BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh lapisan masyarakat dan dari aparat perpajakan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan dana yang besar yang tidak hanya bersumber dari pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem pemungutan pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia. membayar, serta melaporkan pajaknya dengan menggunakan Surat

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh wajib pajak (WP) digunakan untuk pembiayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011:1). Untuk itu pemerintah melalui

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara dan pembangunan nasional adalah pajak. Pemungutan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

PENGARUH PEMAHAMAN PROSEDUR PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk kepentingan negaranya masing-masing Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang sedang giat-giatnya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat


BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN. internal adalah pajak. Dalam Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan modernisasi perpajakan melalui penerapan e-spt dan e-filing diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dana, tenaga, dan ilmu yang tidak sedikit, yang tidak mungkin hanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara. sistem perpajakan dari Official Assessment System menjadi Self

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

ABSTRAK. Kata Kunci: kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak, dan sosialisasi perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah kewajiban warga negara yang merupakan wujud. langsung oleh wajib pajak dan bersifat memaksa. Saat ini peranan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang sangat dominan dalam pos penerimaan negara. Negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi kepentingan rakyatnya dengan melaksanakan pembangunan. Untuk melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan dana pembangunan yang tidak sedikit dimana kebutuhan dana pembangunan tersebut setiap tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015) Selain itu pajak merupakan salah satu wujud kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali potensi dalam negeri. Perpajakan sebagai salah satu kegiatan pemerintah berkaitan dengan pengolahan keuangan negara mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan dan pelayanan publik, alokasi pajak tidak hanya untuk si pembayar pajak, tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang tidak diwajibkan membayar pajak. Mengingat pajak berfungsi mengurangi kesenjangan antar penduduk sehingga pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Dalam kaitannya dengan pembangunan dan kesejahteraan, pajak juga memiliki fungsi-fungsi yang dapat dipakai untuk menunjang tercapainya suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata. (Lubis, 2015)

Menurut Soemitro dan Sugiharti, (2010) pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat. Tanpa ada masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak. Perlu diketahui, bahwa manusia hidup bermasyarakat masing-masing (individu) membawa hak dan kewajiban. Akan tetapi dalam hal ini ada timbal balik antara individu dan masyarakat. Artinya, ada hak dan kewajiban individu terhadap masyarakat begitu juga sebaliknya. Maka dari itu untuk meningkatkan tingkat kesadaran maupun kepatuhan membayar pajak, maka diperlukan adanya sosialisasi perpajakan. Sosialisasi ini diharapkan bisa merangsang Wajib Pajak untuk lebih sadar dan lebih patuh lagi akan pentingnya pajak untuk pembangunan negeri ini. Pajak juga sudah terlanjur indentik dengan pemaksaan. Pemaksaan pembayaran pajak di setiap negara yang diatur melalui undang-undang. Ini membuat aparat pajak ditakuti sekaligus paling dicurigai dimana-mana. Dunia perpajakan saat ini belum ideal dan terbangun dengan kuat. Ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Dari sisi Wajib Pajak harus ada value kebanggaan membayar pajak. Prasyarat lain adalah tingkat kejujuran dan kepatuhan yang tinggi serta lingkungan budaya yang mendukung. Kondisi ini harus dilengkapi dengan infrastruktur sistem yang memadai dan pemahaman yang baik atas teknologi informasi. Dari sisi kantor pajak, aksebilitas data Wajib Pajak melalui pengembangan teknologi pemungutan pajak pada Wajib Pajak yang terhubung dengan pajak dan intregrasi data Wajib Pajak antar lembaga terkait. Dan yang tidak kalah penting adanya sumber daya yang memadai, baik dalam hal teknologi maupun petugas atau auditor pajak. Agar semua berjalan dengan baik dengan adanya sistem yang jelas, tegas, dan konsisten, sehingga memotivasi Wajib Pajak

yang patuh, dan mendorong Wajib Pajak agar patuh dalam membayar kewajiban pajaknya (Akuntansi Indonesia, 2015) Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kemudahan sistem self assessment/asesmen mandiri, sosialisasi sistem perpajakan, dan pelayanan kantor pajak (Sundah dan Toly, 2014).Sedangkan Irawan dan Khairani (2013) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruh kepatuhan wajib pajak adalah sistem administrasi perpajakan. Sejalan dengan reformasi perpajakan (tax reform) tahun 1983 yang menghasilkan perubahan yang mendasar pada sistem dan mekanisme pemungutan pajak (dari official assessment menjadi asesmen mandiri), dimana dalam hal ini wajib pajak lah yang harus aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, mulai dari mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, menghitung, memperhitungkan, membayar serta melaporkan pajaknya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) nya. Sistem asesmen mandiri memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak, dan sebaiknya diimbangi dengan adanya pengawasan. Ini menjadikan tugas Direktorat Jenderal Pajak untuk menetapkan pajak setiap wajib pajak menjadi berkurang. Dalam prinsip self assesment system (sistem asesment mandiri), penentuan besarnya pajak terutang dipercayakan kepada wajib pajak sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan Sosialisasi perpajakan juga merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan jumlah Wajib Pajak. Sosialisasi perpajakan merupakan suatu bentuk upaya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk memberikan pengertian, informasi dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan perundang-undangan. Sosialisasi ini dapat dilakukan melalui media

komunikasi baik media cetak seperti surat kabar, majalah maupun media audio visual seperti radio ataupun televisi. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah, ternyata menjadi salah satu penghambat minimnya kepatuhan Wajib Pajak membayar pajak (Rachmanto, 2007). Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak adalah memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan. Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan Wajib Pajak. Kualitas pelayanan fiskus sangat berpengaruh terhadap Wajib Pajak dalam membayar pajaknya, Oleh karena itu, fiskus dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada Wajib Pajak serta dapat memupuk kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada Wajib Pajak besar manfaatnya sehingga dapat menimbulkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. (Setyaningrum dkk, 2014) Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam menghitung dan membayar pajak terhutang, kebenaran jumlah pembayaran angsuran PPh pasal 25/29. Penyebab terjadinya tax gap berasal dari lemahnya administrasi. Sejalan dengan hal ini, Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2001 telah menggulirkan Reformasi

Administrasi Perpajakan Jangka Menengah sebagai prioritas reformasi perpajakan, dengan tujuan tercapainya: (1) tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, (2) tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan (3) produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi. Dan memiliki ciri khusus yaitu struktur organisasi berdasarkan fungsi, pembentukan account representative dancomplaint center. (Candra dkk, 2013). Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak diantaranya dilakukan oleh Sundah dan Toly (2014) yang menemukan bahwa kemudahan self assesment (sistem asesmen mandiri ) dan pelayanan kantor pajak memiliki pengaruh yang signifikan, dan pelayanan kantor pajak memiliki pengaruh paling dominan. Penelitian terkait juga dilakukan oleh penelitian Rahayu dan Lingga (2009) menemukan bahwa sistem administrasi perpajakan modern tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini mencoba melakukan kajian kembali tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak khususnya di Payakumbuh Sumatera Barat. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah Sumatera Barat agar dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang masih rendah khususnya yang sedang terjadi di kabupaten Payakumbuh saat ini. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan. Hal ini dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Payakumbuh dengan tujuan mendekatkan diri dengan wajib pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Selain ditunjang dengan pelayanan perpajakan yang modern diperlukan pelayanan dari pegawai pajak yang jujur, profesional dan bertanggungjawab untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pada kenyataannya, terdapat oknum pegawai pajak yang kurang jujur dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak.

Menyalahgunakan kewenangannya untuk memanipulasi data terkaitdengan SPT wajib pajak untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian wajib pajak merasa bahwa pajakyang mereka bayarkan tidak dikelola dengan baik dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kualitas pelayanan perpajakan yang diberikan sangat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Apabila kualitas pelayanan pajak dari pegawai pajak sangat baik maka persepsi wajib pajak terhadap pelayanan akan meningkat (Aryobimo, 2012). Masalah yang terjadi beberapa tahun terakhir ini adalah bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak cenderung menurun. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 : Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT tahunan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama PayakumbuhTahun 2012-2015 Tahun WP Efektif (orang) (a) SPT Masuk (Buah) (b) SPT Tidak Masuk (buah) (c) Tingkat Kepatuhan (d) = b/a*100% 2012 45.743 19.241 26.502 42,06% 2013 44.556 30.686 13.870 68,87% 2014 37.769 26.731 11.038 70,77% 2015 46.991 29.508 17.483 62,79% Sumber KPP : KPP Pratama :Payakumbuh 2016 ( data diolah) Wajib Pajak efektif mengalami penurunan tahun 2013 dan 2014 karena tidak melakukan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan. Sedangkan tahun 2015, walaupun jumlah SPT yang masuk mengalami peningkatan namun tidak sebanding dengan pengkatan wajib pajak efektif, sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak tahun 2015 mengalami penurunan, lebih rendah dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2013.

Berdasarkan fenomena tersebut mengenai masalah masalah yang dipaparkan diatas, maka judul penelitian ini Pengaruh Kemudahan Sistem Asesmen Mandiri, Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Kantor Pajak dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Payakumbuh Sumatera Barat 1.2. Perumusan Masalah Masalah penelitiannya sebagai berikut : Apakah kemudahan sistem asesment mandiri berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak? Apakah kualitas pelayanan pegawai pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak? Apakah modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemudahan sistem asesment mandiri terhadap kepatuhan wajib pajak. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan pegawai pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. 1.4. Manfaat Penelitian Secara teoritis Hasil penelitian ini diteliti agar dapat berguna sebagai wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang pengaruh sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan pegawai pajak, dan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Secara praktis Bagi penulis Bagi penulis agar bisa berguna untuk meneliti dan memperdalam ilmu pengetahuan terutama di bidang perpajakan. Bagi akademisi Dapat dipergunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya. Bagi Kantor Pelayanan Pratama Pajak Payakumbuh Sumatera Barat Untuk memperbaiki kualitas pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Payakumbuh Sumatera Barat, agar Wajib Pajak nyaman dan patuh dalam membayar pajak.