BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Upaya bangsa unggas dalam mempertahankan populasinya, yaitu dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh:

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh :

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Untuk mendapatkan tujuan sebuah sistem, dibutuhkan suatu

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB II LANDASAN TEORI. berinteraksi dengan mudah dan interaksi dengan masyarakat umum juga menjadi

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

Dan untuk pemrograman alat membutuhkan pendukung antara lain :

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

MENGUKUR KELEMBABAN TANAH DENGAN KADAR AIR YANG BERVARIASI MENGGUNAKAN SOIL MOISTURE SENSOR FC-28 BERSASIS ARDUINO UNO

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB II DASAR TEORI. tertarik dalam menciptakan objek atau lingkungan yang interaktif.

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

Crane Hoist (Tampak Atas)

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penetas Telur Upaya bangsa unggas dalam mempertahankan populasinya, yaitu dengan bertelur. Telur tersebut kemudian ditetaskan, baik secara alami maupun buatan hingga melahirkan individu baru. (Farry B. Paimin, 2011:5) 1. Jenis Alat penetas Buatan. Dari berbagai alat penetas dapat dibedakan menjadi dua alat penetas berdasarkan dari cara penggunaannya, yaitu : a. Alat tetas konvensional Alat tetas konvensional merupakan alat penetas yang menggunakan sumber panas dari matahari dengan penyimpanan panas berupa sekam. Alat ini sudah sejak lama dikenal ditengah masyarakat. Sejarah konon alat ini pertama kali digunakan oleh penetas telur di daerah Bali yang kemudian penggunaannya mulai menyebar ke berbagai tempat. b. Mesin tetas/alat penetas telur Mesin tetas ini merupakan salah satu media yang berupa peti, lemari atau box dengan konstruksi yang sedemikian rupa sehingga panas di dalamnya tidak terbuang. Suhu di dalam peti/lemari/box dapat diatur sesuai ukuran derajat panas yang dibutuhkan selama periode penetasan.

6 Prinsip kerja penetasan telur dengan mesin tetas ini sama dengan induk unggas. Keberhasilan penetasan telur dengan mesin tetas akan tercapai bila memperhatikan beberapa perlakuan sebagai berikut. 1). Telur ditempatkan dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat. 2). Panas (suhu) dalam ruangan mesin tetas selalu dipertahankan sesuai dengan kebutuhan. 3). Telur dibolak-balik 3 kali sehari selama proses pengeraman. 4). Ventilasi harus sesuai agar sirkulasi udara di dalam mesin tetas berjalan dengan baik. 5). Kelembapan udara di dalam mesin tetas selalu dikontrol agar sesuai untuk perkembangan embrio di dalam telur. Dengan memperhatikan beberapa perlakuan tersebut, mesin tetas/alat penetas dapat dibedakan atas beberapa tipe sebagai berikut. 1). Berdasarkan penyebab adanya panas dalam ruangan. a). Alat penetas/mesin penetas dengan udara panas. b). Alat penetas/mesin penetas dengan air panas. 2). Berdasarkan sumber alat pemanas. a). Alat penetas dengan listrik (pemanas listrik). b). Alat penetas dengan lampu minyak. c). Alat penetas kombinasi (dengan pemanas listrik dan lampu minyak). 3). Berdasarkan cara pengaturan kelembapan udara. a). Alat penetas dengan cara kering (tidak dilengkapi dengan bak air). b). Alat penetas dengan cara basah (dilengkapi dengan bak air).

7 4). Berdasarkan cara penyediaan ruangan tempat peletakan telur. a). Alat penetas dengan tipe ruang kotak (menggunakan satu rak telur, sehingga telur yang dapat ditetaskan juga terbatas). b). Alat penetas dengan tipe ruang kabinet (menggunakan banyak rak sehingga dapat menampung telur yang cukup banyak). Syarat-syarat penetasan telur : a. Suhu dan perkembangan embrio Embrio dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu telur berada pada kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika suhunya kurang dari yang dibutuhkan. Suhu yang dibutuhkan untuk penetasan telur setiap unggas berbeda-beda. Suhu untuk perkembangan embrio dalam telur ayam antara 38,33O-40,55O C ( 101O-105O F), itik 37,78O-39,45O C (100O-103O F), puyuh 39,5O C (102O F) dan walet 32,22O-35O C (90O-95O F). Untuk itu, sebelum telur tetas dimasukan ke dalam bok penetasan suhu ruang tersebut harus sesuai dengan yang dibutuhkan. (Farry B. Paimin, 2011:15) b. Kelembapan. Selama penetasan berlangsung, diperlukan kelembapan udara yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio, seperti suhu dan kelembapan yang umum untuk penetasan telur setiap jenis unggas juga berbeda-beda. Bahkan, kelembapan pada awal penetasan berbeda dengan hari-hari selanjutnya. Kelembapan untuk telur pada saat awal penetasan sekitar 52%-55% dan menjelang menetas sekitar 60%-70%, itik pada minggu pertama 70% dan minggu selanjutnya 60%-65%, puyuh minggu

8 pertama 55%-70% selanjutnya 65% dan walet 65%-70% pada setiap minggunya. (Farry B. Paimin, 2011:16) c. Ventilasi Dalam perkembangan normal, embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori-pori kerabang telur. Untuk itu, dalam pembuatan alat penetas telur/mesin tetas harus diperhatikan cukup tidaknya oksigen yang ada dalam bok/ruangan, karena jika tidak ada oksigen yang cukup dalam bok/ruangan dikhawatirkan embrio gagal berkembang. (Farry B. Paimin, 2011:17). d. Waktu Penatasan Telur Penetasan telur itik biasanya diperlukan waktu sekitar 21-23 hari untuk itik menetas, pembagian waktu dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Hari ke 1 memasukan telur dalam alat penetas. 2. Hari ke 2 membiarkan telur tetap di dalam bok tanpa perlakuan 3. Hari ke 3 mulai melakukan pembalikan telur setelah telur berada dalam bok selama 48 jam, pembalikan dilakukan 3 kali dalam 1 hari. 4. Hari ke 4 sampai hari ke 18 telur masih tetap di beri pembalikan. (pada hari ke 7, 13 da hari ke 17 dilakukan peneropongan guna menyeleksi telur yang baik dan yang buruk) 5. Hari ke 19 tidak lagi dilakukan pembalikan dan telur sedikit di basuhi atau disemprotkan air pada permukaan cangkangnya agar cangkang menjadi lunak ini dilakukan sampai telur mulai menetas. 6. Hari ke 20 sampai hari ke 22 telur sudah menetas dan anak tetas segera dipindahkan ke wadah lain.

9 2.2 Sensor Secara umum sensor didefenisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal elektrik baik arus listrik ataupun tegangan. Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor untuk menghasilkan sinyak elektrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan magnet cahaya, pergerakan dan sebagainya. Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarannya. Karakteristik sensor suhu ditentukan dari sejauh mana sensor tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi setiap perubahan suhu yang ingin dideteksinya. Kemampuan mendeteksi perubahan suhu meliputi : 1. Sensitivitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor terhadap suhu yang dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi perubahan suhu, meskipun kenaikan suhu tersebut sangan sedikit. Sebagai gambaran sebuah inkubator bayi yang dilengkapi dengan sensor yang memiliki sensitivitas yang tinggi. 2. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk memberikan respon terhadap suhu yang dideteksinya. Semakin cepat waktu respon dan waktu recovery maka semakin baik sensor tersebut.

10 3. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten memberikan besar sensitifitas yang sama terhadap suhu serta seberapa lama sensor tersebut dapat terus digunakan. 2.1.1 Sensor Suhu IC LM35 Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga memiliki keluaran impedansi yang rendah dan liniearitas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetap yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 μa hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (selfheating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 o C pada suhu 20 o C. Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap 1 o C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mv. Pada penempatannya LM35 dapat ditempel dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhnya sedikit berkurang sekitar 0,01 o C

11 karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya. Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antena dan penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan menggunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35 : 1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mvolt/ o C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius. 2. Memiliki ketetapan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5 o C pada suhu 25 o C. 3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 o C sampai +150 o C. 4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 Volt. 5. Memiliki arus rendah yaitu 60 μa. 6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 o C pada udara diam. 7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 ma. 8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ o C.

12 2.1.2 Prinsip Kerja Sensor LM35 Gambar 2.1 Gambar Sensor LM35 Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 o C akan menunjukkan tegangan sebesar 10 mv. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 o Ckarena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu disekitarnya. Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antena penerima dan simpangan didalamnya juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan demikian metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan. Maka dapat disimpulkan prinsip kerja sensor LM35 sebagai berikut :

13 1. Suhu lingkungan dideteksi menggunakan bagian IC yang peka terhadap suhu 2. Suhu lingkungan ini diubah menjadi tegangan listrik oleh rangkaian di dalam IC, dimana perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tegangan output. 3. Pada seri LM35 Vout = 10 mv/ o C Tiap perubahan 1 o C akan menghasilkan perubahan tegangan output sebesar 10 mv. 2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Sensor LM35 Kelebihan : a. Rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai + 150 o C b. Low self-heating, sebesar 0,08 o C c. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V d. Rangkaian tidak rumit e. Tidak memerlukan pengkondisian sinyal Kelemahan : Membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi 2.3 Relay Relay adalah saklar elektronik yang dapat membuka atau menutup rangkaian dengan menggunakan kontrol dari rangkaian elektronik lain. Sebuah relay tersusun atas kumparan, pegas, saklar (terhubung pada pegas) dan 2 kontak elektronik (normally close dan normally open).

14 a. Normally close (NC) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay tidak aktif atau dapat dikatakan saklar dalam kondisi terbuka. b. Normally open (NO) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay aktif atau dapat dikatakan saklar dalam kondisi tertutup. Berdasarkan pada prinsip dasar cara kerjanya, relay dapat bekerja karena adanya medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Saat kumparan diberikan tegangan sebesar tegangan kerja relay maka akan timbul medan magnet pada kumparan karena adanya arus yang mengalir pada lilitan kawat. Kumparan yang bersifat sebagai elektromagnet ini kemudian akan menarik saklar dari kontak NC ke kontak NO. Jika tegangan pada kumparan dimatikan maka medan magnet pada kumparan akan hilang sehingga pegas akan menarik saklar ke kontak NC. Relay yang digunakan pada rangkaian ini memiliki spesifikasi SRU 12 VDC- SL-C. Jumlah pin pada relay ada 5 dan bertegangan kerja 12 VDC. Kemampuan arus yang dapat dilewatkan kontaktor adalah 10A pada tegangan 250VAC, 15A pada tegangan 120VAC, dan 10A pada tegangan 30VDC. Gambar 2.2 Bentuk Fisik Relay

15 Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu : 1. Elektomagnet (Coil) 2. Armature 3. Switch Contact Point (Saklar) 4. Spring Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian relay : Gambar 2.3 Struktur Sederhana Relay Berdasarkan gambar diatas, sebuah besi (iron core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila kumparan coil diberikan arus listrik, maka timbul gaya elektromagnet yang kemudian menarik armature untuk berpindah dari posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi saklar yang dapat menghantarkan arus listrik diposisi barunya (NO). Posisi dimana armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi open atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, armature akan kembali lagi ke posisi awal (NC). Coil yang digunakan oleh relay untuk menarik contact poin ke posisi close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

16 Bagaimana relay memanfaatkan prinsip elektromagnetik sehingga relay dapat berfungsi sebagai saklar? Katika ada arus lemah yang mengalir melalui kumparan, inti besi lunak akan menjadi magnet. Setelah menjadi magnet, inti besi tersebut menarik jangkar besi lunak sehingga kontak saklar akan terhubung dan arus listrik kuat dapat mengalir. Kontak saklar akan terputus jika arus lemah yang masuk melalui kumparan diputuskan. Pada relay terdapat dua buah rangkaian yang terpisah. Rangkaian pertama adalah rangkain yang menghubungkan arus lemah dengan elektromagnetik pada relay. Rangkaian kedua adalah yang memanfaatkan kontak saklar pada relai untuk memutuskan atau menghubungkan arus listrik kuat yang terhubung dengan alat listrik lainnya, seperti motor listrik atau lampu. Gambar 2.4 Gambar Rangkaian pada Relay 2.4 Resistor Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).

17 Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Waktu penulis masuk pendaftaran kuliah elektronika, ada satu test yang harus dipenuhi yaitu iharuskan tidak buta warna. Belakangan baru diketahui bahwa mahasiswa elektronika wajib untuk bisa membaca warna gelang resistor (barangkali). Gambar 2.5 Bentuk Fisik Resistor 2.5 IC Regulator 7805 Untuk menstabilkan tegangan DC (+) dan tegangan DC (-) dari catu daya utama sebelum mensupplay rangkaian maka perlu digunakan regulator dengan memasang IC regulator tipe 78xx dan 79xx agar tegangan outputnya sesuai dengan kebutuhan rangkaian.

18 Gambar 2.6 Jenis IC Regulator 2.6 Transistor BC547 Transistor merupakan salah satu komponen elektronika yang banyak sekali dipakai di dunia industri. Transistor yang umum dipakai memiliki 3 (tiga) metode kerja yaitu : a. Cut Off adalah kondisi dimana transistor tidak mengalirkan arus listrik b. Saturasi adalah kondisi dimana transistor tepat mengalirkan arus listrik c. Aktif adalah kondisi dimana transistor bisa disebut sebagai penguat Transistor BC4547 merupakan transistor NPN yang digunakan untuk switching agar mengatifkan kontak relay dan relay tersebut akan memberikan kontak pada motor dc. Proses switch ini sama halnya dengan transistor BC107.

19 Gambar 2.7 Komponen Transistor BC47 2.7 Lampu Pijar Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi. Digunakannya lampu pijar disini karena penulis mengganggap pancaran cahaya lampu pijar lebih merata dari pada menggunakan heater / pemanas, serta bila dihitung secara ekonomis lampu pijar lebih mudah di dapat dan murah harganya dari pada heater / pemanas. Gambar 2.8 Lampu Pijar 2.8 Power Supplay

20 Power Supplay dalam bahasa indonesia Pencatu Daya adalah perangkat keras yang berguna untuk menyuplai/memberi tegangan listrik langsung ke komponen yang membutuhkan tegangan. Cara kerja Power Supplay ialah disaat kita menekan tombol power casing, yang akan terjadi adalah power supplay akan melakukan cek dan tes sebelum membiarkan sistem berjalan. Apabila pengetesan sudah berhasil, power supplay mengirim sinyal khusus pada motherboard yang dinamakan dengan power good. 2.9 Arduino Nano Arduino Nano adalah sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada ATmega328. Arduino Nano mempunyai 14 pin digital input/output (6 di antaranya dapat digunakan sebagai luaran PWM), 6 masukan analog, sebuah osilator Kristal 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack, sebuah ICSP header, dan sebuat tombol reset. Arduino Nano memuat semua yang dibutuhkan untuk menunjang mikrokontroler, mudah menghubungkannya ke sebuah komputer dengan sebuah kabel USB atau mensuplainya dengan sebuah adaptor AC ke DC atau menggunakan baterai untuk memulainya. Setiap 14 pin digital pada Arduino Nano dapat digunakan sebagai masukan dan luaran, menggunakan fungsi pinmode(), digitalwrite(), dan digitalread(). Fungsi-fungsi tersebut beroperasi di tegangan 5 Volt. Setiap pin dapat memberikan atau menerima suatu arus maksimum 40 ma dan mempunyai sebuah resistor pull-up (terputus secara default) 20-50 kohm. Arduino Nano mempunyai 6 masukan analog, diberi label A0 sampai A5, setiapnya memberikan 10 bit resolusi (contohnya 1024 nilai yang berbeda). Secara default, 6 masukan analog tersebut mengukur dari ground sampai tegangan 5 Volt, dengan itu mungkin

21 untuk mengganti batas atas dari rangenya dengan menggunakan pin AREF dan fungsi analogreference(). Gambar 2.9 Arduino Nano 2.10 Liquid Crystal Display (LCD) LCD merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan tugas akhir ini karena LCD dapat menampilkan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh pemakai. LCD mempunyai kemampuan untuk menampilkan tidak hanya angka, huruf abjad, kata-kata tapi juga simbolsimbol. Jenis dan ukuran LCD bermacam-macam, antara lain 2x16, 2x20, 2x40, dan lain-lain. LCD mempunyai dua bagian penting yaitu backlight yang berguna jika digunakan pada malam hari dan contrast yang berfungsi untuk mempertajam tampilan. Gambar 2.10 Bentuk Fisik LCD 2x16 karakter Untuk keperluan antar muka suatu komponen elektronika dengan mikrokontroler, perlu diketahui fungsi dari setiap kaki yang ada pada komponen tersebut:

22 Tabel 2.1 Fungsi Pin LCD NO NAMA FUNGSI PIN 1 VSS GND 2 VDD Supply tegangan +5V 3 VLC Tegangan Kontras LCD 4 RS L = input instruksi, H = input data 5 R/W L = tulis data dari MPU ke LCM, H = baca data dari LCM ke MPU 6 E Enable Clock 7 DB0 Data Bus Line 8 DB1 Data Bus Line 9 DB2 Data Bus Line 10 DB3 Data Bus Line 11 DB4 Data Bus Line 12 DB5 Data Bus Line 13 DB6 Data Bus Line 14 DB7 Data Bus Line 15 Anoda Tegangan positif backlight 16 Katoda Tegangan negatif backlight Penjelasan dari Fungsi di setiap kaki pada pin LCD yaitu : 1. Kaki 1 (VCC) : Kaki ini berhubungan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan untuk sumber daya. 2. Kaki 2 (GND) : Kaki ini berhubungan dengan tegangan 0 volt (Ground). 3. Kaki 3 (VEE/VLCD) : Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada cermet. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt. 4. Kaki 4 (RS) : Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke Register Data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke Register Perintah, logika dari kaki ini adalah 0.

23 5. Kaki 5 (R/W) : Logika 1 pada kaki ini menunjukan bahwa modul LCD sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukan bahwa modul LCD sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke Ground. 6. Kaki 6 (E) : Enable Clock LCD, kaki mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada kaki ini diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data. 7. Kaki 7 14 (D0 D7) : Data bus, kedelapan kaki LCD ini adalah bagian di mana aliran data sebanyak 4 bit ataupun 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan data. 8. Kaki 15 (Anoda) :Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight LCD sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk LCD yang memiliki backlight) 9. Kaki 16 (Katoda) : Tegangan negatif back light LCD sebesar 0 volt (hanya terdapat pada LCD yang memiliki backlight).