DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP Oleh : Drs. MUH FIRMANSYAH, M.Si KASUBDIT FASILITASI GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT PEKANBARU 2017 1
SISTEM PEMERINTAHAN NKRI D P D M P R D P R PRESIDEN MENTERI2 MENTERI-2 B P K M A M K LEMBAGA NEGARA LAINNYA PEMERINTAHAN UMUM DEKONSENTRASI DESENTRALISASI TUGAS PEMBANTUAN DELEGASI (DESENTRALISASI FUNGSIONAL) GUBERNUR, BUPATI/ WALIKOTA GWPP & INSTANSI VERTIKAL DAERAH OTONOM KDH DPRD DIBANTU PERANGKAT DAERAH DAERAH OTONOM BADAN PENGELOLA, BUMN, OTORITA,DLL 2
UU 5/ 1974 Ttg Pokok- Pokok Pemerintaha n di Daerah (Sentralistik) UU 22/ 1999 Ttg Pemerintaha n Daerah (Otonomi seluasluasnya) UU 32/ 2004 Ttg Pemerintaha n Daerah (Otonomi luwes/ terbatas) UU 23/ 2014 Ttg Pemerintahan Daerah (Otonomi terbatas)
1. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan; (Pasal 4 UUD 1945 dan Pasal 5 UU 23 Thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah) 2. Kekuasaan Pemerintahan diuraikan dlm berbagai urusan pemerintahan; 3. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, Presiden dibantu oleh Menteri yg menyelenggarakan urusan pemerintahan; 4. Utk penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah, dilaksanakan berdasarkan azas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan; 5. Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah. 4
URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT (Mutlak urusan Pusat) - Pertahanan CONCURRENT (Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota) P U M - Keamanan - Moneter - Yustisi - Politik Luar Negeri - Agama PILIHAN (Sektor Unggulan) WAJIB terkait Pelayanan Dasar dan WAJIB tdk terkait Pelayanan Dasar NSPK
1. Politik Luar Negeri 2. Pertahanan 3. Keamanan 4. Yustisi 5. Moneter Fiskal Nasional 6. Agama 6
Urusan Pemerintahan Konkuren Urusan pemerintahan yang wajib terkait pelayanan dasar meliputi: 1. Pendidikan; 2. Kesehatan; 3. Pekerjaan umum dan penataan ruang; 4. Perencanaan pembangunan; 5. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman; 6. Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat; 7. Sosial. 7
Urusan pemerintahan wajib yg tidak terkait pelayanan dasar meliputi : 1. Tenaga Kerja; 2. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; 3. Pangan; 4. Pertanahan; 5. Lingkungan Hidup; 6. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; 7. Pemberdayaan masyarakat dan Desa; 8. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana; 9. Perhubungan; 10. Komunikasi dan informatika; 11. Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah; 12. Penanaman modal; 13. Kepemudaan dan Olah Raga; 14. Statitistik; 15. Persandian; 16. Kebudayaan; 17. Perpustakaan; 18. Kearsipan. 8
Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan meliputi: 1. Kelautan dan perikanan; 2. Pertanian; 3. Kehutanan; 4. Energi dan sumber daya mineral; 5. Perindustrian; 6. Perdagangan; 7. Pariwisata; dan 8. Transmigrasi. 9
Urusan pemerintahan Konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat diselenggarakan : a. Sendiri oleh pemerintah Pusat; b. Dengan cara melimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat atau kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; atau c. Dengan cara menugasi Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan.
PRINSIP PENGATURAN WEWENANG DAN PENUGASAN BERDASARKAN AZAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Kewenangan Pusat DILAKSANAKAN INSTANSI PUSAT ATAU INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH WEWENANG PEMERINTAH PUSAT Desentralisasi DISERAHKAN KEPADA DAERAH Dekonsentrasi DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT Tugas Pembantuan DITUGASKAN KEPADA DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
3. PROSES HIBAH DARI KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA SETIAP K/L, DIBERIKAN BATAS WAKTU PALING LAMBAT SAMPAI DENGAN TAHUN 2018. 4. UNTUK KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB KEMENTERIAN DALAM NEGERI, TELAH DIINFENTARISIR SAMPAI DENGAN TAHUN 2015 SEBESAR 15 TRILIUN, DAN TELAH DILAKSANAKAN PROSES HIBAHNYA KEPADA PEMDA SEBESAR 8 TRILIUN.
5. PERMENKEU NO. 111/PMK.06/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA (BERUPA TANAH DAN/ATAU BANGUNAN) DILAKUKAN : a. UNTUK TANAH DAN / ATAU BANGUNAN YANG NILAINYA LEBIH DARI 100 M HARUS MENDAPAT PERSETUJUAN DARI DPR b. UNTUK TANAH DAN / ATAU BANGUNAN YANG NILAINYA LEBIH DARI 10 M HARUS MENDAPAT PERSETUJUAN DARI PRESIDEN. c. UNTUK TANAH DAN / ATAU BANGUNAN YANG NILAINYA KURANG DARI 10 M MENDAPAT PERSETUJUAN DARI MENTERI MASING-MASING K/L.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/Kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah Kabupaten/Kota, Presiden dibantu oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.
KEPALA DAERAH MENYELENGGARAKAN TUGAS TUGAS DESENTRASLISASI GUBERNUR WAKIL PEMERINTAH PUSAT MELAKSANAKAN TUGAS ATRIBUTIF DAN DELEGATIF 16
KOORDINASI GUBERNUR PEMBINAAN PENGAWASAN Kinerja Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah 17
BAB III KEKUASAAN PEMERINTAHAN Pasal 8 UU No 23 Thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah 1. Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Pusat terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah provinsi dilaksanakan oleh menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian. 2. Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah kabupaten/kota dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. 3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri. PEMBINAAN TEKNIS OLEH MENTERI TERKAIT
BENTUK PEMBINAAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA (PASAL 375 UU NOMOR 23 TAHUN 2014) (1) Pembinaan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Dilaksanakan Oleh Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat. (2) Dalam Melakukan Pembinaan Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Dibantu Oleh Perangkat Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat. (3) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Melakukan Pembinaan Yang Bersifat Umum dan Bersifat Teknis. (4) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Melakukan Pembinaan Yang Bersifat Umum Meliputi: A. Pembagian Urusan Pemerintahan; B. Kelembagaan Daerah; C. Kepegawaian Pada Perangkat Daerah; D. Keuangan Daerah; E. Pembangunan Daerah; F. Pelayanan Publik di Daerah; G. Kerja Sama Daerah; H. Kebijakan Daerah; I. Kepala Daerah dan DPRD; dan J. Bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah kabupaten/kota, Presiden dibantu oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Psl 91 ayat (2) UU 23 Thn 2014 ttg Pemda Dlm melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten/Kota dan Tugas Pembantuan oleh daerah Kabupaten/Kota, Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas : 1. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah Kabupaten/Kota; 2. Melakukan Monev dan Supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota yg ada diwilayahnya; 3. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah Kabupaten/Kota yang ada di wilayahnya; 4. Melakukan evaluasi terhadap Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, perubahan APBD, pertanggung jawaban pelaksanaan APBD, tata ruang daerah, pajak daerah dan retribusi daerah; 5. Melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota; dan 6. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 21
Psl 91 Ayat (3) UU 23 Thn 2014 ttg Pemda Dlm melaksanakan tugas pada ayat (2), Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat diberi wewenang untuk : 1. Membatalkan Perda Kabupaten/Kota dan Peraturan Bupati/Walikota; 2. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada Bupati/Walikota terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 3. Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi; 4. Memberikan persetujuan terhadap Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota; 5. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 91 Ayat (4) UU No. 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah) 1. MENYELARASKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ANTAR-DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN ANTARA DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI WILAYAHNYA; 2. MENGOORDINASIKAN KEGIATAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN ANTARA DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN ANTAR-DAERAH KAB/KOTA YG ADA DI WILAYAHNYA; 3. MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH PUSAT ATAS USULAN DAK PADA DAERAH KAB/KOTA DI WILAYAHNYA; 4. MELANTIK BUPATI/WALIKOTA; 5. MEMBERIKAN PERSETUJUAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI WILAYAH PROVINSI KECUALI PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT DAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL OLEH KEMENTERIAN YG NOMENKLATURNYA SECARA TEGAS DISEBUTKAN DALAM UUD 1945; 6. MELANTIK KEPALA INSTANSI VERTIKAL DARI KEMENTERIAN DAN LPNK YG DITUGASKAN DI DAERAH PROVINSI YG BERSANGKUTAN KECUALI UNTUK KEPALA INSTANSI VERTIKAL YG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT DAN KEPALA INSTANSI VERTIKAL YG DIBENTUK OLEH KEMENTERIAN YG NOMENKLATURNYA SECARA TEGAS DISEBUTKAN DALAM UUD 1945; 7. MELAKSANAKAN TUGAS LAIN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN. 23
BERDASARKAN IDENTIFIKASI UU NO. 23 TAHUN 2014 TERDAPAT 45 TUGAS DAN WEWENANG GWPP 1. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN OLEH DAERAH KABUPATEN/KOTA (PASAL 8 AYAT 2). 2. PEMERINTAH PUSAT DALAM MELAKSANAKAN URUSAN ABSOLUT DAPAT MELIMPAHKAN KEPADA INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH ATAU KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH DENGAN ASAS DEKONSENTRASI (PASAL 10 AYAT 2). 3. MEMBERIKAN PERSETUJUAN ATAS PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN ABSOLUT DI DAERAH KECUALI URUSAN TRIUM VIRAT (PASAL 19 AYAT 2). 4. BERTANGGUNG JAWAB DALAM MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM KEPADA MENTERI MELALUI GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (PASAL 24 AYAT 4). 5. GUBERNUR SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT MEMBERIKAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA TEGURAN TERTULIS KEPADA BUPATI/WALIKOTA YANG TIDAK MENYAMPAIKAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (PASAL 73 AYAT 1). 6. MENERIMA LAPORAN DPRD KABUPATEN/KOTA ATAS PENJELASAN HAK INTERPELASI DPRD KABUPATEN/KOTA (PASAL 73 AYAT 4). 7. MEMBERIKAN TEGURAN DAN SANKSI TERTULIS KEPADA BUPATI/WALIKOTA ATAS LAPORAN DPRD TERKAIT DENGAN INTERPELASI (PASAL 75 AYAT 5). 24
Lanjutan 8. MENERIMA USUL PEMBERHENTIAN BUPATI/WALIKOTA YANG DISAMPAIKAN OLEH DPRD KABUPATEN/KOTA (PASAL 79 AYAT 1). 9. MENGUSULKAN PEJABAT BUPATI/WALIKOTA KEPADA MENTERI DALAM NEGERI (PASAL 86 AYAT 3). 10. MEMBANTU PRESIDEN DALAM HAL PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP URUSAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA DAN TUGAS PEMBANTUAN OLEH KABUPATEN/KOTA (PASAL 91 AYAT 1). 11. MEMBATALKAN PERDA KABUPATEN/KOTA DAN PERATURAN BUPATI/WALIKOTA (PASAL 91 AYAT 3). 12. MEMBERIKAN PENGHARGAAN DAN SANKSI KEPADA BUPATI/WALIKOTA TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH. 13. MENYELESAIKAN PERSELISIHAN ANTAR KABUPATEN/KOTA. 14. MEMBERIKAN PERSETUJUAN TERHADAP RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG PEMBENTUKAN SKPD. 15. MENYELARASKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH KABUPATEN/KOTA. 16. MENGOORDINASIKAN KEGIATAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN ANTARA DAERAH KABUPATEN DAN KOTA. 25
Lanjutan 17. MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH PUSAT ATAS USULAN DAK KABUPATEN/KOTA. 18. MELANTIK BUPATI DAN WALIKOTA. 19. MEMBERIKAN PERSETUJUAN ATAS PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI WILAYAH PROVINSINYA. 20. MELANTIK KEPALA INSTANSI VERTIKAL DARI KEMENTERIAN DAN LEMBAGA PEMERINTAHAN NON KEMENTERIAN YANG DITUGASKAN DI WILAYAH DAERAHNYA. 21. MELAKSANAKAN TUGAS LAIN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. 22. MENYAMPAIKAN USUL PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN MEMBERHENTIKAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA ATAS USUL DPRD KABUPATEN/KOTA. 23. MENERIMA DAN MENETAPKAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA YANG DIUSULKAN OLEH DPRD KABUPATEN/KOTA. 24. PEMBINAAN TERHADAP PERANGKAT DAERAH UNTUK DAERAH KABUPATEN/KOTA. 25. MENUNJUK PENJABAT SEKRETARIS DAERAH PROVINSI APABILA SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BERHALANGAN MELAKSANAKAN TUGAS. 26. MENYETUJUI USUL PENJABAT SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG DIAJUKAN OLEH BUPATI/WALIKOTA. 26
Lanjutan 27. MENGAJUKAN PERDA KABUPATEN/KOTA KEPADA MENTERI UNTUK MENDAPAT PERSETUJUAN (PASAL 221 AYAT 3). 28. MEMBATALKAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENGANGKATAN CAMAT YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERSYARATAN MENJADI CAMAT (PASAL 224 AYAT 3). 29. MELANTIK KEPALA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG DITOLAK OLEH BUPATI/WALIKOTA. 30. MEMBERIKAN NOMOR REGISTRASI TERHADAP RAPERDA YANG DIAJUKAN OLEH BUPATI/WALIKOTA. 31. MENYAMPAIKAN LAPORAN PERDA KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MENDAPAT NOMOR REGISTRASI SECARA BERKALA KEPADA MENTERI, (PASAL 227). 32. GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT MELAKUKAN EVALUASI TERHADAP RAPERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DAN TATA RUANG DAERAH SEBELUM DITETAPKAN OLEH BUPATI/WALIKOTA. 33. MEMBATALKAN PERDA KABUPATEN/KOTA YANG BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG LEBIH TINGGI (PASAL 251 AYAT 3). 34. MEMBERIKAN SANKSI KEPADA BUPATI/WALIKOTA YANG MASIH MELAKSANAKAN PERDA YANG BERMASALAH. 35. MEMBERI SANKSI KEPADA BUPATI/WALIKOTA YANG TIDAK MENYEBARLUASKAN PERDA DAN PERKADA. 27
Lanjutan 36. MELAKSANAKAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH KABUPATEN/KOTA OLEH GUBERNUR (PASAL 259 AYAT 3). 37 MENERIMA RAPERDA TENTANG RPJPD DAN RPJMD YANG TELAH DISETUJUI BERSAMA OLEH BUPATI/WALIKOTA (PASAL 267 AYAT 2). 38 MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP DEFISIT APBD DAN BATAS MAKSIMAL DEFISIT APBD DAN MAKSIMAL JUMLAH KUMULATIF DARI PINJAMAN DAERAH YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN (PASAL 306 AYAT 2). 39. MEMBERIKAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA TEGURAN TERTULIS BAGI KEPALA DAERAH YANG TIDAK MENGUMKAN INFORMASI TENTANG PELAYANAN PUBLIK (PASAL 348). 40. MELAKUKAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN PUBLIK YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA (PASAL 352 AYAT 2). 41. MENGOORDINASIKAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN BERDASARKAN PEDOMAN. 42. MELAKUKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI TERHADAP KERJASAMA YANG DILAKUKAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM SATU PROVINSI (PASAL 368 AYAT 1). 43. MELAKUKAN PENGAWASAN UMUM DAN PENGAWASAN TEKNIS TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA. 44. MEMFASILITASI KABUPATEN/KOTA YANG TELAH DIBINA NAMUN TIDAK MENUNJUKKAN PERBAIKAN KINERJA (PASAL 382 AYAT 5). 45. DAERAH PROVINSI SELAIN BERSTATUS SEBAGAI DAERAH JUGA MERUPAKAN WILAYAH ADMINISTRATIF YANG MENJADI WILAYAH KERJA BAGI GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DAN WILAYAH KERJA BAGI GUBERNUR DALAM MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM (PASAL 4 AYAT 1). 28
Pasal 91 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (5) Pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dibebankan pada APBN. (8) Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang serta hak keuangan gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Pemerintah. 29
URGENSI PENYUSUNAN RPP Dengan terbitnya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terdapat perubahan pengaturan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat yang signifikan, sehingga PP No 19 Tahun 2010 Jo PP No 23 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat sudah tidak sesuai lagi. Pasal 91 ayat (8) UU No 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang serta hak keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat diatur dengan Perasturan Pemerintah, kemudian Pasal 410 UU No 23 Tahun 2014 mengamanatkan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak diundangkan (Oktober 2014). Namun dikarenakan terdapat beberapa kendala teknis dan substansi sehingga melampaui dari target proleg Kemendagri. Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat merupakan perekat NKRI, dimana ketika Presiden sebagai penanggungjawab akhir pemerintahan berdasarkan UUD 1945 melalui Menteri/Kepala Lembaga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lebih dari 500 Kabupaten/Kota, maka keberadaan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dibutuhkan kehadirannya untuk membantu sebagian tugas Pemerintah Pusat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Kabupaten/Kota. RPP Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang saat ini telah selesai proses harmonisasi merupakan pengaturan yang mengatur pelaksanaan urusan pemerintah pusat melalui asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dimana Pengertian Dekonsentrasi dalam UU No. 23 Tahun 2014 adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum. Lebih spesifik lagi pelaksanaan dekonsentrasi oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat harus diatur, sehingga pelaksanaan urusan pemerintah pusat (Presiden) dapat terlaksana.
TANTANGAN PENYUSUNAN RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA HAK KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT 1. Kendala Proses a. Terhambatnya penyusunan RPP karena terbit Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah yang mengamanatkan RPP Pelaksanaan Tugas, Wewenang dan Hak Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat digabung dengan 2 (Dua) RPP lainnya yaitu RPP tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas, Wewenang, dan Hak Kepala Daerah serta Wakil Kepala Daerah dan RPP tentang Hak Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Namun secara prinsip, kendala telah diselesaikan dan RPP kembali disulkan sendiri-sendiri 2. Kendala Substansi a. Terkait arahan Presiden tentang Penataan Lembaga melalui Surat Sekretaris Kabinet Nomor B543/Seskab/ Polhukam/09/2016 Tanggal 29 September 2016 supaya tidak menambah organisasi dengan terbitnya produk hukum baru, sehingga konsep perangkat Gubernur yang semula vertikal harus menyesuaikan dan melekat pada perangkat daerah provinsi. Namun secara prinsip, kendala organisasi perangkat gubernur telah diselesaikan dan terjadi kesepakatan antar Kementerian/Lembaga dalam Tim PAK. b. Terkait konsep/nomenklatur Hak Keuangan, Ditjen Anggaran, Kemenkum dan HAM dan Setneg menyampaikan tanggapan bahwa konsep Hak Keuangan berdasarkan peraturan perundangan meliputi pengaturan gaji dan tunjangan, sedangkan yang dimaksud konsep Hak Keuangan dalam draft RPP dimaksud adalah pembiayaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. Oleh karena itu perlu dibuat konsep dan ruang lingkup Hak Keuangan supaya tidak menimbulkan multi tafsir. Namun secara prinsip, kendala konsep hak keuangan telah diselesaikan dan terjadi kesepakatan setelah rapat dan masukan dengan Kemenkeu. 31
MUATAN RANCANGAN RPP RPP tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat terdiri atas 7 Bab dan 12 Pasal, meliput: Bab I Tugas Dan Wewenang GWPP Bab II Perangkat GWPP Bab III Pendanaan Bab IV Laporan dan Evaluasi Bab V Ketentuan Lain-Lain Bab VI Ketentuan Peralihan Bab VII Ketentuan Penutup Telah dilaksanakan 1 (satu) kali Rapat Pleno dan 3 (tiga) kali Rapat Tim Kecil harmonisasi RPP tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Kementerian Hukum dan HAM dengan dihadiri oleh anggota Tim PAK/Pembahas Antar Kementerian/Lembaga. Selain hal tersebut diatas, terdapat 2 amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri sebagai aturan pelaksana terkait susunan Perangkat Gubernur serta pedoman laporan dan evaluasi pelaksanaan tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.
PROGRES RPP GWPP RPP tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dinyatakan selesai diharmonisasi. Kemenkum dan HAM telah menerbitkan Surat Penyampaian Hasil Pengharmonisasian, Pembulatan dan Pemantapan Konsepsi RPP Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat Nomor PPE.PP.02.01-1317 Tanggal 7 November 2017, serta telah disampaikan kepada Biro Hukum Kemendagri untuk proses penetapan di Kemensetneg.
Permendagri tentang Susunan Organisasi Perangkat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat Permendagri tentang Laporan dan Evaluasi Pelaksanaan Tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat Namun dalam Proleg Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Diusulkan digabung menjadi Permendagri tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor.. Tahun.. Tentang Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat
MUATAN PP No 19 Tahun 2010 jo PP No 23 Tahun 2011 PERANGKAT GUBERNUR 1. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, secara operasional gubernur dibantu oleh sekretaris gubernur. 2. Sekretaris gubernur secara ex officio dijabat oleh sekretaris daerah provinsi. 3. Sekretaris gubernur dibantu oleh sekretariat dan tenaga ahli. 4. Sekretariat dipimpin oleh kepala sekretariat. 5. Susunan organisasi dan tata kerja sekretariat diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat persetujuan menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara. MUATAN RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT PERANGKAT GUBERNUR 1. Gubernur dalam menyelenggarakan tugas dan wewenang dibantu oleh perangkat gubernur. 2. Perangkat gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi. 3. Perangkat gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dipimpin oleh sekretaris gubernur. 4. Sekretaris daerah provinsi karena jabatannya ditetapkan sebagai sekretaris gubernur. 5. Perangkat gubernur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. 6. Perangkat gubernur terdiri atas sekretariat; dan paling banyak 5 (lima) unit kerja. 7. Sekretariat bertugas mendukung pelayanan administrasi keuangan, perencanaan, dan umum. 8. Unit kerja membantu pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat pada bidang: a. pemerintahan; b. hukum dan organisasi; c. keuangan dan administrasi pembangunan; d. perencanaan; dan e. pengawasan. 9. Sekretariat dan unit kerja dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi yang memiliki tugas dan fungsi bersesuaian. 10. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan perangkat gubernur sebagai wakil pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri setelah berkooardinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
MUATAN Permendagri 66 Tahun 2012 turunan dari PP No 19 Tahun 2010 jo PP No 23 Tahun 2011 KONSEP BENTUK PERANGKAT GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT
MUATAN Permendagri 66 Tahun 2012 turunan dari PP No 19 Tahun 2010 jo PP No 23 Tahun 2011 LANJUTAN..KONSEP BENTUK PERANGKAT GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT Pokja terdiri dari: Pokja Bidang Stabilitas Pemerintahan dan Politik Dalam Negeri; Pokja Bidang Penataan Wilayah dan Pembangunan Daerah; Pokja Bidang Penguatan Tata Kelola Pemerintahan; Pokja Bidang Penguatan Hubungan Pusat, Daerah dan Antar Daerah;dan Pokja Bidang Ketenteraman dan Perlindungan Masyarakat. Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Koordinator Pokja yang secara ex-officio dijabat oleh Staf Ahli Gubernur.
Konsep Perangkat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat (PERMENDAGRI TENTANG PELAKSANAAN RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT) (ASISTEN III)
PERANGKAT GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT Sekretariat menjalankan tugas kesekretariatan Perangkat Gubernur di bidang perencanaan, keuangan, dan umum. Asisten I membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang Pemerintahan. Asisten membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang hukum dan organisasi. Asisten III membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang keuangan. Bappeda membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang perencanaan. Inspektorat Provinsi membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang pembinaan dan pengawasan umum dan teknis penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
MUATAN PP No 19 Tahun 2010 jo PP No 23 Tahun 2011 KETENTUAN LAIN-LAIN TIDAK ADA Solusi Pembiayaan sementara saat ini MUATAN RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku juga bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Provinsi Aceh, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat dalam rangka penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan, sepanjang tidak diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai keistimewaan dan kekhususan daerah tersebut. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, pemerintah daerah dapat mengalokasikan pendanaan bagi pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat pada anggaran pendapatan belanja daerah paling lambat sampai dengan tahun anggaran 2018.
1. GUBERNUR = 24 ORG 2. WAKIL GUBERNUR = 7 ORG 3. BUPATI = 185 ORG 4. WAKIL BUPATI = 58 ORG 5. WALIKOTA = 49 ORG 6. WAKIL WALIKOTA = 20 ORG CATATAN: TERAKHIR BULAN AGUSTUS TAHUN 2017 WALIKOTA TEGAL DAN WALIKOTA SUMATERA UTARA
1. TAHUN 2018 (PILKADA SERENTAK 17 PROVINSI, 115 KABUPATEN, 39 KOTA) 2. TAHUN 2019 (PEMILIHAN PRESIDEN, ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPD DAN DPRD)
SEKIAN DAN TERIMA KASIH