BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga sebagai tempat pemeliharaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Airlangga digunakan sebagai tempat pembuatan ekstraksi jamur C. versicolor,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan menggunakan 2 faktor (macam diet dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus) SETELAH PEMBERIAN POLISAKARIDA KRESTIN DARI EKSTRAK JAMUR Coriolus versicolor

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Hewan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba. Laboratorium Genetika Molekuler Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi untuk pembuatan serbuk jamur dan ekstrak kasar PSK, isolasi dan pemurnian serta pengamatan kualitas spermatozoa. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai Juni 2012. 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Hewan coba Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit jantan jenis Mus musculus strain Balb/C, berumur 8-10 minggu, berat badan sekitar 25-30 gram yang diperoleh dari Instalansi Kandang Hewan Percobaan (IKHP) Pusvetma Surabaya. 3.2.2 Bahan penelitian Jamur Coriolus versicolor yang dikoleksi dari daerah Lamongan, surabaya, jombang dan sidoarjo dengan ciri-ciri memiliki bentuk setengah lingkaran dengan diameter 3-5 cm, pipih, tipis, dan keras, permukaan bagian atas beludru dan memliki zona konsentris atau bagian tengah yang menarik dengan berbagai warna. Pada proses penentuan konsentrasi PSK bahan yang digunakan adalah akuades, phenol, dan larutan H 2 SO 4. Bahan yang digunakan untuk 17

18 pengamatan kualitas spermatozoa adalah garam fisiologis, akuades, ethanol 70%, negrosin 10%, eosin 1% dilarutkan kedalam 100 ml akuades. Pada proses pemeliharaan digunakan pakan berupa pelet hi pro vite. 3.2.3 Alat penelitian Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain kandang berupa bak plastik berukuran 30 x 13 x 19 cm dengan tutup dari kawat kasa, peralatan bedah, jarum injeksi ukuran 24G, disposible syringe 1 ml, cawan petri, timbangan analitik, gelas ukur, mikroskop cahaya, mikroskop cahaya, hand counter, haemositometer assisten, gelas objek cekung, gelas objek, stop watch. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Tahap koleksi dan pembuatan serbuk jamur Coriolus versicolor Tubuh buah dari jamur Coriolus versicolor dikoleksi dari daerah Lamongan, surabaya, jombang dan sidoarjo. Jamur ini ditemukan pada bongkahan kayu yang telah mati dan tumbuh saat musim hujan. Jamur yang telah diperoleh diidentifikasi, kemudian dicuci dengan air sampai bersih kemudian dikeringanginkan. Selanjutnya, jamur dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan dalam oven pada suhu 40 0 C selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan airnya. Setelah 24 jam, jamur dihaluskan dengan cara digiling sampai menjadi serbuk kasar. 3.3.2 Tahap pembuatan ekstrak jamur Coriolus versicolor Pembuatan ekstrak jamur Coriolus versicolor dilakukan menurut metode Cui dan Christi (2003) dalam Wahyuningsih dkk. (2009) dengan cara sebagai berikut: serbuk kasar sebanyak 200 gram ditambah air sebanyak 3 liter dan dipanaskan pada suhu 80 0-98 0 C selama 2-3 jam untuk melarutkan polisakarida.

19 Kemudian, supernatan disaring dengan menggunakan saringan. Selanjutnya disaring lagi menggunakan kertas saring. Residu yang ada diambil untuk diekstrak lagi sebanyak 2 kali ekstraksi dengan penambahan air sebanyak 2 liter untuk tiap ekstraksi dan dipanaskan pada suhu 80 0-98 0 C selama 2 jam. Hasil yang didapat berupa supernatan dari ketiga ekstraksi ± 2 liter dan disimpan dalam suhu 4 0 C. 3.3.3 Tahap isolasi polisakarida krestin (PSK) Isolasi polisakarida krestin dilakukan menurut Cui dan Christi (2003) dan Wahyuningsih dkk (2009) dengan cara sebagai berikut: larutan ekstrak jamur difiltrasi menggunakan kertas Whatman no.41 dengan corong buchner dan vakum kemudian diambil supernatannya. Supernatan diliofilisasi menggunakan freeze drying, untuk 150 ml dilakukan liofilisasi selama ± 24 jam. Kemudian serbuk kering ekstrak jamur dipresipitasi menggunakan ammonium sulfat 90% dengan menimbang 30 gram ammonium sulfat yang dilarutan dalam akuades 50 ml kemudian diresuspensi menggunakan mikropipet. Kemudian dilakukan penambahan ekstrak jamur kering sebanyak 1 gram kemudian distirer selama ± 20 menit pada suhu 4 0 C selanjutnya disentrifus (9000 rpm/40 menit, 4 0 C) dan diambil peletnya. Pelet dilarutkan dengan 30 ml garam fisiologis selanjutnya didialisis menggunakan membran nitroselulosa selama 24 jam di dalam PBS pada suhu 4 0 C. 3.3.4 Tahap penentuan konsentrasi polisakarida krestin (PSK) Pengukuran konsentrasi polisakarida krestin dengan phenol-sulphuric acid dilakukan menurut metode Wahyuningsih dkk (2009), dan didapatkan persamaan regresi linearnya y = 0,008x + 0,002, dengan y adalah nilai OD dan x adalah

20 konsentrasi polisakarida. Kemudian membuat larutan blanko yang berisi 100 µl akuades. Selanjutnya, membuat larutan sampel yang berisi ekstrak polisakarida krestin dari tubuh buah jamur Coriolus versicolor sebanyak 50 µl dan ditambah 50 µl akuades. Blanko dan larutan sampel ditambah 50 µl phenol 80%, lalu divorteks. Larutan tersebut masing-masing ditambah 2 ml H 2 SO 4. Kemudian dilakukan pembacaan nilai OD pada panjang gelombang 490 ηm. Nilai OD yang dapat dimasukkan ke dalam persamaan regresi di atas untuk mendapat konsentrasi PSK. 3.3.5 Aklimasi hewan coba Sebelum diberi perlakuan, hewan coba dipelihara terlebih dahulu selama 7 hari untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan rumah hewan (aklimasi). 3.3.6 Pemeliharaan Pemeliharaan mencit dilakukan dalam rumah hewan yang dilengkapi dengan rak-rak kandang atau air conditioning. Kandang mencit berupa bak plastik yang ditutupi dengan kawat kasa dan diberi alas sekam, dilengkapi dengan botol minum dan tempat makan. Pemberian makan dilakukan setiap hari sedangkan pemberian minum diberikan secara adlibitum. 3.3.7 Perlakuan Semua pemberian PSK dilakukan dengan dosis tunggal secara peroral atau gavage setiap hari selama 62 hari kemudian diamati hasilnya. Perlakuan dan kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. P0 : kelompok kontrol, mencit diberi akuades sebagai kontrol normal 2. P1 : kelompok perlakuan, mencit diberi PSK dengan dosis 1,5 mg/kg BB

21 3. P2 : kelompok perlakuan, mencit diberi PSK dengan dosis 3 mg/kg BB 4. P3 : kelompok perlakuan, mencit diberi PSK dengan dosis 6 mg/kg BB Dengan perhitungan yang sudah dikonversikan kepada rerata berat badan mencit yaitu 30 gram maka pada kelompok P1 diberi PSK sebesar 0,045 mg, P2 diberi PSK sebesar 0,09 mg dan P3 diberi PSK sebesar 0,18 mg 3.3.8 Koleksi spermatozoa Koleksi spermatozoa dilakukan dengan cara bagian epididimis dipisahkan dari lemak dan testis. Untuk mengurangi terjadinya kontaminasi oleh cairan darah dan jaringan lainnya, dengan hati-hati epididimis dibersihkan dan diambil bagian kauda epididimisnya yakni diambil pada bagian yang dekat dengan vas defferens. Kemudian kauda epididimis diletakkan dalam cawan petri yang berisi 1 ml garam fisiologis. Spermtozoa mencit dikoleksi dengan metode cacah. 3.3.9 Pengukuran motilitas spermatozoa Pengukuran motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meletakkan satu tetes suspensi spermatozoa dalam gelas objek cekung dengan kaca dengan skala mikrometer diletakkan pada lensa objektif. Kecepatan motilitas spermatozoa diketahui dengan mengukur jarak yang ditempuh oleh spermatozoa tiap detik (µm/detik) dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x yang pada lensa objektifnya sudah dipasang mikrometer sebagai skalanya. Pengamatan kecepatan motilitas spermatozoa dilakukan segera setelah pembedahan mencit dalam waktu kurang lebih 15-30 menit. Spermatozoa yang dipilih adalah yang bergerak lurus kedepan (progressive) pada lensa okuler

22 dengan perbesaran 400x. Pengamatan dilakukan pada 100 spermatozoa (Hayati, 2007). 3.3.10 Pengamatan viabilitas spermatozoa Pengamatan viabilitas spermatozoa dilakukan dengan mengambil satu tetes suspensi spermatozoa, kemudian ditambahkan 2-3 tetes eosin 1% dan negrosin 10% di atas gelas objek. Suspensi zat pewarna dihomogenkan dan dibuat smear, dibiarkan selama 5-10 menit, kemudian dilihat viabilitas spermatozoa dengan menggunakan mikroskop (Hayati, 2007). Pengamatan viabilitas dilakukan pada 100 spermatozoa per preparat dengan ulangan 10 x dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Data pengamatan tersebut meliputi spermatozoa yang hidup dan spermatozoa yang mati. Pada kepala spermatozoa, bila tidak terwarnai berarti spermatozoa tersebut masih hidup dan yang mati pada daerah kepala berwarna merah (terwarnai). Kepala berwarna merah karena zat warna eosin dan negrosin menembus masuk dalam membran sel. Masuknya eosin dan negrosin disebabkan oleh permeabilitas membran sel spermatozoa mati meningkat didaerah kepala yang tidak tertutup akrosom (Hadiningsih, 2010). 3.3.11 Pengamatan morfologi spermatozoa Pengamatan morfologi spermatozoa dilakukan dengan mengambil satu tetes suspensi spermatozoa, kemudian diteteskan 2-3 tetes eosin 1% dan negrosin 10% diatas gelas objek. Susupensi zat pewarna dihomogenkan dan dibuat smear, dibiarkan salama 10 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir secara pelan. Setelah itu dikering anginkan pada suhu kamar (Hayati, 2007).

23 Pengamatan morfologi dilakukan pada 100 spermatozoa per preparat dengan ulangan 10 x dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesran 400x. Data pengamatan tersebut meliputi bentuk morfologi normal dan abnormal, kemudian dinyatakan dalam persen (%). Spermatozoa mempunyai morfologi normal apabila kepala bulat lonjong dengan bagian atas anterior lebih membulat dari posterior, leher lurus dan ekor tunggal berujung bebas. Morfologi abnormal jika kepala lebih kecil, lebih besar, memanjang, tidak ada atau sedikit area akrosom, mempunyai dua kepala satu ekor, leher lebih tebal, lebih kecil, bengkok, ekor bengkok, pendek, melingkar dan patah serta adanya sisa sitoplasma yang melekat (cytoplasmic droplet) pada kepala, leher atau ekor (Hafez dan Hafez, 2005). 3.3.12 Perhitungan jumlah spermatozoa Jumlah spermatozoa dihitung dengan metode dari Hayati (2007), suspensi spermatozoa sebanyak 1 ml diletakkan diatas gelas heamositometer, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Jumlah spermatozoa mencit yang dihitung dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Jumlah spermatozoa dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut: suspensi spermatozoa yang telah diencerkan dengan 1 ml (1x10 3 ml) larutan garam fisiologis diambil 10 µl kemudian diletakkan kedalam kamar hitung (heamositometer). Terbentuknya gelembung udara dihindari pada saat menutup kamar hitung dengan gelas penutup. Spermatozoa yang dihitung adalah spermatozoa yang terletak dibagian tengah dan tepi bilik (sebelah atas dan kiri bilik), sedangkan spermatozoa yang terletak di tepi bagian kanan dan bawah tidak dihitung. Rata-rata jumlah

24 spermatozoa (n) diperoleh dari total penjumlahan spermatozoa disetiap bilik dibagi empat. Panjang setiap bilik adalah 1 mm dan tinggi 0,1 mm, sehingga volume bilik sama dengan 0,1 mm 3 atau 1,0 mm 2 x 0,1 mm atau 1,0 x 10-4 ml. Jumlah spermatozoa dihitung dengan rumus jumlah sel/ml = jumlah spermatozoa (n) x 10 4 x faktor pengenceran. 3.4 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pada enam kelompok perlakuan, untuk memperoleh jumlah ulangan menggunakan rumus sebagai berikut: t (n-1) 15 Keterangan: t = jumlah perlakuan n = jumlah ulangan dimana, t (n-1) 15 4 (n-1) 15 4n-4 15 4n 20 n 5 (Kusriningrum, 2008) Hasil dari penghitungan rumus di atas, maka diperoleh nilai minimal 5 kali ulangan pada setiap perlakuan. Pada penelitian ini menggunakan 6 kali ulangan. 3.8 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang akan diamati adalah: 1. Variabel bebas (independent variable), yaitu dosis polisakarida krestin. 2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu kecepatan motilitas, persentase viabilitas, persentase morfologi normal, dan jumlah spermatozoa.

25 3. Variabel terkendali, yaitu Mus musculus jantan strain Balb/c, berumur 8-10 minggu, berat badan sekitar 25-30 gram, jenis pakan, air minum dan waktu perlakuan. 3.9 Cara Memperoleh Data Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu berupa data kuantitatif kecepatan motilitas (µm/detik), viabilitas (%), morfologi normal (%) dan jumlah spermatozoa (sel/ml). 3.10 Analisis Data Analisis data secara kuantitatif dengan cara melakukan serangkaian uji statistik. Semua data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Apabila data yang diperoleh normal dan homogen dapat dilanjutkan uji parametrik Anova satu arah pada taraf uji α = 0,05. Bila dari hasil uji Anova terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05), maka dilanjutkan dengan uji beda jarak dengan menggunakan uji Duncan.