KEDUDUKAN HUKUM KREDITUR SEPARATIS ATAS BENDA JAMINAN HAK ATAS TANAH DEBITUR PAILIT Oleh : Igung Surya Negara NPM : 1310121009 Pembimbing I : Dr. I Putu Budiartha, SH.,MH. Pembimbing II : Ni Gusti Ketut Sri Astiti, SH. ABSTRACT The debtor's bankruptcy is the debtor who has been declared bankrupt by a court decision. Construction fiduciary based jurisprudence is the delivery of trust property rights. The realm of jurisprudence delivery of this material known as constitum possessorium, which is a form submission where the goods delivered are allowed to remain in the possession of the party submitting. The formulation of the issues raised are (1) how creditors rights under the law guarantees and bankruptcy law? (2) How is the legal effect of the suspension of the execution of the object guarantee land rights for the secure creditor? Issues to be discussed will be assessed from the viewpoint of normative, normative legal research is legal research that examines the written laws of the various aspects, namely the theory, history, philosophy, comparative, structure, and composition, scope and content, consistency general description and article after chapter, formality and binding provisions of a law, as well as the legal language used. The results showed, that the right of creditors under the law guarantees and bankruptcy law that authorized the secure creditor rights holders collateral (especially the security rights and the rights of fiduciary) which has been granted by the Law of Guarantees (Article 15 in conjunction with Article 21 of the Act Mortgage and Article 14 in conjunction with Clause 27 Paragraph (3) of the Law Fiduciary) that can execute their rights without being affected by the bankruptcy, so it can be understood that the authority of the creditors separatists have been taken arbitrarily in bankruptcy law (Article 56 Paragraph (1) and Article 59 of Law No. 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment) and the authority of the separatist creditors replaced by a curator. The legal consequences suspension of execution on bankruptcy law also raises symbolize different things to the position and authority of the creditors rights separatists, which was originally a higher position than other creditors, having rights were separated and the right of precedence, with the postponement of the execution, then the position and authority of the secure creditor to be on par with unsecured creditors and authority replaced by a curator. Keywords: Creditors Separatists, Objects Security, Debtor Bankrupt PENDAHULUAN Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya. 1
Harta debitur dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan peraturan pemerintah. Dari sudut sejarah hukum, undang-undang kepailitan pada mulanya bertujuan untuk melindungi para kreditur dengan memberikan jalan yang jelas dan pasti untuk menyelesaikan utang yang tidak dapat dibayar. Pemberian utang atau kredit oleh kreditur dalam kedudukannya sebagai seorang perseorangan maupun badah hukum kepada debitur, sudah lazim terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Pada zaman sekarang ini jarang menemukan seorang pengusaha yang tidak menggunakan fasilitas uang (pinjaman atau kredit) dalam bentuk utang jangka pendek, jangka menengah maupun utang jangka panjang. Utang sudah merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia ekonomi, bisnis dan perdagangan. Perlindungan bagi Kreditur sebagai antisipasi apabila ternyata perusahaan debitur mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya sehingga tidak mampu membayar utang-utangnya, maka kreditur harus memperoleh kepastian bahwa hasil penjualan agunan atau hasil likuidasi atas harta kekayaan (aset) perusahaan debitur tersebut dengan melalui putusan pailit dari Pengadilan Negeri Niaga yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber pelunasan alfternatif. Tentunya dari hasil penjualan agunan atau likuidasi harta kekayaan perusahaan yang dinyatakan pailit dimungkinkan juga harta kekayaan penjamin (guanrator atau borg) sebagai pihak ketiga dapat dipergunakan sebagai sumber pelunasan hutang perusahaan (Debitur). Sumber pelunasan alternatif ini dalam dunia perbankan disebut second way out. Undang-undang kepailitan yang baik haruslah berdasarkan asas pemberian perlindungan yang seimbang bagi pihak kreditur maupun bagi debitur. Perlunya diberikan perlindungan hukum bagi kreditur karena kepentingan bagi debitur maupun kreditur tidak berbeda. Apabila ditinjau keduanya sama-sama mempunyai stake bolder. Kreditur yang mempunyai piutang tidak dapat ditagih akan membuat kreditur bangkrut. Kebangkrutan kreditur secara lebih lanjut dapat menimbulkan kerugian bagi para stake bolder. Apabila stake bolder yang menderita kerugian tersebut merupakan investorinvestor penting, maka akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan dunia perekonomian Indonesia. Perlindungan bagi Kreditur maupun Debitur yang dinyatakan pailit tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, sebagai hukum material yang didalamnya mengandung hukum formil. 2
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah hak kreditur menurut hukum jaminan dan hukum kepailitan? Bagaimanakah akibat hukum dari penangguhan eksekusi benda jaminan hak atas tanah bagi kreditur separatis? METODE PENELITIAN Tujuan penelitian dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah: a) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang hukum, b) Sebagai persyaratan akhir perkuliahan untuk bisa mencapai kelulusan untuk meraih gelar sarjana, c) Untuk meningkatkan kejelian mahasiswa dalam menghadapi sebuah kasus. Sementara tujuan khusus adalah a) mengetahui hak Kreditur menurut hukum jaminan dan hukum kepailitan dalam hal Debitur menyatakan pailit; dan b) Untuk mengetahui akibat hukum dari penangguhan eksekusi benda jaminan hak atas tanah bagi Kreditur separatis. Tipe penelitian yang digunakan untuk penyusunan skripsi ini adalah tipe penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, stuktur, dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan ketentuan mengikat suatu undang-undang, serta bahasa hukum yang digunakan. Bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum berasal dari Kitab Undang-Undang Perdata (BW), Kitab Hukum Acara Perdata HIR/RBG, Undangundang kepailitan, sedangkan bahan hukum sekunder adalah untuk mendapatkan bahan hukum sekunder dengan cara membaca buku-buku literatur, jurnal-jurnal hukum, karya para sarjana, surat kabar, serta Perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah kedudukan dan hak Kreditur separatis atas benda jaminan Debitur pailit. Bahan hukum tersier, merupakan sumber hukum penunjang bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia. Adapun metode pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah dengan metode pencatatan artinya bahan hukum yang dikumpulkan diklasifikasi sesuai dengan jenis bahan hukum yang digunakan seperti : teori-teori hukum, jurnal hukum dan 3
pandangan-pandangan ahli hukum, demikian juga dengan perundang-undangan yang terkait. Setelah bahan hukum yang dibutuhkan terkumpul, maka bahan hukum tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan bahan hukum secara sistematis yaitu argumentasi hukum berdasarkan logika deduktif dan induktif. Penyajiannya dilakukan secara deskriptif analisis yaitu suatu cara analisis bahan hukum yang dilakukan dengan menyusun secara sistematis kemudian diuraikan dalam bentuk skripsi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menurut Setiawan, hak separatis adalah hak yang diberikah oleh hukum kepada kreditur pemegang hak jaminan, bahwa barang jaminan (agunan) yang dibebani dengan hak jaminan (hak agunan) tidak termasuk harta pailit. Sedangkan menurut Elijana, kreditor separatis adalah kreditur yang tidak terkena akibat kepailitan, artinya parakreditur separatis tetap dapat melaksanakan hak-hak eksekusinya meskipun debiturnya telah dinyatakan pailit. Menurut J. Satrio, hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang. Hemat Salim berpendapat bahwa hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayara utangnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya. Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan semua krediturnya. Tujuan kepailitan adalah pembagian kekayaan debitur oleh kurator kepada semua kreditur dengan memperhatikan hak-hak mereka masingmasing. Adanya kewenangan kreditur pemegang hak jaminan dalam hukum jaminan sebagaimana ditentukan pada Pasal 14 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan Dengan Tanah dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia memberi kewenangan kepada kreditur pemegang hak jaminan untuk mengeksekusi benda jaminan jika debitur tidak dapat melakukan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan atas utangnya. 4
Menurut H. Salim HS hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk fasilitas kredit. Penundaan berarti penangguhan, apabila berbicara mengenai penangguhan eksekusi benda jaminan dalam Undang- Undang Kepailitan terhadap hak kreditor separatis menurut ketentuan hukum yang menentukan terjadinya keadaan status quo bagi debitur dan pihak kreditur yang disebut standstill atau automatic stay, biasanya diberikan oleh undang-undang bukan setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan, tetapi justru selama berlangsungnya pemerikaan pailit oleh pengadilan atau diberikan selama melakukan negosiasi antar debitur dan para kreditur dalam rangka restrukturisasi utang SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan sebelumnya pada pembahasan dari permasalahan yang diajukan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Hak kreditur menurut hukum jaminan dan hukum kepailitan yaitu kewenangan kreditor separatis pemegang hak jaminan (khususnya hak tanggungan dan hak jaminan fidusia) yang telah diberikan oleh Hukum Jaminan (Pasal 15 juncto Pasal 21 Undang-Undang Hak Tanggungan dan Pasal 14 juncto Pasa 27 Ayat (3) Undang-Undang Fidusia) yaitu dapat mengeksekusi haknya tanpa terpengaruh adanya kepailitan, sehingga dapat dipahami bahwa kewenangan kreditur separatis telah diambil secara sewenang-wenang dalam hukum kepailitan (Pasal 56 Ayat (1) dan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) dan kewenangan kreditur separatis tersebut digantikan oleh kurator. 2) Akibat hukum penangguhan eksekusi pada hukum kepailitan juga menimbulkan pemaknaan yang berbeda terhadap kedudukan dan kewenangan hak kreditur separatis, yang semula kedudukannya lebih tinggi dari kreditur lain, mempunuyai hak dipisahkan dan hak didahulukan, dengan adanya penangguhan eksekusi, maka kedudukan dan kewenangan kreditur separatis menjadi setara dengan kreditur konkuren dan kewenangannya digantikan oleh kurator. Saran Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disarankan agar : 1) Hendaknya pemerintah meninjau materi muatan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang untuk kemudian 5
mengajukan kepada lembaga legislatif dengan menghapus dan/atau tidak memberlakukan lagi ketentuan Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58 dan Pasal 59 undang-undang dimaksud yang mengatur tentang penangguhan eksekusi terhadap hak kreditur separatis. 2) Bagi akademisi dan praktisi hukum sebagai pengamat dalam dinamika hukum diharapkan tetap berperan aktif mengkaji dan menganalisis produk-produkl hukum yang dihasilkan oleh pemerintah, baik berupa perundang-undangan DAFTAR BACAAN Djazuli Bachtiar, 1995, Eksekusi Putusan Perkara Perdata Segi Hukum dan Penegakan Hukum, Edisi Revisi, Akademika Pressindo, Jakarta. Elijana, 1998, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Kepailitan, Makalah Dalam Seminar UU Kepailitan di Jakarta. Hemat Salim, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Satrio, 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. Citra aditya Bakti, Bandung. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Denpasar, Maret 2017 Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II (DR. I Nyoman Putu Budiartha, SH.,MH) (Ni Gusti Ketut Sri Astiti, SH.) NIP.19591231 199203 1 007 NIK. 230330125 6
7