dan keakuratan data yang akan dikumpulkan selama proses penelitian. Kualitas metode yang digunakan dalam pengumpulan data akan berpengaruh kepada kualitas data yang kemudian digunakan dalam pembuatan iklan layanan masyarakat ini. Dengan adanya data terkait yang dikumpulkan, akan menjadi acuan dalam pembuatan iklan layanan masyarakat menjadi sedemikian rupa. 1.6.1 Alat Pengumpul Data Dengan berbagai macam metode pengumpulan data, penulis akan menggunakan metode sebagai berikut : a. Data Primer Data primer adalah data yang didapat langsung dari lapangan, dikumpulkan dan diolah oleh peneliti berupa teks hasil
6 wawancara yang diperoleh melalui wawancara dengan informan. Di bawah ini beberapa metode yang digunakan : - Wawancara Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah mengenai beberapa kawasan konservasi cagar alam yang ada di Jawa Tengah. Wawancara yang digunakan secara langsung dengan narasumber : Mufti Hidayat S.Kom selaku Seksi dokumentasi dan perlengkapan BKSDA Jawa Tengah. Banyak tempat-tempat kawasan konservasi cagar alam yang belum diketahui oleh masyarakat, padahal tempat ini dapat ditujukan menjadi tujuan wisata alam yang jauh berbeda dengan tempat wisata yang ada di Jawa Tengah dan dapat menjadi salah satu tujuan yang tepat untuk para pecinta alam. Selain dapat melihat keindahan alam yang masih alami, kita juga dapat melihat betapa besar kebesaran Tuhan akan apa yang diciptakannya. Beberapa contoh kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam yang ada di Jawa Tengah adalah Cagar Alam Kembang, Cagar Alam Gunung Celering, Cagar Alam Donoloyo, Taman Wisata Alam Sumber Semen, dan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek yang diteliti. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan riset untuk mengamati secara langsung kondisi alam yang terdapat di Jawa Tengah melalui kegiatan ataupun dokumentasi yang ada di BKSDA. b. Data Sekunder
7 Data sekunder adalah data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti. Data dapat diperoleh dengan membaca, melihat atau mendengarkan. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui beberapa metode di antaranya sebagai berikut : 1. Studi Pustaka (Library Research Method) Studi pustaka adalah cara pengumpulan data yang berhubungan dengan materi yang digunakan penelitian berupa dengan membaca buku atau browsing di internet. Data tersebut berupa teori-teori ataupun studi kasus yang terkait antara lain: a) Tutorial pembuatan video dengan menggunakan Adoube Premier dan cara pengembangan yang telah dipublikasikan sebelumnya. b) Materi skenario cerita sejenis yang dapat dibaca dari beberapa cerita fiksi ataupun cerita nyata. c) Pengumpulan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan video beserta implementasinya. d) Membaca buku tentang kawasan konservasi cagar alam dan taman wisata alam yang berasa di Jawa Tengah. 2. Alamat Balai Konservasi Sumber Daya Alam Selain itu data sekunder didapat dari mengunjungi langsung kantor Balai KSDA yang beralamat di Jl. Dr. Suratmo 171 Semarang 50147, atau melalui alamat email bksda_jateng@yahoo.co.id.