dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi klinis gangguan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek


BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9% orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas pada tahun DM

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri-ciri adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (PERKENI, 2011). Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2010 di Amerika Serikat terdapat 1,9 juta kasus baru di diagnosa diabetes, dan pada tahun 2011 terdapat sekitar 8,3% dari 125,8 juta orang populasi. Sedangkan pada tahun 2007 penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang mendasari angka kematian di Amerika Serikat dengan total 231.404 kasus (Muhith & Setyowati, 2014). WHO memprediksikan bahwa jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia akan meningkat dari jumlah semula sebesar 8,4 juta di tahun 2000 akan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Data tersebut menempatkan posisi Indonesia di peringkat keempat negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah negara Cina, India dan Amerika Serikat (Amir, et al, 2015). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukan bahwa terdapat 6,9% dari 176.689.336 penduduk di usia 15 tahun ke atas menderita diabetes melitus. yang didapatkan data sebanyak, 30,4% dari 12.191.564 penderita diabetes tidak terdiagnosis sebelumnya (RISKESDAS, 2013). Prevalensi penyakit diabetes melitus tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 terletak di kabupaten Demak dengan angka 1.629 kasus IDDM dan 13.435 kasus NIDDM. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015). Prevalensi penyakit NIDDM di Kabupaten Demak pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana angka kejadian semula 3204 dan naik menjadi 17442 di tahun 2015. Jumlah kasus lama dan kasus baru penyakit tidak menular khususnya NIDDM di kabupaten Demak tahun 2015, 1

2 terdapat 1250 kasus lama dan 974 kasus baru yang berada pada wilayah puskesmas Bonang 1 (Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2015). Berdasarkan Muhith & Setyowati (2014) penyebab kenaikan gula darah yaitu makanan yang tinggi karbohidrat, tinggi lemak, rendah serat, banyak mengandung gula, banyak mengandung protein, obesitas, kurang olahraga (aktivitas) dan pola diet yang salah (serba instan). Penelitian yang dilakukan Amir, et al (2015) menunjukkan bahwa kelompok responden yang diteliti memiliki rata-rata kadar glukosa darah sewaktu dengan nilai 267,8 mg/dl. Namun terdapat kelompok responden dengan nilai bururk di atas 180 mg/dl. Hasil penelitian lain yang dilakukan Purwandari (2014) menunjukan bahwa terdapat hubungan obesitas dengan kadar gula darah, dimana hampir dari setengahnya (42%) mengalami obesitas I dan sebanyak (35%) mempunyai kadar gula darah 111-140. Insidensi komplikasi kronis terbanyak pada penderita DM tipe II dengan komplikasi kronis adalah nefropati diabetik (42,6%), selanjutnya disusul dengan komplikasi retinopati diabetik (37,6%), penyakit jantung koroner (33%), penyakit pembuluh darah perifer (30%), neuropati diabetik (23,4%), dan terakhir adalah penyakit pembuluh darah otak (19%) (Edwina, et al, 2016). Masalah penanggulangan diabetes melitus salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang rendah. Dimana tingkat pengetahuan yang rendah akan dapat mempengaruhi pola makan yang salah sehingga menyebabkan obesitas, yang akhirnya mengakibatkan kenaikan kadar glukosa darah. Salah satu upaya pencegahan diabetes melitus adalah dengan perbaikan pola makan melalui pemilihan makanan yang tepat (Insiyah & Hastuti, 2016). Sikap penderita diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, dalam hal ini tingkat pengetahuan akan membawa penderita diabetes melitus untuk menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila pengetahuan penderita diabetes melitus baik, maka sikap dan perilaku terhadap diet diabetes melitus semestinya dapat mendukung terhadap kepatuhan diet diabetes melitus itu sendiri (Phitri & Widiyaningsih, 2013).

3 Menurut penelitian yang dilakukan Phitri & Widiyaningsih (2013) didapatkan adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap penderita diabetes mellitus dengan kepatuhan diet diabetes mellitus. Penelitian lain yang dilakuakan oleh Purwanto (2011) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan diet diabetes mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada diabetes mellitus. Dan dapat disimpulkan bahwa jika tingkat pendidikan semakin tinggi maka diharapkan akan semakin luas pula pengetahuan dan perubahan sikap responden serta semakin mudah dan cepat pula untuk menerima berbagai informasi dari berbagai media khususnya tentang gizi dan kaitannya dengan kesehatan. Penelitian Rahmadiliyani dan Muhlisin (2008) menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pengendalian kadar glukosa darah. Namun terdapat hasil penelitian yang berbeda menurut Witasari, et al (2009) dimana hasil dari penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang pengelolaan diabetes melitus dengan kadar glukosa darah puasa. Studi awal telah dilakukan oleh peniliti di puskesmas bonang 1 yang didapatkan, jumlah data pengunjung terbanyak selama 3 bulan terakhir berada di desa Morodemak. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap 5 warga desa Morodemak yang menderita diabetes melitus tipe II, dengan hasil bahwa 5 penderita di desa Morodemak tidak mengetahui tentang diet penderita diabetes melitus. Dari data diatas menunjukan bahwa penyakit DM merupakan penyakit yang sangat serius dan harus segera ditangani. Mengingat jumlah prevalensi penyakit DM yang terus meningkat setiap tahunnya maka penurunan angka prevalensi harus dilakukan dengan cara mencegah faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit DM. Agara dapat memberikan gambaran yang lebih jelas maka perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat pengetahuan diet diabetes melitus dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di desa Moro Demak.

4 Perbedaan penelitian ini dengan peneliti yang sebelumnya terletak pada tempat waktu, jumlah sample dan variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan diet diabetes melitus dan kadar gula darah yang akan di lakukan pada penderita diabetes melitus tipe II di desa Morodemak B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan diet diabetes melitus dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II di desa Morodemak? C. Tujuan Penelitian 1. TujuanUmum Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan diet diabetes melitus dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II di desa Morodemak 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan diet diabetes melitus pada penderita diabetes melitus tipe II di desa Morodemak b. Mendeskripsikan kadar gula darah penderita diabetes melitus tipe II di desa Morodemak c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan diet diabetes melitus dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II di desa Morodemak D. Manfaat Penelitian 1. Instansi terkait Khususnya Puskesmas Bonang 1 ini dapat memberikan informasi dan masukan mengenai tingkat pengetahuan diet diabetes melitus dengan kadar gula darah. Sehingga dapat menjadi tambahan bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan tindakan.

5 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada masyarakat khususnya pada warga desa Morodemak dimana tingkat pengetahuan diet dapat mempengaruhi kadar gula darah 3. Bagi Institusi Pendidikan Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan untuk referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang kadar gula darah. E. Bidang Ilmu penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang difokuskan dalam bidang ilmu keperawatan komunitas.

6 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti/ tahun Judul Desain Hasil 1 Herlena Essy Phitri & Widiyanin gsih (2013) Hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita diabetes mellitus dengan t kepatuhan diet diabetes mellitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu melakukan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat. Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet diabetes mellitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur (pvalue=0,003) Dan terdapat hubungan sikap penderita diabetes mellitus dengan kepatuhan diet diabetes mellitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur (pvalue=0,018) 2 Nina Rahmadiliyani & Abi Muhlisin (2008) Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan tindakan mengontrol kadar gula darah di wilayah kerja puskesmas I Gatak Sukoharjo Penelitian ini Hasil penelitian merupakan penelitian menunjukkan bahwa dengan ada hubungan yang menggunakan signifikan antara metode deskriptif pengetahuan tentang korelatif melalui penyakit dan pendekatan croos komplikasi pada sectional. Populasi penderita diabetes yang diambil melitus dengan adalah semua tindakan mengontrol penderita diabetes kadar gula darah melitus yang (nilai r = 0,508 dan berobat jalan di nilai p <0,05) puskesmas I gatak Sukoharjo dengan sampel sebanyak 42 penderita 3 Ucik Witasari, Setyaningrum Rahmawaty & Siti Zulaekah (2009) Hubungan tingkat pengetahuan, asupan karbohidrat dan serat dengan pengendalian kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 Penelitian ini menggunakan Metode observasi melalui pendekatan cross sectional dengan Populasi penelitian ini Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang pengelolaan Diabetes Melitus dengan kadar glukosa

7 4 Nasrul Hadi Purwanto (2011) Hubungan pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes mellitus adalah semua pasien yang terdiagnosis DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui pendekatan cross sectional dengan populasi seluruh pasien diabetes mellitus yang melakukan kunjungan di RSUD Dr. H Moh anwar Sumenep pada bulan April 2010 darah puasa (pvalue=0,215 >0,05) Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan diet diabetes melitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada diabetes mellitus (pvalue= 0,000) 5 Norma Nisnasari (2014) Hubungan tingkat kepatuhan diet pasien diabetes mellitus dengan munculnya komplikasi di puskesmas pesantren II Kota Kediri Desain penelitian ini menggunakan metode korelatif melalui pendekatan croos sectional dengan populasi semua pasien diabetes mellitus di puskesmas pesantren II kota kediri sejumlah 566 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan tingkat kepatuhan diet pasien diabetes mellitus dengan munculnya komplikasi di puskesmas pesantren II Kota Kediri (T hitung < T tabel = 0,64 < 3,84) Perbedaan penelitian ini dengan peneliti yang sebelumnya terletak pada tempat waktu dan jumlah populasi keaslian penelitian ini membahas tentang hubungan tingkat pengetahuan diet diabetes melitus dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II di desa Morodemak