BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata utama yang memiliki berbagai potensi untuk menarik wisatawan. Salah satu daerah di antaranya adalah kawasan Denpasar Barat dan kawasan pariwisata Kuta. Kawasan ini merupakan satu kesatuan wilayah dengan kawasan-kawasan di sekitarnya yang memiliki potensi kepariwisataan, potensi fisik, dan aksesibilitas yang menyatu dan saling terkait. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam mempertahankan dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Sejak tahun 1982, tercatat 111 kasus kejadian banjir yang terjadi di wilayah Provinsi Bali. Dari pencatatan tersebut, wilayah sungai yang paling sering mengalami banjir adalah sungai-sungai di wilayah Kota Denpasar termasuk Tukad Mati. Aliran sungai, khususnya aliran banjir, mempunyai sifat tidak permanen (unsteady), sehingga analisis hidraulika dilakukan dengan menggunakan metode unsteady flow. Untuk aliran banjir di alur sungai, permasalahan banjir relatif sudah dapat diselesaikan dengan pendekatan unsteady flow satu dimensi. Aliran tidak permanen satu dimensi dapat didekati dengan persamaan dasar aliran, yaitu persamaan kontinuitas dan persamaan momentum. Penyelesaian kedua persamaan tersebut di atas sering diselesaikan secara numerik dengan menggunakan model matematik. Sejumlah program aplikasi untuk analisis hidraulika (model matematik) banyak ditemukan di pasaran, seperti misalnya NETWORK, DUFLOW, BOSS- SMS, HEC-RAS, dan lain-lain. Dalam analisis hidraulika ini digunakan program aplikasi HEC-RAS versi 4.1, dengan pertimbangan bahwa program ini cukup baik kinerjanya, mudah penggunaannya, dan mampu menyimulasi aliran banjir (aliran steady dan unsteady). 1
(a) (b) (c) (d) Gambar 1.1 (a) Tinggi muka air yang mencapai bantaran sungai (b) Muka air yang hampir mencapai jembatan Jalan Raya Kuta (c) Genangan air di sekitar Jalan Nakula (d) Genangan pada Jalan Dewi Sri, Legian, tahun 2007 (Sumber gambar: Ni Made Aryadi) Dalam perkembangannya, HEC-RAS terus mengalami perbaikan dalam menghasilkan simulasi aliran yang mendekati kondisi aliran sungai sebenarnya. Hal itu terlihat dari HEC-RAS versi 4.1 di mana terdapat tambahan dua metode simulasi aliran pada junction untuk aliran tidak permanen, yaitu force equal water surface elevations method dan energy balance method. Tiap pendekatan metode menghasilkan karakteristik aliran yang berbeda pada junction. Kedua metode ini muncul untuk menghasilkan kestabilan aliran yang terjadi pada titik-titik cabang (junctions) sehingga dapat mendekati kondisi nyata di lapangan, dengan begitu penanggulangan banjir bisa dilakukan dengan tepat. 2
Bagaimana profil muka air dan perbedaan aliran yang dihasilkan oleh kedua metode ini akan dibahas dalam penelitian ini. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji lebih lanjut metode simulasi aliran pada junction untuk aliran tidak permanen (unsteady flow) yang digunakan pada program aplikasi HEC-RAS versi 4.1 dengan kasus Tukad Mati di Bali. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Analisis hidraulika dilakukan dengan memakai program aplikasi HEC-RAS versi 4.1. 2. Parameter yang dijadikan komparasi dalam penelitian ini adalah elevasi muka air, elevasi garis energi, kecepatan aliran, dan debit aliran. 3. Alur sungai yang ditinjau adalah: a. Tukad Mati, dengan batas hilir dimulai dari muara Tukad Mati sampai wilayah Umadui sebagai batas hulu dengan panjang alur 7.662 meter, b. Tukad Teba (anak Tukad Mati), dengan batas hilir dimulai dari pertemuan antara Tukad Teba dan Tukad Mati (wilayah Kuta) sampai wilayah Monang Maning sebagai batas hulu dengan panjang alur 7.001 meter. Simulasi juga dilakukan pada cabang Tukad Teba mulai dari pertemuan Tukad Teba dengan Tukad Mati di Jalan Sunset Road sampai dengan titik percabangan Tukad Teba di Jalan Nakula-Imam Bonjol dengan panjang alur 1.054 meter, 4. Nilai debit banjir rencana yang digunakan dalam penelitian ini adalah debit banjir dengan kala ulang 2 tahun (Q 2 ) dan 10 tahun (Q 10 ). 5. Analisis hidrologi tidak dilakukan. 3
6. Analisis aliran di alur Tukad Mati dan Tukad Teba dilakukan pada 2 kondisi yang berbeda, yaitu kondisi saat ini sebelum dinormalisasi serta kondisi eksisting dengan kolam retensi. 7. Data yang digunakan adalah data sekunder diperoleh dari instasi terkait dan hasil studi yang dilakukan oleh Ni Made Aryadi (2011) dalam tesis yang berjudul Kajian Alternatif Pengendalian Banjir di Tukad Mati. 1.4 Batasan Masalah Dalam penelitian ini digunakan beberapa batasan yang akan ditetapkan untuk mengetahui seberapa jauh cakupan penelitian mengenai simulasi aliran air di Tukad Mati dan Tukad Teba. Batasan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Permasalahan mikro atau luapan air akibat sistem drainase yang buruk tidak dibahas dalam penelitian ini, 2. Tidak membahas mengenai perubahan tata guna lahan pada daerah aliran Tukad Mati, Tukad Teba, dan Tukad Badung, 3. Tidak membahas mengenai analisis transport sedimen, 4. Penelitian ini tidak membahas mengenai aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan hukum. 1.5 Deskripsi Wilayah Penelitian Tukad Mati mempunyai luas daerah aliran sungai (DAS) seluas 40,72 km 2 dengan panjang sungai utama 22,41 km. Tukad Mati merupakan salah satu sungai besar yang melintasi Denpasar di mana bagian hulu dan hilirnya merupakan wilayah Kabupaten Badung. Tata guna lahan daerah aliran sungai ini secara umum berupa lahan budidaya, permukiman, dan perkotaan. Tukad Mati merupakan saluran pembuang utama bagi daerah yang masuk dalam sistem DAS Tukad Mati yang meliputi wilayah Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Barat, Denpasar Selatan di Kota Denpasar serta wilayah Kecamatan Kuta di Kabupaten Badung. Pada sistem Tukad Mati terdapat 4
beberapa bendung seperti bendung Lange, bendung Tegeh, bendung Umadui, bendung Dadas dan bendung Ulun Tanjung. Pada awalnya, fungsi dari bendungbendung tersebut adalah untuk mengairi areal irigasi. Namun sejalan dengan pertambahan penduduk, luas areal irigasi semakin menyempit dan habis sehingga sebagian bendung tersebut sudah tidak berfungsi lagi dan sebagian sudah dibongkar. Kondisi alur Tukad Mati di beberapa bagian mengalami penyempitan dan bantaran sungai hampir tidak ada karena terdesak oleh adanya pemukiman yang yang berkembang dengan pesat. Penampang yang tidak teratur berisiko terjadinya banjir/luapan. Adanya bangunan melintang sungai seperti jembatan yang relatif rendah dan gorong-gorong yang sempit, turut menghambat jalannya air terutama pada waktu musim hujan dan masalah yang paling sering ditemui pada sungai adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan sungai di mana di beberapa bagian alur sungai ditemukan adanya sampah. 5
Tukad Mati Gambar 1.2 Tukad Mati yang melintasi kawasan wisata Gambar 1.2 Tukad Mati yang melintasi kawasan wisata (Sumber gambar: www.maps.google.com) 6