BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya masing-masing. Setiap wilayah

BUPATI PESISIR SELATAN

PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Menimbang. Mengingat. a. bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003

04. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA BARAT

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/DPD RI/III/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

1. Diagram Alir Penelitian

Kabupaten Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

LAPORAN KEJADIAN BENCANA DAN BANTUAN SANTUNAN BENCANA TAHUN 2016 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi, memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman bahasa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tak

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

Bupati Pesisir Selatan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

KAJIAN POTENSI LAHAN UNTUK PERLUASAN TANAMAN PADI SAWAH KABUPATEN PESISIR SELATAN, TANAH DATAR, REJANG LEBONG, BENGKULU TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BUPATI PESISIR SELATAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASISIR SELATAN

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASISIR SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN PESISIR SELATAN H. ALIRMAN SORI, SH., M.Hum., MM & H. RASWIN, SH., MH

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSEKUTIF SUMMARRY DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2016

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kajian Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan Terhadap Permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran inti di sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta. satu tujuan utamanya tercantum dalam Undang-Undang No.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

ABSTRACT. Keyword: Interaction Learn To Teach, Style Learn Visually, Efikasi X'Self, Performance Teacher, Result of Learning.

BAB I PENDAHULUAN. proses pemunculan variasi bahasa. Dalam kajian variasi bahasa diperlukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dengan

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Mongondow Utara. Secara geografis kecamatan Bintauna berada pada 125 0

Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan BAB I PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Variasi bahasa sangat beragam ditemukan dalam masyarakat. Ketika seseorang berinteraksi akan tampak perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut biasa dilihat dari latar belakang etnis yang berbeda, situasi yang berbeda, tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda lazim disebut dialek karena menyangkut beda wilayah atau geografi pemilik etnis tersebut. Sebaliknya beda situasi, tujuan dan lain-lain disebut sebagai sosiolek karena adanya kasus-kasus sosial di dalamnya. Menurut (Weijnen dalam Ayatrohaedi, 1983:1) dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang menggunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya. Di Indonesia dialek tercermin dalam bahasa. Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Minangkabau. Menurut Halim (1990:67), fungsi bahasa daerah adalah sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah dan alat penghubung antarkeluarga dan masyarakat daerah. Bahasa daerah sangat penting untuk dilestarikan dan penelitian tentang bahasa daerah layak untuk dilaksanakan karena bahasa daerah merupakan sumber kosa kata bahasa Indonesia. Begitu pun bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang harus dilestarikan. Bahasa Minangkabau memiliki penutur yang cukup besar dan bagi masyarakatnya bahasa Minangkabau berfungsi sebagai alat

komunikasi antarkeluarga serta menjadi alat pendukung kebudayaan dan lambang identitas daerah itu sendiri. Salah satu daerah yang menggunakan bahasa Minangkabau sebagai bahasa sehari-hari dalam berkomunikasi adalah Kabupaten Pesisir Selatan. Kabupaten Pesisir Selatan terletak di pinggir pantai, dengan garis pantai sepanjang 218 kilometer. Topografinya terdiri atas dataran, gunung, dan perbukitan yang merupakan perpanjangan gugusan Bukit Barisan. Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada, 0 0 59-2 0 28,6 Lintang Selatan dan 100 0 19 0 101 0 18 Bujur Timur yang membujur dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 287,2 km, tinggi dari permukaan laut 0 1000 meter, luas 5.749,89 km 2, beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 22 0 C hingga 32 0 C pada siang hari, 22 0 C hingga 28 0 C pada malam hari. Luas perairan laut 84.312 km 2. Kabupaten Pesisir Selatan dengan Ibukota Painan memiliki batas: Sebelah Utara : Kota Padang Sebelah Timur : Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi Sebelah Selatan : Provinsi Bengkulu Sebelah Barat : Samudera Indonesia Daerah pada kabupaten ini berdekatan dan terdapat beberapa kecamatan yang ada di kabupaten ini. Di antaranya, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal yang berdampingan dan tidak di antarai oleh kecamatan lain. Ketiga kecamatan tersebut memiliki cara bertutur masyarakat yang

berbeda dan memiliki isolek yang berbeda. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ahmad Hidayat, pegawai camat Linggo Sari Baganti mengatakan Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal mendapat pengaruh budaya Kerajaan Ranah Indojati dan pengaruh wilayah yang berbatasan dengan tiga provinsi yaitu Sumbar, Jambi dan Bengkulu, sedangkan Kecamatan Linggo Sari Baganti tidak mendapat pengaruh daerah lain karena perpotongan wilayah antara kabupaten dengan provinsi lain tidak ada. Perbedaan isolek di ketiga kecamatan yang bersangkutan tersebut menjadi hal yang menarik untuk dideskripsikan, antara lain apakah perbedaan isolek tersebut merupakan dialek atau bukan. Perbedaan isolek yang terjadi adanya fonologis dan leksikon. Di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat kata [taga?p] untuk menyatakan kata berdiri, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung soal terdapat kata [təga?], di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat kata [daŋar] dan [daŋah] untuk menyatakan kata dengar, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal terdapat kata [dəŋah], dan di Kecamatan Linggo terdapat kata [bisua?] untuk menyatakan besok, di Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal terdapat kata [bisu?] perbedaan ini secara linguistik termasuk ke dalam perbedaan fonologi. Adapun perbedaan leksikal, misalnya di Kecamatan Linggo Sari Baganti digunakan kata [padusi] untuk menyatakan perempuan, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal terdapat kata [tino]. Di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat kata [kilaki] untuk menyatakan lelaki, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal terdapat kata [jatan]. Dan di Kecamatan Linggo Sari Baganti

terdapat kata [upa] untuk menyatakan cium, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal terdapat kata [cium]. Selain perbedaan leksikal terdapat juga perbedaan fonologi misalnya [daŋar], [daŋah] dan [dəŋah] di Kecamatan Linggo Sari Baganti tidak terdapat bunyi [R] pada akhir kata, sedangkan pada Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal muncul bunyi [R] pada akhir kata. Demikian juga pada bunyi [a] bervariasi dengan bunyi [ ] pada Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal. Pada kata [bisua?] dan [bisu?] di Kecamatan Linggo Sari Baganti muncul bunyi [ua] di tengah kata, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Pancung soal hanya muncul bunyi [u] di tengah kata, bunyi [ua] bervariasi dengan bunyi [u]. Perbedaan di atas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel I. Perbedaan Isolek Ketiga Kecamatan Beda Linguistik Kec. Linggo Sari Baganti Kec. Air Pura Kec. Pancung Soal [taga?] [təga?] [təga?] berdiri [daŋar] [daŋah] [dəngah] [dəngah] dengar Glos Fonologi [bisua?] [bisu?] [bisu? besok [padusi] [tino] [tino] perempuan Leksikon [kilaki] [jatan] [jatan] lelaki [upa] [cium] [cium] cium

Fenomena tersebut di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang geografi dialek bahasa Minangkabau dengan wilayah penelitian di Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan penutur bahasa Minangkabau. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki lima belas kecamatan di antaranya, yaitu Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan Bayang, Kecamatan Bayang Utara, Kecamatan IV Jurai, Kecamatan Batang Kapas, Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang, Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura, Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Kecamatan Lunang, Kecamatan Silaut. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan tiga kecamatan dari lima belas kecamatan yaitu, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal. Ketiga kecamatan tersebut memiliki khas wilayah yang berbeda dan cara bertutur yang berbeda terutama pelafalan dan kosa kata.

PETA KABUPATEN PESISIR SELATAN

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah variasi isolek dalam bahasa Minangkabau pada bidang fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal? 2. Bagaimanakah garis isoglos dan berkas isoglos pada peta isolek bahasa Minangkabau pada bidang fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal? 3. Bagaimanakah penetapan isolek bahasa Minangkabau secara statistik bahasa (dialektrometri) di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal? 1.3 Batasan Masalah Penelitian harus memiliki batasan masalah agar penelitian yang dilakukan terarah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini hanya meliputi persamaan dan perbedaan variasi fonologi dan variasi leksikal dalam bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan secara deskriptif dan kemudian diwujudkan dalam peta bahasa. Dalam penetapan status isolek bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan pada daerah pengamatan yang berupa tiga kecamatan secara statistik hanya pada perhitungan leksikon, karena perbedaan leksikon sudah dapat memenuhi persyaratan untuk penetapan status isolek di daerah tersebut.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan perbedaan dan persamaan variasi isolek bahasa Minangkabau pada bidang fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal. 2. Menggambarkan garis isoglos dan berkas isoglos pada peta isolek bahasa Minangkabau pada bidang fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal. 3. Menetapkan isolek bahasa Minangkabau secara statistik bahasa (dialektrometri) di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian dialek bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan ini dapat memberi manfaat yaitu: 1. Menambah penelitian tentang dialektologi dan linguistik. 2. Menjadi bahan acuan dan sumber masukan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian mengenai geografi dialek bahasa Minangkabau. 3. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang geografi dialek bahasa Minangkabau.

4. Hasil penelitian dialektologi akan dapat memberi status penamaan dialek di Kabupaten Pesisir Selatan. 5. Variasi data fonologi dan leksikon akan dapat menjadi sumber data bagi peneliti linguistik selanjutnya. 1.4.2.2 Manfaat Praktis Secara Praktis manfaat dalam penelitian ini yaitu: 1. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian tentang variasi dialek bahasa Minangkabau. 2. Melakukan pelestarian, pembinaan, dan pengembangan salah satu bahasa nusantara khususnya bahasa Minangkabau. 3. Memperkenalkan bahasa Minangkabau kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional.