BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci : Timbulan sampah, proportional stratified random sampling, Kelurahan Bantan.

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

ANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

BAB I PENDAHULUAN I.1

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I- 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

BAB 1 PENDAHULUAN. seutuhnya sudah tentu tidak lepas dari tujuan agar kehidupan manusia itu terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB III STUDI LITERATUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA DI KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT

Kajian Timbulan Sampah Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis 3R Studi Kasus RW 17 Kelurahan Cilengkrang Kabupaten Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN VOLUME SAMPAH DI KOTA KEDIRI ( Lokasi TPA Klotok )

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

Potensi Daur Ulang dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo

DESAIN DAN PEMBANGUNAN RUMAH KOMPOS KANTOR BPPT JAKARTA

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

PRODUK DAUR ULANG LIMBAH

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

Studi Timbulan Komposisi Dan Karakteristik Sampah Domestik Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB III METODE PERENCANAAN

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA BLURU KIDUL RW 11 KECAMATAN SIDOARJO

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Karakteristik dan Komposisi Sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Kota Ternate dan Alternatif Pengelolaannya

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

Timbulan dan Pengurangan Sampah di Kecamatan Klojen Kota Malang

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Kabupaten Tabanan, Peran serta masyarakat, pengelolaan sampah, TPS 3R

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN KONSEP PERENCANAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KALIORI SEBAGAI WISATA EDUKASI

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PERUMAHAN TAVANJUKA MAS

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Transkripsi:

BioLink Vol. 3 (1) Juli 2016 p-issn: 2356-458X e-issn: 2550-1305 BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink PENETAPAN BOBOT TIMBULAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI TIGA LINGKUNGAN DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN Determination Of Load Waste Households In Three Environments In The Chilling Supply District Medan Construction Medan City Zakki Rizkiyah 1, Meida Nugrahalia 2, Rosliana Lubis 3 1&3)Fakultas Biologi, Universitas Medan Area. 2)Prodi Biologi, FMIPA Universitas Negeri Medan Jalan Kolam No. 1 Medan Estate 20223 *Corresponding author: E-mail: biolink_redaksi@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui berapa banyak timbulan sampah yang dihasilkan baik organik maupun anorganik dilakukan perhitungan timbulan ampah di Kelurahan Bantan. Tipe penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel propotional stratified random sampling. Dari data yang dihimpun dilakukan perhitungan rata-rata timbulan sampah per jiwa per hari dan presentae komposisi. Hasil penelitian ditemukan bahwa bobot rata-rata timbulan sampah lingkungan IX adalah 0,30Kg/jiwa/hari, lingkungan XI 0,37Kg/jiwa/hari dan lingkungan XII 0,343Kg/jiwa/hari. Presentase komposisi sampah organik pada lingkungan IX yaitu 57% sedangkan sampah anorganik 43%, lingkungan XI 54% sampah organik dan 46% untuk sampah anorganik dan lingkungan XII 54% sampah organik sedangkan sampah anorganik 46%. Bobot rata-rata timbulan sampah untuk rumah tangga berpendapatan tinggi 1,03Kg/jiwa/hari, sedang 0,99Kg/jiwa/hari dan rendah 1,3Kg/jiwa/hari. Presentase bobot timbulan sampah yang dihasilkan rumah tangga berpendapatan tinggi di lingkungan IX, XI, XII, berturut-turut 32%, 37%, 31%. Rumah tangga berpendapatan sedang di lingkungan IX, XI, XII berturut-turut 33%, 35%, 34%. Sedangkan untuk rumah tangga berpendapatan rendah dilingkungan IX 31%, lingkungan XI 35% dan lingkungan XII 34%. Kata kunci : Timbulan sampah, Propotional, Stratified Random Sampling, Kelurahan Bantan Abstract This reseach aims was to find out how much of the total solid waste generated both organic and inorganic solid waste weight calculation is done in the village Batan. This type of research is descriptive research with sampling propotional stratified random sampling method. From the data obtained is then perfomed calculation of average waste generation per capita per day, and presentage of the composation. Result of the study found that the average weight of waste generation on the Linkungan IX 0,30 Kg/soul/day, Lingkungan XI 0,37 Kg/soul/day and the Lingkungan XII 0,343 Kg/soul/day. The perecentage compotition of the organic waste of the Lingkungan IX at 57% and 43% inorganic waste, Lingkungan XI 54% organic and 40% for inorganic waste and Lingkungan XII where as 54% of organic waste inrganic 46%. Average weigth of waste to high-income households 1,03 Kg/soul/day, was 0,99 Kg/soul/day and allow 1:03 Kg/soul/day. The perecentage weigth of waste product by high-income households the Lingkungan IX, XI, XII respect tively 32%, 37%, 31%. Modereta income households in the Lingkungan IX, XI, XII respect tively 33%, 35%, 34%. Are for low-income households in the Lingkungan IX 31%,35% Lingkungan XI and XII 34%. Keywords : Waste generation, Stratified Random Sampling, Village Bantan How to Cite: Rizkiyah, Z, Nugrahalia, M., Lubis, R., (2016), Penetapan Bobot Timbulan Sampah Rumah Tangga Di Tiga Lingkungan Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Kota Medan, BioLink, Vol. 3 (1), Hal: 65-74 65

Rizkiyah, Z., dkk, Penetapan Bobot Timbulan Sampah Rumah Tangga di Tiga Lingkungan di PENDAHULUAN Sampah merupakan masalah klasik yang sampai saat ini sulit untuk ditangani. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi dan mengelohah sampah menjadi produk daur ulang yang dapat dimanfaatkan kembali. Peningkatan timbulan sampah merupakan konsekuensi dari adanya peningkatan aktivitas manusia seiring peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini. Pengelolahan sampah disebagian besar kota yang ada di Indonesia masih menimbulkan permasalahan yang sulit dikendalikan. Timbulan sampah yang tidak terkendali terjadi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas manusia dan industrialisasi, yang kemudian berdampak pada permasalahn lingkungan perkotaan seperti keindahan kota, kesehatan masyarakat, dan lebih jauh lagi terjadinya becana (ledakan gas metan, tanah longsor, penceramaran akibata pembakaran terbuka dan lainlain) (Balitbang-SU,2009). Sampah yang tidak dikelolah dengan baik akan mencemari lingkungan dan sebagai sumber penyakit yang pada gilirannya akan menghambat gerak laju ekonomi masyarakat. Menurut Rohmawati,et. al (2009), sampah organik yang belum termanfaatkan secara optimal masih banyak terdapat disekitar kita terutama dilingkungan rumah tangga misalnya sampah hasil sampigan rumah tangga, sampah dedaunan dan ranting-ranting kering. Hal tersebut nyata terlihat di Kelurahan Bantan. Sampah dari rumah tinggal merupakan sampah hasil dari kegiatan atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah 66 domestik. Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton atau dus,kain, kayu, kaca, daun, logam, dan kadang-kadng sampah berukurah besar seperti dahan pohon. Berdasarkan hasil penelitian Balitbang-SU (2009), pada umumnya masyarakat membuang sampah organik lebih besar dari 1.5 kg tiap harinya per rumah tangga. Kurangnya sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah daerah dan penyuluhan kepada masyarakat maka pembuangan sampah dilakukan masyarakat disembarangan tempat sehingga banyak menimbulkan timbulan-timbulan sampah yang memperburuk kondisi lingkungan terutama estetika kota. Berdasarkan data kependudukan dan catatat sipil Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan memiliki wilayah terluas dari 6 kelurahan lainnya yang ada di Kecamatan Medan Tembung yaaitu 1,51 Km2, 19,36% dari luas Kecamatan Medan Tembung dengan jumlah penduduk 34.475 jiwa, jumlah kepala keluarga 6.178 KK dan kepadatan penduduk 16.452 Km2. Sampel diperoleh dari 3 (tiga) lingkungan yaitu IX, XI, dan XII yang merupakan pemukiman padat penduduk jika dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti mengambil dan objek penelitian timbulan sampah yang berasal langsungdari sumber sampah yaitu rumah tangga. Saat ini sistem penanganan sampah dari rumah tangga yang hampir dilakukan di seluruh kelurahan masih sama yaitu belum adanya pemilihan antara sampah organik dan anorganik.

BioLink Vol. 3 (1) Juli 2016: 65-74 Sampah yang dihasilkan dari setiap rumah tangga langsung dijadikan satu di bak sampah tanpa ada pemilihan terlebih dahulu. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut diatas diperlukan suatu kejadian pengelolahan sampah sehingga diharapkan nantinya semua sumber timbulan sampah dapat diatasi dengan baik sekaligus dapat diketahui potensi yang ada dari timbulan sampah tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2014. Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik yaitu di Lingkungan IX, Lingkungan XI dan Lingkungan XII Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung. Adapun bahan yang digunakan sampah rumah tangga dari kelurahan Bantan di Lingkungan IX, Lingkungan XI dan Lingkungan XII. Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kantong plastik, timbangan manual, notebook, pulpen, pensil, sarung tangan, masker dan alat dokumentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Tipe penelitian deskriptif pada umumnya tidak memerlukan hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidakperlu merumuskan hipotesis (Arikunto,1998). Teknik pengambilan sampel dilapangan untuk rumah tangga yakni pengambilan sampel dilakukan dengan cara propotional stratified random sampling, yaitu sampel rumah tangga yang ditentukan secara acak berdasarkan strata pendapatan rumah tangga. Rumah tangga dibagi dalam tiga strata yaitu rumah tangga pendapatan tinggi, sdang dan rendah, sampel untuk 67 masing-masing strata diambil secara acak. Pembagian rumah tangga kedalam tiga strata karena masing-masing strata diperkirakan memiliki rata-rata timbulan sampah yang berbeda sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih representatif. Penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) hari berturut-turut gua menggambarkan fluktuasi harian yang ada. Sampel diperoleh dari tiga Lingkungan di Kelurahan Bantan yaitu Lingkungan IX, XI dan XII yang merupakan pemukiman padatpenduduk dengan mayoritas rumah tangga dibandingkn dengan lingkungan lainnya di Kelurahan Bantan. Berdasarkan Data Kependudukan Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2012 jumlah penduduk Lingkungan IX adalah 884 KK dengan 4.250 jiwa, Lingkungan XI 587 KK dengan 3.312 jiwa dan lingkungan XII 789 KK dengan 4.060 jiwa. Untuk mentukan jumlah sampel rumah tangga (domestik) dimasing-masing mengunakan rumus : Dari Jumlah sampel rumah tangga (K)ditemukan jumlah sampel setiap strata rumah tangga dengan cara sebagai berikut : a. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan tinggi = 25% x K b. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan sedang = 30% x K c. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan rendah = 45% x K Dari hasil perhitungan, jumlah sampel untuk Lingkungan IX yaitu 13

Rizkiyah, Z., dkk, Penetapan Bobot Timbulan Sampah Rumah Tangga di Tiga Lingkungan di KK, Lingkungan XI 11 KK, Lingkungan XII 13 KK. Prosedur Kerja Teknik pengukuran timbulan sampah yakni setelah lokasi pengambilan sampel ditentukan, kebutuhan tenaga kerja dan peralatan sudah dipersiapkan maka dilakukan pengukuran timbulan sampah denan cara sebagai berikut : 1. Jumlah unit masing-masing timbulan sampah ditentukan 1 hari sebelum pengukuran sekaligus melakukan wawancara kepada penghasil timbulan tersebut. 2. Timbulan sampah dipilah menjadi sampah organik dan sampah anorganik yang kemudian dimasukan kedalam kantong plastik yang sudah disediakan untuk dilakukan pengukuran bobot untuk masingmaing jenis sampah, kemudian dicatat hasil pengukurannya. 3. Seluruh sampah organik dan anorganik yang telah dilakukan pengukuran dikembalikan kewadah sampah untuk diangkut oleh mobil angkut sampah. 4. Hasil pengukuran yang telah diperoleh, dilakukan perhitungan untuk mengetahui rata-rata timbulan sampah organik dan anorganik yang terdapat dimasing-masing lingkungan serta perbandingan timbulan sampah yang dihasilkan oleh strata rumah tangga yag berbeda. Untuk penghitungan besaran timbulan sampah berpedoman pada SK SNI M-36-1991-03 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan meliputi volume rata per jiwa per hari atau berat rata-rata per jiwa per 68 hari dan persen berat sampah perkomponen. Masing-masing perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN Data Timbulan Sampah Pengumpulan data hasil penelitian tentang timbulan sampah untuk tiga lingkungan yang menjadi lokasi penelktian di Kelurahan Bantan dibagi berdasarkan strata pendapatan, hal ini karena masing-masing strata memiliki rata-rata timbulan sampah yang berbeda sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih representatif. Adapun data timbulan sampah berdasarkan strata pendapatan tersebut, yaitu (Arti,2011) : a. Data timbulan sampah rumah tangga berpendapatan tinggi. Data timbulan sampah rumah tangga berpendapatan tinggi merupakan data yang diambil dari keluarga atau rumah tangga yang tingkat pendapatannya diatas Rp.7.500.000,- /bulan. b. Data timbulan sampah rumah tangga berpendapatan sedang. Data timbulan sampah rumah tangga berpendapatan sedang merupakan data yang diambil dari keluarga atau

rumah tangga yang tingkat pendapatannya Rp. 1.000.001 sampai dengan Rp. 7.500.000,-/BULAN. c. Data timbulan sampah rumah tangga berpendapatan rendah. Data timbulan sampah rumah tangga berpendapatan rendah merupakan data yang diambil dari keluarga atau rumah tangga yang tingkat pendapatannya sampai dengan Rp. 1.000.000,-/bulan. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh setiap jiwa dalam sehari BioLink Vol. 3 (1) Juli 2016: 65-74 untuk masing-masing lingkungan dihitung menggunakan sampel sebanyak 13 rumah yang terdiri dari 68 jiwa untuk lingkungan IX, 11 rumah yang terdiri dari 49 jiwa untuk lingkungan XI dan 13 rumah yang terdiri atas 60 untuk lingkungan XII. Hasil pengumpulan data tentang timbulan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga untuk masing-masing lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 1. Timbulan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga untuk masing-masing lingkungan Lingkungan Jumlah Sampel Sampah Organik (Kg/jiwa/hari) Sampah Anorganik (Kg/jiwa/hari) IX 68 0,17 0,13 0,30 Total XI 49 0,20 0,17 0,37 XII 60 0,186 0,157 0,343 Dari tabel diatas terlihat bahwa timbulah sampah untuk lingkungan XI rata-rata timbulan sampah untuk adalah 3.312 jiwa x 0,37 Kg/jiwa/hari lingkungan IX adalah 0,30 Kg/jiwa/hari. Jika dikatkan antara jumlah penduduk dengan rat-rata timbulan sampah per jiwa per hari maka didapat prediksi besaran timbulan sapah perharinya untuk setiap lingkungan. Berasarkan data kelurahan Bantan untuk jumlah penduduk lingkungan IX adalah 4.250 jiwa, dari jumlah penduduk tersebut maka dapat diprediksibahwa besaran timbulan sampah di lingkungan yaitu 1.225,44 kg/hari atau setara dengan 1,225 ton per hari untuk lingkungan XII adalah 4.060 jiwa x 0,0343 kg/jiwa/hari yaitu 1.392,58 kg/hari atau setar dengan 1,392 ton per hari. Perbandingan untuk presentase jumlah tmbulan sampah organik dan anorganik yang dihasilkan oleh sampel rumah tangga di tiga lingkunan dapat dilihat pada diagram berikut : IX adalah 4.250 jiwa x 0,30 Kg/jiwa/hari yaitu 1.275 Kg/hari setara dengan 1,275 ton per hari. Sedangkan besaran 69

Rizkiyah, Z., dkk, Penetapan Bobot Timbulan Sampah Rumah Tangga di Tiga Lingkungan di 60% 40% 20% 0% L.IX L.XI L.XII Organik Anorganik Gambar 2. Diagram Prensentase Timbulan Sampah Organik dan Anorganik Dari diagram diatas tersebut terlihat bahwa pada tiga lingkungan prensentase sampah organik tampak lebih dominan dbandingkan dengan sampah anorganik, seperti pada lingkungan IX persentase untuk sampah organik yaitu 57% sedangkan sampah anorganik 43% untuk sampah anorganik dan lingkungan XI 54%untuk sampah organik dan46% untuk sampah anorganik dan lingkungan XII 54% untuk sampah organik sedangkan sampah anorganik 46%. hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya sebagian besar masyarakat cenderung menkonsumsi makanan olahan sendiri sehingga sampah organik yang terdapat pada timbulan sampah berupa sampah dapur seperti sampah sisa makanan, amapas kelapa, kulit telur dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sumber sampah anorganik pada timbulan disebabkan sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok belanja setiap hari dan sebagian besar tidak membawa tempat belanjaan, hal ini meningkatkan potensi timbulan sampah plastik, selain itu budaya masyarakat yang cenderung konsumtif membeli makanan kemasan yang kemasannya tidak dipergunakan kembali seperti kemasan susu balita, minuman botolan atau kaleng, kemasan mie instan, dan sebagainya. Potensi sampah kota pada masamasa yang akan datang akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi tingkat masyarakat dan meningkatnya kesejahteraan (Nas et al,2004). Data hasil pengukuran dan perhitungan terhadap timbulan sampah untuk setiap strata pendapatan rumah tangga yang menjadi sampel diperoleh hasil seperti pada tabel berikut : 70

BioLink Vol. 3 (1) Juli 2016: 65-74 Tabel 2. Rata-rata Timblan Sampah Untuk Setiap Sumber Timbulan Berdasarkan Strata Pendapatan Rumah Tangga Rata-rata Timbulan Sampah (Kg/jiwa/hari) Strata pendapatan Lingkungan Lingkungan Lingkungan IX XI XII Total Tinggi 0,33 0,38 0,32 1,03 Sedang 0,33 0,34 0,32 0,99 Rendah 0,32 0,36 0,35 1,03 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan oleh masing-masing strata pendapatan tidak berbeda jauh, yaitu untuk erpendaopatan tinggi 1,03 Kg/jiwa/hari, sedang 0,99 Kg/jiwa/hari dan rendah 1,03 Kg/jiwa/hari. Dinas kebersihan Kota Medan (2008) menyatakan hal ini dapat dikarenakan timbulan sampah rumah tangga tergantung pada mobilitas masyarakat yang cenderung sama, seperti pekerja bagi strata pendapatan tinggi dan rendah yaitu kebanyakan dari mereka membiayai kehidupan mereka dengan berdagang. Pola penyediaan kebutuhan hidup sangat banyak, hal ini terlihat dari banyaknya sarana aktivitas ekonomi masyarakat dan jenisnya bervariasi dan dapat dijangkau oleh seluruh kalangan, seperti banyaknya kedai dan warung, minimarket maupun supermarket didaerah tersebut. Dimana jumlah ratarata tersebut juga berpengaruh pada jumlah jiwa yang ada pada setia rumah tangga. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan hal serupa juga terlihat di Kelurahan Bantan. Total rata-rata perbandingan timbulan sampah per jiwa per hari di tiga lingkungan untuk sumber sampah berdasarkan strata rumah tangga yaitu pendapatan tinggi untuk lingkungan IX, XI, XII berturutturut adalah 32%, 37%, 34%. Rumah tangga berpendapatan sedang di lingkungan IX, XI, XII. Berturut-turut adalah 33%, 35%, 34%. Sedangkan untuk rumah tanggaberpendapatan rendah di lingkungan IX 31%, lingkungan XI 35%, dan lingkungan XII 34%. Hasil perhitungan persentase tersebut diperoleh dari jumlah rata-rata timbulan sampah dibagi jumlah jiwa disetiap sampel rumah tangga masingmasing strata rumah tangga. Perbedaan yang tidak signifikan disebabkan jumlah untuk sampel rumah tangga dan anggota keluarga masing-masing strata yang berbeda sehingga pebandingan terhadap timbulan sampah tersebut tidak memiliki perbandingan yang signifikan. KONDISI TEKNIS OPERASIONAL SAMPAH KELURAHAN BANTAN Perwadahan Sampah. Perwadahan merupakan suatu cara penamungan ampah sementara ddisumbernya baik individual maupun komunal. Ada beberapa tujuan dilakukan perwadahan ini, yaitu memudahkan pengumpulan dan pengangkutan, mengatasi timbulnya dari bau busuk dan menghindari perhatian dari binatang, menghindari hujan dan perampuran sampah (Yones,2007). 71

Rizkiyah, Z., dkk, Penetapan Bobot Timbulan Sampah Rumah Tangga di Tiga Lingkungan di Untuk saat ini, perwadahan sampah yang dilakukan untuk sebagian masyarakat Kelurahan Bantan adalah pola individual. Wadah-wadah individual tersebut tersebut ditempatkan didepan rumah atau ditumpukan dihalaman rumah. Wadah-wadah tersebut disediakan oleh masing-masing rumah tangga tanpa dipungut biaya. Untuk sebagian rumah tangga yang tidak menggunakan separti keranjang sampah untuk menempatkan sampah dihalaman rumah mereka. Tujuan perwadahan yang dilakukan masih sebatas untuk memudahkan pengumpulan dan pengangkutan, hal ini dapat diiindikasikan bahwa wadah yang tersedia belum dapat mengatasi timbulnya bau busuk dan menghindari perhatian binatang, belum dapat menghindari perampuran sampah serta belum dapat terhindar dari serangan air hujan, karena wadah tidak memiliki tutup. Pengumpulan Dan Pengangkutan Sampah. Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat perwadahan/penampungan dampai dari tempat timbulan sampah ke tempat penampungan sementara atau stasiun pemindahan atau sekalian diangkut ke TPA. Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah langsung dari sumber sampah dengan sistem individual langsung atau pengumpulan melalui sistem pemindahan langsung menuju TPA (Kisworo,2010). Saat ini sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kelurahan Bantan menggunakan sistem 72 pengumpulan individual langsung. Akan tetapi menurut keterangan masyarakat sistem ini tidak terealisasi secara keseluruhan, oleh karena iu sebagian masyarakat mengambil inisiatif dengan membuat tempat sampah sendiri seperti ditumpukkan atau dijadikan suatu timbulan tanpa wadah khusus sampah kemudian membakarnya demi menghindari timbulan sampah yang yang lebih besar. Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Pembuangan akhir sampah dilakukan di TPA terhadap sampah yang telah dikumpulkan. Tujuan pembuangan akhir adalah untuk memusnahkan sampah disuatu tempat pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa sehingga meminimalisir gangguan atau bau tidak sdap terhadap lingkungan. Pembuangan di TPA dianjurkan menggunakan metode controlled landfill dimana metode tersebut menggunakan sistem yang lebih berkembang, dibandingkan open dumping. Pada metode ini, sampah yang datang setiap hari diratakan dan dipadatkan dengan alat berat. Sampah dipadatkan menjadi sebuah sel kemudian dilapisi dengan tanah setiap lima atau seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bau, mengurangi perkembangbiakan lalat, dan mengurangi keluarnya gas metan. Selain itu, dibuat juga saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan, saluran pengumpul air lindi (leachate)dan instalasi pengolahannya, pos pengendalian operasional, dan fasilitas pengendalian gas metan (Kisworo,2010). Kisworo juga menambahkan selain metode sanitary landfill. Dimana sanitary landfill merupakan metode TPA

BioLink Vol. 3 (1) Juli 2016: 65-74 yang paling maju saat ini dimana sampah diurug dan dibuang secara sistematis. Setiap hari sel sampah diurug/dilapisi dengan tanah. Pembuatan ketinggian dan lebar sel sampah juga diperhitungkan. Pada dasar pembuangan, dibuat pipa-pipa pengalir air lindi yang kemudian diolah menjadi energi. Diantara aliran sel-sel sampah juga dipasang pipa-pipa penangkap gas metan yang kemudian diolah menjadi energi. Sanitary memiliki fasilitas lebih lengkap dan mahal di banding controled landfill. Sanitary landfill adalah jenis TPA yang diakui secara internasional. TPA Kota Medan sudah tidak lagi menggunakan metode open dumping. Hal ini dikarenakan open dumping merupakan sistem pembuang paling sederhana dimana sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir tanpa perlakuan lebih lanjut. Sistem pembuangan open dumping sudah tidak diberlakukan lagi karena banyak menimbulkan banyak persoalan mulai dari kontaminasi air tanah oleh air lindi, bau, ceceran sampah hingga asap. Namun, masih banyak negara berkembang memakai sistem pembuangan open dumping karena kemudahan dan biaya yang rendah. Karena tidak adanya kontrol pada area pembuangan, banyak pemulung yang masuk kedalam TPA dan memilah sampah yang masih dipergunakan atau dijual kembali. Hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan pemulung karena sampah yang menggunung dapat longsor, dan juga sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif TPA terhadap lingkungan, khususnya terhadap air tanah (Slamet,2002). Di Kelurahan Bantan, tempat untuk pembuangan akhir sampah disesuaikan dengan kebijakan pemerintah Kota Medan, dimana sampah-sampah yang sudah menjadi timbulan diangkut oleh pekerja dinas kebersihan dan kemudian timbulan sampah tersebut didistribusikan ke TPA Terjun, yang berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Merelan dengan luas 13,7 Ha dan kapasitas penampungan sebesar 50% dari total sampah terangakut. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran timbulan sampah di tiga lingkungan di Kelurahan Bantan, didapat kesimpulan sebagai berikut : Bobot rata-rata untuk setiap rumah tangga strata tinggi, sedang dan rendah tidak terlalu signifikan berturutturut yaitu 1,03 Kg/jiwa/hari, 0,99 Kg/jiwa/hari, 1,03 Kg/jiwa/hari. Tingkat strata dimasing-masing lingkungan tidak mempengaruhi terhadap jumlah sampah yang dihasilkan. Bobot rata-rata sampah organik yaitu 0,556 Kg/jiwa/hari, sementar untuk bobot sampah anorganik 0,457 Kg/jiwa/hari. Pendapat masyarakat bhwa tingkat dan layanan masih terbatas pada sebagian kegiatan komersil disekitar kawasan jalan utama, sementara sumber sampah dari rumah tangga belum terlayani. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka cipta. Jakarta. Artika,I, BE.2011. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan Berdasarkan Tingkat Pendapatan Dan Ukuran Keluarga. FAKULTAS Ekonomi Universitas Mahasaraswati. Mataram. 73

Rizkiyah, Z., dkk, Penetapan Bobot Timbulan Sampah Rumah Tangga di Tiga Lingkungan di Balitbang-SU. 2009. Kajian Peluang Bisnis Rumah Tangga Dalam Pengolahan Sampah Perkotaan Melalui Keterlibatan Masyarakat dan Swasta di Medan-sub Provinsi Sumatara Utara. Badan Penelitian Dan Pengembangan Sumatera Utara. Medan. Kisworo. 2010. Analisis Kebutuhan Peralatan Angkut Berdasarkan Timbulan Sampah Di Kelurahan Bejen Kecamatan Karang Anyar Kabupaten Karang Anyar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Nas, Pieter J.N., Jave,R..,2004. Waste Manegement : Shifting The Fokus from Problem to Potential. Enviroment, Development and Sustainability 6, 337-353. Slamet, J.S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yones, I. 2007. Kajian Pengolahan Sampah Dikota Ranai Ibukota Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Universitas Dipenegoro. Semarang. 74

BioLink Vol. 3 (1) Juli 2016: 65-74 75