BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian bencana yang datang silih berganti menimbulkan trauma pada

Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. keluarga telah mencapai resiliensi sebagaimana dilihat dari proses sejak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena patah hati atau yang biasa dikenal dengan sebutan broken heart,

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada diantara dua samudera

115 Universitas Indonesia

Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

TEKNIK DASAR DAN APLIKASI KONSELING PASCA-TRAUMA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

Dampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perang kerap sekali terjadi di belahan dunia ini, yang telah

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat, maka dapat

Program Sertifikasi Psikososial Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Adhyatman Prabowo, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang jiwa. Banyaknya jumlah bencana alam di Indonesia menjadikan Indonesia

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

2/13/2015 SIKLUS BENCANA PELAYANAN PSIKOLOGI DALAM SIKLUS BENCANA. Kebutuhan korban bencana. Tri Iswardani Wahyu Cahyono.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. ketiga merupakan hasil temuan dalam penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III PENYAJIAN DATA. lokasi penelitian, yaitu di YOGA ATMA CONSULTING PEKANBARU. Counsulting Pekanbaru, penulis mendapatkan informasi bahwasanya :

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. 1 Setiap

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Rangkuman Penelitian Seluruh Subjek. dibuat table sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

Oleh Nandang Rusmana, M.Pd

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam mengalami trauma yang membuat mereka terganggu secara psikologis. Seperti yang dialami anak-anak di SMP Babussalam, adapun gangguan-gangguan yang muncul adalah peningkatan agresifitas, flash back, kebencian, dendam, perasaan takut, cemas yang berlebihan, menurunnya konsentrasi dan daya ingat yang mempengaruhi prestasi belajar. Lebih lanjut anak-anak tersebut menjadi tidak percaya diri, mengisolasi diri, tidak stabil secara emosional, susah beradaptasi dengan lingkungan sosial. Seterusnya trauma tersebut mengganggu tumbuh kembang anak secara optimal. Agar anak-anak tersebut dapat bangkit kembali dan mampu berkembang dengan baik, maka dibutuhkan upaya-upaya penanggulangan trauma. Salah satu upaya yang dilakukan untuk membantu anak-anak berpengalaman traumatik adalah pemberian layanan bimbingan dan konseling dengan treatment terapi bermain. Pendekatan terapi bermain yang digunakan dianggap efektif untuk membantu anak-anak pascatrauma, karena disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan anak. 169

170 2. Masing-masing anak yang diteliti memiliki reaksi yang berbeda ketika dihadapkan pada peristiwa traumatik. Pada beberapa anak, peristiwa traumatik membuatnya menjadi trauma, ketidakmampuan menjalankan kesehariannya seperti biasa, bayangan akan peristiwa tersebut senantiasa kembali dalam ingatan dan mengusiknya, ia juga merasa tak mampu mengatasinya. Mereka yang mengalami hal demikian mungkin mengalami apa yang disebut dengan post traumatic stress disorder (PTSD). Anak yang mempunyai kecenderungan post-traumatic stress disorder adalah anak yang mempunyai sebuah pengalaman terhadap peristiwa atau kejadian traumatik sehingga pengalaman traumatik tersebut menimbulkan stres dalam dirinya. Anak yang mempunyai kecenderungan mengalami post-traumatic stress disorder dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dalam diri anak yang berpengaruh dalam hubungannya dengan post-traumatic stress disorder, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor diluar diri anak yang mempunyai peran terhadap kemungkinan anak mengalami post-traumatic stress disorder. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi bermain dapat membantu anak mengeksplor dan mengatasi perasaan-perasaan cemas, takut, dan membantu meningkatkan motivasi dalam menjalani hidup. Dengan manipulasi permainan membuat anak tidak takut dalam mengungkapkan perasaannya. Permainan juga membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tanpa ada rasa cemas. Bentuk permainan yang beragam semakin menambah semangat anak

171 dalam memainkan, sehingga anak lebih leluasa menyalurkan berbagai macam perasaan yang selama ini mengganggu secara fisik dan psikis. Akhirnya, permainan dapat mereduksi beberapa perilaku trauma, serta meningkatkan motivasi dan harapan masa depan anak. 4. Model hipotetik yang digunakan untuk mengatasi perilaku traumatik dapat menurunkan gangguan psikologis akibat konflik atau PTSD dengan indikator, meningkatnya konsentrasi belajar, mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dapat mengelola emosi, membuka diri terhadap orang lain, berani mengemukakan permasalahan yang menjadi tekanan dalam dirinya. 5. Selain pendekatan terapi bermain yang digunakan, perlu juga didukung dengan upaya lain berupa pemulihan menyeluruh melalui intervensi psikososial yang berbasis komunitas. Dimana pemulihan yang menekankan pada cara-cara suatu komunitas menanggulangi kerusakan sekaligus menyembuhkan diri secara kolektif. Upaya ini sangat penting mengingat pemulihan trauma yang dialami anak tergantung oleh social support, terutama family support, yaitu orang tua yang mempunyai pengaruh dan hubungan dekat dengan anak. Dengan terciptanya lingkungan masyarakat yang sehat maka akan memungkinkan pemulihan trauma anak secara optimal.

172 B. Rekomendasi Merujuk dari hasil penelitian ini maka dipandang perlu adanya suatu rekomendasi guna mendukung dan memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam penelitian ini. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk pengimplementasian model hipotetik ini, konselor harus mengikuti pelatihan konseling untuk penanganan trauma anak menggunakan terapi bermain. Melalui tahapan ini diharapkan konselor dapat mengimplimentasikan terapi bermain untuk mereduksi perilaku traumatik yang dialami anak pasca konflik. 2. Untuk SMP Babussalam, diharapkan segera melakukan penanganan bagi siswa yang mengalami trauma, dengan menjalin kerjasama dengan LSM trauma centre yang ada di Aceh, ataupun psikolog dan konselor. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menangani anak yang mengalami trauma di SMP Babussalam. Dengan mulai mengembangkan terapi bermain dan mengaplikasikannya dalam keseharian anak terutama dalam lingkungan SMP Babussalam. 3. Bagi guru-guru SMP Babussalam, sudah seharusnya menambah pengetahuan tentang konseling dan menambah literature yang berkenaan dengan penanggulangan trauma anak. Agar guru-guru tersebut lebih efektif dalam memberikan layanan konseling atau bantuan traumatik untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar yang selama jauh dari harapan.

173 4. Untuk peneliti yang memiliki ketertarikan terhadap trauma anak, hendaknya melakukan penelitian-penelitian lanjutan untuk mengembangkan pendekatan terapi bermain, terutama menguji efektifitas terapi bermain sebagai salah satu pendekatan yang mampu mereduksi perilaku traumatik anak. 5. Bagi pemerintah, mengingat masih kurangnya tenaga profesional bidang kesehatan mental (konselor, psikolog, psikiater) umumnya di Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya di Kabupaten Aceh Utara, maka perlu di adakannya pelatihan-pelatihan konseling trauma terhadap guru-guru atau relawanrelawan di setiap Kabupaten dan Desa. Dengan demikian diharapkan tidak ada anak-anak berpengalaman traumatik yang tidak mendapat perhatian, serta meningkatkan kemampuan pemahaman guru dalam menyikapi perilaku anak pascatrauma. 6. Bagi pihak-pihak yang bertikai, hendaknya memahami bahwa pengaruh kekerasan akibat konflik bersenjata membawa kerugian besar terhadap generasi-generasi penerus bangsa (anak-anak). Karena itu, diaharapkan kepada semua pihak yang bertikai agar tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan suatu masalah. Berpikir jernih dan menggunakan akal sehat dalam bertindak sehingga dapat melahirkan sebuah solusi yang bijaksana didalam perbedaan pendapat. 7. Banyaknya permasalahan yang mengarah pada konflik kekerasan senantiasa menjadikan anak-anak sebagai korban utama yang berdampak jangka panjang, maka sudah menjadi kewajiban bersama untuk merealisasikan layanan

174 bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah oleh tenaga profesional, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan. Hal ini mendasari bahwa guru pembimbing atau konselor sekolah mempunyai kesempatan lebih dengan anak, sehingga dapat memantau perkembangan anak secara cermat. 8. Dalam menangani anak-anak yang berpengalaman traumatik hendaknya dilakukan secara komprehensif dan bersinergi melalui system support. Tahap awal adalah dengan melakukan pemulihan keamanan serta perlindungan hukum. Berikutnya secara bertahap dapat dilakukan perbaikan sektor ekonomi, pendidikan, budaya, dan penanganan masyarakat yang mengalami pengalaman traumatik akibat konflik bersenjata. Tanpa adanya dukungan perbaikan dalam sektor-sektor tersebut, maka pemulihan trauma anak tidak dapat mencapai hasil yang maksimal.