PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

NOMOR 54 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 97 TAHUN 2000 TENTANG FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik; MEMUTUSKAN:

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

2011, No Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dal

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2016, No Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN HONORARIUM MENGAJAR BAGI PENGAJAR NON WIDYAISWARA DI LEMBAGA SANDI NEGARA

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

2016, No Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si

REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 6); 2. Peraturan Pemeri

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN (INPASSING) JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PERPINDAHAN MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

2016, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparat

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

2 Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerint

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perhubungan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2016, No Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 te

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

2017, No masing-masing Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur pedoman penyusunan for

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2016, No bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; c. bahwa dalam rangka memenuhi formasi Jabatan

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lemb

Peraturan...

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Kep

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA JAKARTA 2008

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Menimbang : a. bahwa untuk pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan fungsional Widyaiswara harus didasarkan atas formasi yang telah ditetapkan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara; b. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a diperlukan adanya pedoman mengenai penyusunan formasi jabatan fungsional Widyaiswara; c. bahwa pedoman sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara; 1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 23); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil 2

(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4015) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerin-tah Nomor 54 Tahun 2003 ); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4017) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4193); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4019); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri 3

Sipil (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263); 9. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972 tentang Tanggung Jawab Fungsional Pendidikan dan Latihan; 10. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 11. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 12. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; 13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/66/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya 4

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/22/M.PAN/4/2006; 14. Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2005 dan 17 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Memperhatikan : Surat Edaran MENPAN Nomor B- 1040/I/1992 Tanggal 15 September 1992 tentang Pengangkatan Widyaiswara. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA. Pasal 1 Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara yang selanjutnya disebut Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. 5

Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai acuan dalam penyusunan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara di seluruh Unit Diklat Instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah. Pasal 3 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 22 Desember 2008 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Ttd. ASMAWI REWANSYAH Disalin sesuai dengan aslinya, Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Bambang Giyanto 6

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...... i BAB I : PENDAHULUAN... 1 A. Deskripsi Singkat... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Pengertian... 3 BAB II : PENETAPAN FORMASI JABATAN 5 FUNGSIONAL WIDYAISWARA... A. Umum... 5 B. Prosedur Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara. 5 BAB III : TATA CARA PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA... A. Umum... 9 B. Langkah-langkah Penyusunan Formasi Jabatan Funsgional Widyaiswara... BAB IV : PENUTUP... 15 9 9 i

BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat 1. Dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, dinyatakan bahwa pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan golongan. 2. Dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS, dinyatakan bahwa pengangkatan PNS ke dalam jabatan fungsional pada instansi pemerintah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai formasi yang telah ditetapkan. 3. Dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi PNS sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 dinyatakan bahwa: a. Formasi PNS Pusat untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Pusat setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan 1

aparatur negara, setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN). b. Formasi PNS Daerah untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, berdasarkan pertimbangan dari Kepala BKN. 4. Dalam Pasal 23 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/66/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa pengangkatan dan pemberhentian PNS dalam dan dari jabatan Widyaiswara ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. B. Maksud dan Tujuan 1. Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara yang selanjutnya disebut pedoman dimaksudkan untuk memberikan panduan secara teknis dalam menyusun Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara di seluruh Unit Diklat Instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah. 2. Pedoman bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Widyaiswara sesuai dengan beban kerja yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara profesional, serta 2

memungkinkan pencapaian jumlah angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat. C. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan oleh satuan organisasi negara agar mampu melaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. 2. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu yang bersifat mandiri. 3. Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pemerintah. 4. Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara adalah jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Widyaiswara PNS yang diperlukan oleh suatu lembaga Diklat Pemerintah untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam jangka waktu tertentu. 3

5. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Agung, Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Sekretaris Militer, Sekretaris Presiden, Sekretaris Wakil Presiden, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dan Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara. 6. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi adalah Gubernur. 7. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota. 8. Instansi Pembina Jabatan Fungsional Widyaiswara adalah Lembaga Administrasi Negara (LAN). 9. Analisis Kebutuhan Diklat adalah suatu proses yang sistematis dalam mengidentifikasi kesenjangan kompetensi PNS antara yang dimiliki dengan yang dipersyaratkan dalam jabatan sehingga dapat ditingkatkan melalui Diklat. 10. Jam Pelajaran adalah satuan waktu yang digunakan dalam pembelajaran, 1 (satu) Jam Pelajaran (JP) yaitu 45 (empat puluh lima) menit. 11. Mata Diklat adalah satuan materi yang diampu dalam suatu Program Diklat. 12. Rumpun Mata Diklat adalah kelompok Mata Diklat sejenis yang dapat diampu oleh minimal satu orang Widyaiswara. Jumlah Rumpun Mata Diklat ditetapkan oleh masing-masing lembaga Diklat. 4

BAB II PENETAPAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA A. Umum 1. Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Pusat, setiap tahun ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara berdasarkan usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan dari Kepala BKN. 2. Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Daerah, setiap tahun ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Provinsi/Kabupaten/Kota setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan pertimbangan dari Kepala BKN. B. Prosedur Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara 1. Penetapan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara pada unit pendidikan dan pelatihan pemerintah pusat. a. Setiap lembaga Diklat menyusun Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara. b. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat mengajukan usulan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Pusat kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan tembusan Kepala BKN. 5

c. Sebelum mengajukan usul formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara, masing-masing Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat melakukan konsultasi dengan Kepala LAN selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Fungsional Widyaiswara. d. Berdasarkan tembusan usul formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara, Kepala BKN membuat Surat Pertimbangan Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Pusat kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, sebagai bahan untuk Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara. e. Asli Keputusan Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Pusat disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat yang bersangkutan, dengan tembusan: 1) Kepala BKN; 2) Kepala LAN; 3) Menteri Keuangan up. Direktorat Jenderal Anggaran; 4) Kepala KPKN yang bersangkutan. 2. Penetapan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara pada lembaga Diklat pemerintah daerah. a. Setiap lembaga Diklat menyusun formasi Jabatan Widyaiswara. b. Pejabat Pembina Kepegawaian Provinsi mengajukan permohonan persetujuan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Daerah Provinsi kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan tembusan Kepala BKN. 6

c. Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota mengajukan permohonan persetujuan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Daerah Kabupaten/Kota kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan tembusan Kepala BKN yang dikoordinasikan dengan Gubernur. d. Sebelum mengajukan permohonan persetujuan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara, masingmasing Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan konsultasi dengan Kepala LAN selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Fungsional Widyaiswara. e. Berdasarkan tembusan permohonan persetujan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Daerah, Kepala BKN membuat surat pertimbangan penetapan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Daerah kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, sebagai bahan untuk Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara. f. Berdasarkan persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menetapkan formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Daerah. 7

g. Asli Keputusan Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara bagi PNS Daerah disampaikan kepada unit pengawasan fungsional daerah yang bersangkutan dengan tembusan: 1) Kepala LAN; 2) Kepala BKD; 3) Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan. 8

BAB III TATA CARA PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA A. Umum 1. Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara untuk setiap lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat), menggunakan suatu rentang kebutuhan Minimal dan Maksimal Widyaiswara untuk suatu lembaga Diklat dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD). 2. Analisis Kebutuhan Diklat dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Daerah dan hasilnya dituangkan ke dalam Rencana Stratejik (Renstra) instansi. 3. Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara harus sejalan dengan mempertimbangkan jumlah Widyaiswara dan spesialisasi rumpun Mata Diklat sudah tersedia pada masing-masing lembaga Diklat. B. Langkah-langkah Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara 1. Menyusun AKD, dengan tahapan sebagai berikut: a. Melakukan kajian terhadap tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) organisasi. b. Melakukan wawancara dengan pejabat di unit kerja, pegawai di instansi. c. Melakukan wawancara dengan stakeholder. 9

d. Hasil analisis terhadap kesenjangan antara existing kompetensi dengan prasyarat jabatan dipecahkan melalui: Diklat, pendidikan formal, peningkatan sarana dan prasarana. e. Jika kesenjangan kompetensi dapat diselesaikan dengan Diklat, maka disusun Program Diklat. Program Diklat berisi (1) Jenis Diklat; (2) Kurikulum; dan (3) Jumlah Jam Pelatihan (JP). f. Menyusun kalender Diklat yang berisi: agenda Diklat yang akan dilaksanakan per tahun. 2. Menghitung Jumlah Kebutuhan Jabatan Fungsional Widyaiswara Total di lembaga Diklat dalam satu tahun dengan formula sebagai berikut: a. Analisis Kebutuhan Maksimal Rumus : WI maks = JP JP Tot Min b. Analisis Kebutuhan Minimal Rumus : Wi min = JP Min JP x Rata Tot rata MD Persyaratan: WI min Rumpun MD Rumus : Rumpun MD = Rata Total MD rata MD per WI 10

Keterangan: 1. WI = Jumlah Widyaiswara 2. JP Total = Jumlah Jam Pelajaran Total dalam setahun 3. JP min = Jumlah Jam Pelajaran Minimal per tahun yang harus dipenuhi oleh seorang Widyaiswara agar naik jabatan dari kegiatan tatap muka yaitu 170 JP/tahun 4. MD = Mata Diklat 5. Ratarata MD 6. Rumpun MD = Rata-rata Mata Diklat yang diampu oleh seorang Widyaiswara di lembaga Diklat yang bersangkutan = Jumlah Pengelompokan MD yang diampu oleh Widyaiswara 3. Memetakan data Widyaiswara berupa: a. Jumlah: 1) Masa kerja sebagai PNS; 2) Pangkat; 3) Golongan. b. Jenjang jabatan (Widyaiswara Pertama, Muda, Madya, dan Utama). c. Kompetensi (Mata Diklat yang diampu) pada masing-masing jenjang jabatan Widyaiswara. 4. Membuat dan analisis neraca kebutuhan dan ketersediaan Widyaiswara dalam satuan waktu tertentu. 5. Dari hasil analisis tersebut, diperoleh formasi Widyaiswara yang dibutuhkan oleh Lembaga Diklat. 11

Contoh: Perhitungan Formasi Widyaiswara Pusdiklat Departemen X Berdasarkan program Diklat Departemen X Tahun 2007 diperoleh data sebagai berikut: 1. Jumlah Jam Pelajaran Total = 5.000 JP 2. Jumlah Jam Pelajaran Minimal = 170 JP 3. Rata-rata Mata Diklat yang diampu per Widyaiswara = 3,5 Mata Diklat a. Minimal 2 Mata Diklat b. Maksimal 5 Mata Diklat 4. Jumlah Widyaiswara yang ada 106 orang 5. Total MD = 82 MD Dengan data tersebut, dapat dihitung kebutuhan Widyaiswara sebagai berikut: a. Analisis Kebutuhan Maksimal Rumus : Wi maks = JP JP min 5.000 Rumus : Wi maks = 29 170 b. Analisis Kebutuhan Minimal Rumus : Wi min = JP JP min x Rata-Rata MD 12

5.000 Rumus : Wi min = 8 170x3,5 Persyaratan: Wi min Rumpun MD c. Rumpun MD Rumus : Rumpun MD = Kesimpulan: 82 Rumpun MD = 23 3,5 Jadi, Wi minimal = 23 Orang TotalMD Rata ratamd/wi 1. Jumlah Widyaiswara yang dibutuhkan Departemen X berada dalam rentang 23-29 orang Widyaiswara, sedangkan yang ada 106 orang. 2. Akibat dari kelebihan jumlah Widyaiswara tersebut adalah: a. Terdapat Widyaiswara yang tidak dapat mencapai angka kredit minimal untuk kenaikan jabatan, karena kekurangan jumlah jam pelajaran/tatap muka. b. Untuk dapat mencapai angka kredit tersebut, terdapat Widyaiswara yang mengajar di berbagai tempat (di luar lembaga Diklatnya). c. Banyak Widyaiswara yang tidak difungsikan atau tidak didayagunakan. 3. Untuk menyusun formasi Widyaiswara diperlukan neraca yang menggambarkan kebutuhan dengan kompetensi Widyaiswara yang ada. 13

4. Untuk menghitung kebutuhan jumlah Widyaiswara per jenjang jabatan, diperlukan data mengenai program Diklat per-jenjang jabatan dan jumlah Widyaiswara yang ada per-jenjang jabatan. Dengan rumus yang sama, formasi Widyaiswara per per-jenjang jabatan dapat dihitung. 14

BAB IV P E N U T U P Pedoman ini diharapkan mampu memberikan panduan secara teknis dalam menyusun Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara di seluruh Unit Diklat Instansi Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Dengan Pedoman ini akan diperoleh jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Widyaiswara sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara profesional oleh setiap Widyaiswara, serta memungkinkan pencapaian jumlah angka kredit yang ditentukan dalam kurun waktu tertentu untuk kenaikan pangkat. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 22 Desember 2008 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Ttd. ASMAWI REWANSYAH Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Bambang Giyanto 15