BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai tujuan akhir integrasi ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 326 jiwa. Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XV/2017 Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN FARMASI PADA ERA PASAR TUNGGAL ASEAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN KONSUMEN MELALUI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Oleh : Arrista Trimaya *

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PRODUK BARANG HIGIENIS DAN HALAL

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB VII PENUTUP. A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam. hukum Islam dan sertifikasi halal MUI diwujudkan melalui:

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap bermula KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992. 1 Para pemimpin ASEAN telah mendeklarasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai tujuan akhir integrasi ekonomi regional ASEAN sebagai bentuk tindaklanjut dari visi ASEAN 2020. 2 Indonesia saat ini berada pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) yang sebelumnya telah disebutkan dalam Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992. Pada pertemuan tingkat Kepala Negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun. Kemudian dalam perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003 dan pada akhirnya dipercepat kembali menjadi tahun 2002, 3 yang ditandai dengan pergerakan arus barang, jasa, investasi dan modal yang bebas tanpa hambatan 4. 1 http://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20545- masyarakat-ekonomi-asean-dan-perekonomian-indonesia. (diakses pada tanggal 25 Februari 2016). 2 Sjamsul Arifin et.al (I), Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)2015, (Jakarta:PT.Elex Media Komputindo,2008),hlm. 37. 3 http://www.tarif.depkeu.go.id (diakses pada tanggal 25 Februari 2016). 4 Sjamsul Arifin et.al (II), Kerja Sama Perdagangan Internasional, (Jakarta:PT.Elex Media Komputindo,2004), hlm 174.

MEA merupakan suatu bentuk integrasi masyarakat ASEAN dimana adanya perdagangan bebas diantara anggota - anggota ASEAN yang telah disepakati bersama negara - negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar, untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur dan kompetitif. Tujuan dibentuknya MEA yaitu untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalahmasalah dibidang ekonomi antar negara-negara ASEAN. 5 Di samping itu era MEA juga diharapkan juga akan terjadi pembangunan ekonomi yang setara serta pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi 6, maka dari itu negara - negara anggota MEA tersebut telah sepakat untuk mengubah wilayah ASEAN menjadi kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi, permodalan, dan juga tenaga kerja. Untuk mengahadapi era perdagangan bebas seperti saat ini, salah satu cara untuk mampu bersaing adalah dengan mengahasilkan produk berupa barang dan jasa yang berkualitas agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan barang yang diproduksi oleh negara lain. Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa tarif ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antara individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara berbeda. Dengan berlakunya era MEA maka persaingan usaha akan semakin ketat 5 http://www.tarif.depkeu.go.id, Op. Cit. 6 Ibid., hlm. 174.

sehingga para pelaku usaha harus mampu bersaing dengan sesama pelaku usaha dari negara anggota MEA lainnya. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi 7. Pada dasarnya para pelaku usaha memproduksi produk yang dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu berupa barang dan jasa. Produk ialah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimimliki,digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Menurut Fandy Tjiptono produk diklasifikasikan kedalam dua kelompok : 8 1. Barang Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba, disentuh, dipegang, dan perlakuan fisik lainnya. 2. Jasa a) Barang yang terpakai habis atau tidak tahan lama adalah barang berwujud, biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian normal kurang dari satu tahun. b) Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang tidak bias bertahan sesuai umur ekonomisnya. Umumnya barang seperti ini membutuhkan jaminan / garansi tertentu dari penjualnya. 7 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 Angka 3. 8 Fandy Tjiptono, Manajemen Pemasaran (Yogyakarta:Andi,2002), hlm.98.

Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atas kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel, dan lain-lain. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal 9, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan pada label produk yang dipasarkan. Hal ini bertujuan agar konsumen lebih merasa aman dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk tersebut. Selain itu, konsumen juga mendapatkan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu yang tidak halal dan diproduksi dengan bahan dan melalui proses yang halal serta beretika. Karena bahan dan proses merupakan hal terpenting dalam suatu produk halal, maka produk halal tidak dapat dipisahkan dari bahan-bahan yang halal juga, namum bahan halal saja tidak cukup, harus pula diikuti dengan proses pembuatannya. Proses pembuatan produk halal harus benar-benar jauh dari halhal yang bersifat haram dalam arti kata proses pengelolaannya harus dibuat benarbenar bersih dari zat-zat yang mengandung unsur haram. Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang wajib di Indonesia karena sebagian besar masyarakat di Indonesia didominasi oleh umat Muslim, maka dari itu kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang penting untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dalam era MEA negara-negara ASEAN telah mempersiapkan strateginya. Tak dapat dipungkiri bahwa arus ekonomi memiliki peluang yang besar terjadi di era ini. Salah satu hal yang penting adalah 9 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindunagn Konsumen Pasal 8.

mengenai ketersedianya produk halal. Untuk itu dibutuhkan kesiapan badan sertifikat halal dalam memberikan jaminan produk halal kepada masyarakat. Pembentukan lembaga ini adalah tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat muslim dalam mentaati ajaran agamanya. Seperti pada Negara Malaysia, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) diputuskan menjadi satusatunya lembaga halal di Malaysia. Hal ini dilakukan demi mengefektifkan standard halal dan mencegah kebingungan diantara kaum muslimin pada logo halal. Dewan Agama Islam dan JAKIM akan menjadi satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab dalam mengeluarkan sertifikasi halal. 10 Di Negara Singapura, perihal kehalalan adalah sesuatu yang penting untuk diterapkan, salah satu alasannya adalah dikarenakan kejelian masyarakat yang semakin peka terhadap kehalalan suatu produk. Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) adalah lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikat halal yang memegang penuh otoritas beragama Islam di Singapura. Perihal kehalalan produk juga diatur di Negara Thailand. Untuk menjamin kelancaran dan efisiensi urusan Halal Manajemen, dan untuk mengatur ukuran dan kontrol kualitas produk halal dan penggunaan logo halal, Komite Pusat Thailand telah mengeluarkan sebuah peraturan berupa Regulation of the Central Islamic Committee of Thailand Concering Halal Affair Operation of B.E 2552. Kemudian, Negara Brunai Darussalam juga merupakan negara di kawasan ASEAN yang serius dalam pengaturan mengenai produk halal. Negara yang 11 10 Anonim, http://www.halalmui.org/newmui/page/8/308 (diakses pada tanggal 6 Maret 2016). 11 Anonim, http://www.ngajikok.blogspot.co.id/ Produk Halal Thailand (diakses pada tanggal 6 Maret 2016).

terletak di pantai utara Pulau Kalimantan tersebut saat ini sedang membangun konsentrasi terbesar perusahaan yang memproduksi produk halal di dunia melalui Brunei Biolnnovation Corridor (BIC) yang dibentuk untuk mempromosikan perkembangan industri halal bersertifikat di Brunei dan berfokus pada produk makanan, kosmetik, farmasi, biotekologi dan logistik halal. 12 Hal serupa juga diatur pada negara anggota ASEAN lainnya seperti Kamboja. Sertifikasi dan pelayanan halal diterbitkan oleh Dewan Tertinggi Untuk Agama Islam Negeri Kamboja (Mufti Kamboja). Lembaga ini bertujuan untuk memastikan bahwa umat Islam mengonsumsi produk halal dan sesuai dengan standar Islam. Di Vietnam, lembaga halal bernama Halal Vietnam (HVN) yang menawarkan sertifikat halal pada produk makanan. HVN memiliki tugas utama untuk memberikan merek halal pada produk dan jasa dari perusahaan publik. Negara Laos tidak memiliki lembaga sertifikat halal, akan tetapi dalam pengaturan tentang label dan kemasan pangan disebutkan bahwa simbol atau logo yang diakui oleh agama seperti halal dapat digunakan. Kemudian Negara Myanmar, negara ini merupakan negara yang minoritas penduduk muslim. Akan tetapi untuk melindungi masyarakat muslim, pengaturan mengenai kehalalan pada produk terkhusus makanan, Negara Myanmar banyak memiliki rumah makan halal. 13 Sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) bahwa Negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan 12 Anonim, http://www.mirajnews.com/id (diakses pada tanggal 6 Maret 2016). 13 Anonim, http://www.ramadhanosepu.blogspot.co.id/2016/03. Lembaga Halal di era MEA (diakses pada tanggal 7 Maret 2016).

untuk mewujudkan kesejahteraan umum 14. Landasan ini juga dipertegas dalam Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yakni pada Pasal 2 yang menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Seiring dengan semakin mudahnya produk-produk asing masuk ke wilayah Indonesia terkait era MEA, namun tidak juga membuat segala jenis produk-produk tersebut bebas beredar dikarenakan kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang wajib bagi umat muslim baik itu makanan, obat-obatan maupun barang-barang konsumsi lainnya. Maka dari itu diperlukan jaminan produk halal untuk mendapatkan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu unsur yang tidak halal dan di proses dengan cara yang halal juga. Oleh karena itu untuk melindungi konsumen muslim tersebut, dibentuklah suatu Undang-Undang untuk sebagai dasar legalitas atas produk halal yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Dalam Undang-Undang Jaminan Produk halal, yang dikatakan sebagai produk adalah Barang dan/atau Jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetika, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, dimanfaatkan oleh masyarakat. 15 14 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945,Pasal 29. 15 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Pasal 1,angka 1.

Pencantuman label halal adalah tanda kehalalan suatu produk. 16 Hal ini bertujuan agar konsumen lebih merasa aman dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk tersebut. Sedangkan bagi produsen atau pelaku usaha, pencantuman label halal dapat membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut karena produk yang bersertifikat halal lebih memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk yang tidak mencantumkan label halal tersebut. Tujuan dari Jaminan Produk Halal tersebut pada dasarnya untuk memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk, dan meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal, oleh karena itu untuk menjamin dikonsumsinya produk halal bagi masyarakat di Indonesia, maka produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikasi halal termasuk juga dalam perdagangan produk-produk farmasi yang sebagian besar produk berupa obat-obatan yang masuk di wilayah Indonesia banyak yang di produksi oleh negara-negara lain. Industri Farmasi adalah industri obat jadi dan industri baku obat. Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau 16 Undang-Undang No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Pasal 1 angka 11.

memperindah badan atau bagian badan manusia. 17 Akan tetapi dalam dunia farmasi, banyak pelaku usaha yang memproduksi produk berupa obat yang mengandung bahan dan/atau dilakukan dengan proses yang tidak sesuai dengan standar kehalalan berdasarkan Undang-Undang Jaminan Produk Halal seperti penggunaan bahan yang berasal dari hewan yang pada dasarnya halal, kecuali yang diharamkan menurut syariat seperti penggunaan bangkai, darah, babi, dan hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. 18 Namun, apabila produsen obat tersebut harus menghilangkan bahan yang mengandung unsur haram dalam produk obat yang diproduksinya, maka hal tersebut akan mengurangi kualitas dari produk obat yang dihasilkan. Dengan demikian hal tersebut akan menyebabkan produsen obat menjadi enggan untuk memproduksi dan memasarkan produk tersebut karena kualitas dari produk yang dihasilkan tidak maksimal. Namun mengingat saat ini Indonesia telah memasuki era perdagangan bebas, dimana pergerakan arus barang, jasa, investasi dan modal yang bebas tanpa hambatan maka perlindungan hukum bagi pelaku usaha yang memproduksi produk farmasi pada era MEA dirasa diperlukan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk membahas mengenai bagaimana pengaturan mengenai perdagangan di Indonesia serta perlindungan terhadap produsen farmasi di era Masyarakat ASEAN dan pengaturan mengenai produk halal berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. 17 Definisi Obat,http://WWW.academia.edu/5429948/FENISINI-OBAT (diakses tanggal 6 Maret 2016) 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal Pasal 18 ayat 1.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaturan perdagangan produk farmasi dalam sistem hukum Indonesia? 2. Bagaimana kehalalan suatu produk menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014? 3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap produsen farmasi pada era pasar tunggal ASEAN? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik sebagai mata kuliah pembulat studi guan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum. Namun disamping Tujuan diatas terdapat tujuan- tujuan lainnya berdasarkan rumusan masalah diatas. Maka tujuan yaitu : 1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai perdagangan di Indonesia berdasarkan Undang Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. 2. Untuk mengetahui pengaturan pemberian Jaminan Produk Halal berdasarkan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. 3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pelaku usaha pada era pasar tunggal ASEAN terlebih atas produsen farmasi.

Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan skripsi ini adalah : 1. Manfaat teoritis Tulisan ini memberikan pengetahuan mengenai perdagangan bebas di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan juga mengenai pemberian jaminan produk halal terkhusus dibidang produk farmasi yang ditinjau dari Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. 2. Manfaat praktis Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, dan menambah wawasan masyarakat untuk dapat mengetahui tentang perlindungan hukum terhadap produsen farmasi pada era pasar tunggal ASEAN yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentan Jaminan Produk halal. Uraian ini juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan para peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih dalam mengenai pemberian jaminan produk halal. D. Keaslian Penulisan Untuk mengetahui keaslian penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelusuran yang dilakukan, ditemukan salah satu penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh Alumnus Fakultas Hukum terkait dengan Jaminan Produk Halal yang berjudul Pemberian Jaminan produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal oleh Richard Chandra. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut mengkaji mengenai aspek perlindungan terhadap konsumen muslim atas produk yang beredar yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Sedangkan penelitian skripsi ini mengkaji mengenai perlindungan hukum terhadap produsen farmasi pada Era Pasar Tunggal ASEAN atas produk yang diproduksi melalui Undang-Undang Jaminan Produk Halal. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban. E. Tinjauan Pustaka 1. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration Of ASEAN Concord II (Bali Concord II), Bali, Oktober 2003. MEA adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN Vision, bersamasama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio- Cultural Community (ASCC). Pembentukan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global. Pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis

produksi, ditujukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomis yang optimal. Melalui proses integrasi ekonomi maka ASEAN secara bertahap menjadi kawasan yang membebaskan perdagangan barang dan jasa serta aliran faktor produksi (modal dan tenaga kerja), sekaligus harmonisasi peraturan-peraturan terkait lainnya. 19 2. Pasar Bebas Definisi Pasar Bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas juga dapat di definiskan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang dibuat pemerintah) dalam perdagangan-perdagangan individual dan perusahaanperusahaan yang berada di negara yang berbeda. 20 3. Pelaku Usaha Dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menentukan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Jenis-jenis Pelaku Usaha : 2016). 19 Sjamsul Arifin et.al I, Op. Cit, hlm 10. 20 Anonim, http://www.academia.edu/9966244/pasar bebas (diakses tanggal 6 Maret

1. Badan Usaha yang berbadan hukum 2. Badan Usaha yang tidak berbadan hukum Perbedaan dari keduanya yaitu badan usaha yang bukan merupakan badan hukum tidak dipersamakan kedudukannya sebagai orang sehingga tidak memiliki kekayaan para pendirinya. 21 4. Produk Halal Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor.518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan Syariat Islam. Kemudian proses-proses yang menyertai dalam suatu produk agar termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standar halal yang telah ditentukan oleh agama Islam. 22 Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana dimaksud, meliputi : 23 1. bangkai ; 2. darah ; 3. babi ; dan/atau 4. hewan yang disembelih tidak sesuai dengan Syariat. 21 Irma Devita, Kiat-Kiat Cerdas,Mudah,dan Bijak Mendirikan Badan Usaha, (Bandung:Kaifa, 2010), hlm. 2. 22 Anonim, www.lpommui.or.id, Pengertian Halal (diakses pada tanggal 17 Maret 2016) 23 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, Pasal 18 ayat 1.

Kemudian bahan yang berasal dari tumbuhan selama tidak memabukkan dan/atau membahayakan kesehatan bagi orang yang mengkonsumsinya adalah halal. F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu penelitian yang berfungsi untuk mengembangakan ilmu pengetahuan. 24 Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah bersifat normatif. 25 Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas. 26 Penelitian ini merupakan : a. Penelitian menarik asas hukum, dimana dilakukan terhadap hukum positif tertulis maupun tidak tertulis. Penelitian ini dapat digunakan untuk menarik asas-asas hukum dalam menafsirkan peraturan perundang-undangan. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk mencari asas hukum yang dirumuskan baik secara tersirat maupun tersurat. 24 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III (Jakarta:Universitas Indonesia-press, 1986), hlm.7. 25 Penelitian Normatif yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang tertulis baik yang dituangkan dalam bentuk peraturan-peraturan maupun dalam bentuk literatur lainnya. 26 Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.118.

b. Penelitian sistematika hukum, dimana dilakukan terhadap pengertian dasar sistematika hukum yang meliputi subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, maupun obyek hukum. c. Penelitian perbandingan hukum, dimana dilakukan terhadap berbagai sistem hukum yang berlaku di masyarakat. 2. Data penelitian Penggunaan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) atau studi dokumen (document study). Metode penelitian kepustakaan dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Data sekunder terdiri atas tiga bahan hukum yaitu : a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang perdagangan, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang menunjang bahan hukum primer seperti pendapat para ahli hukum. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder atau dengan kata lain bahan hukum tambahan. 3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi skripsi yang dibahas dalam skripsi ini 4. Analisis data Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, ditelaah, dan dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Metode kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan. G. Sistematika Penulisan Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran umum dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari hubungan antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang lain. Hal ini sesuai dengan pokok pembahasan yang lain. Hal ini sesuai dengan pengertian sistem

yaitu rangkaian beberapa komponen yang satu sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk terjadinya sutau hal. Skripsi ini disusun dalam lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut Bab I, merupakan bab pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan secara umum mengenai alasan-alasan penulis mengambil judul sebagaimana tercantum diatas, Pokok Permasalah, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II, berjudul Pengaturan Perdagangan Produk Farmasi Dalam Sistem Hukum Indonesia. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai sistem perdagangan di Indonesia yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Kemudian dalam bab ini juga menjelaskan mengenai pembebasan bea masuk atas barang impor terkait Era perdagangan bebas serta pengawasan mengenai pemasukan obat impor oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Bab III, berjudul Kehalalan Suatu Produk Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Dalam bab ini diawali dengan penjelasan mengenai pengertian jaminan produk halal. Pada bab ini juga menguraikan mengenai penjelasan atas bahan dan proses produk yang sesuai dengan kehalalan yang diatur dalam Undang-Undang Jaminan Produk Halal, penjelasan mengenai lembaga penyelenggara jaminan produk halal serta prosedur sertifikasi dan pengawasan terhadap produk yang beredar agar sesuai dengan standar kehalalan.

Bab IV, berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Produsen Farmasi Di Indonesia Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Melalui Jaminan Produk Halal. Di dalam bab ini diawali dengan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mengenai bidang farmasi. Kemudian pada bab ini dijelaskan mengenai kewajiban produsen farmasi atas kehalalan produk yang diproduksi serta membahas mengenai tanggung jawab produsen atas kehalalan produk yang disertifikasikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tentang Jaminan Produk Halal, serta penjelasan bagaimana perlindungan terhadap produsen dalam negeri yang memproduksi produk-produk farmasi pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melalui jaminan produk halal. Bab V, terdiri dari kesimpulan terhadap bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan dan ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang dianggap perlu dari kesimpulan yang diuraikan tersebut