r,ii{f vii :i] ' r1" t,

dokumen-dokumen yang mirip
i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

SMP NEGERI 3 MENGGALA

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

IV APLIKASI PERMASALAHAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HEWAN YANG LANGKA DAN DILINDUNGI DI INDONESIA 1. Orang Utan (Pongo pygmaeus)

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RENCANA STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

Burung Kakaktua. Kakatua

BAB 8: GEOGRAFI DINAMIKA BIOSFER

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

DINAS KEHUTANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP DAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Assalamu alaikum Wr. Wb. Syalom, Salam sejahtera, Oom swastiastu

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Disampaikan Pada Acara :

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

Identifikasi Lokasi Prioritas Konservasi di Indonesia Berdasarkan Konektivitas Darat-Laut

KARTU SOAL ULANGAN HARIAN

Transkripsi:

r,ii{f :i] ' r1" t, 48 80 108 168 246 Pendahuluan Sejarah geologi pembentukan yang berbeda di antara pulau-pulau di Indonesia, variasi iklim dari bagianbaratyanglembab sampaibagian timuryang keringsangatmempengaruhi pembentukan ekosistem dan distribusi binatang dan tumbuhan yang ada di dalamnya. tlasil proses ini tercermin dalam keragaman ekosistem dan taksa tumbuhan yang terdapat di wilayahnya. Sumatera Memiliki lebih dari 10.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang kebanyakan tumbuh di hutan dataran rendah. Dari segi fauna pulau ini paling kaya di Indonesia, karena memiliki 2I0 spesies mamalia (9 spesies endemik), 580 spesies burung (19 spesies endemik), 194 spesies reptilia, 62 spesies amfibi dan 272 spesies ikan air tawar (30 spesies endemik) (BAPPENAS f993). Jawa - Bali Memiliki keanekaragaman hayati yang unik, namun akibat berbagai tekanan yang dialaminya, khususnya di PulauJawa, seperti laju penumbuhan penduduk, eksploitasi sumber dala alam yang berlebihan, sisrem ekonomi, kebijakan dan pembangunan, kesenjangan dalam pemilikan dan pengelolaan, pengemhuan yang kurang, serta sistem hukum dan kelembagaan yang lemah menyebabkan keanekaragaman hayati berada dalam kondisi kritis, bahkan terancam punah. Kalimantan Proses geologi di pulau ini dengan distribusi iklim, jenis tanah, ketinggian, topografi dan keberadaannya di sepanjang Garis Khatulistiwa, membuat pulau ini sangat kaya akan spesies fauna dan flora, dan habitat yang sangar bervariasi, khususnya hutan hujan tropis basah terluas di Asia lbnggara (MacKinnon dkk. 2000). Pulau ini memiliki 222 spesies rnamalia (44 spesies endemik), 13 spesies primatayang semuanya endemik, spesies kamivora yangberukuran sedang, seperti Macan dahan (Neofelisnebulosa) dan Beruang madu (Helarctos malayanus) sampaiberbagai jenis musang dan tikus. Jumlah spesies burung mencapai 420 (37 spesies endemik). Pulau ini terkaya akan spesies amfibi, reptilia, ikan dan avertebrata di Dangkalan Sunda. Sulawesi Sejarah geologi Sulawesi dan posisinya yang terisolasi selama jutaan tahun memungkinkan evolusi berbagai spesies unik terjadi, sehingga pulau ini memiliki tingkat endemisme organisme yang sangat tinggi. Dari 127 spesies mamalia yang telah ditemukan di Sulawesi, 62%-nya adalah endemik. Dari 235 spesies burung darat yang diketahui saat ini, 8'1 spesies atau 34%-nya hanya terdapat di bioregion ini ; 26% dan 1 I 7 spesies reptilia adalah endemik, demikian juga paling sedikit 37 spesies endemik dari 520 spesies tumbuhar_r. Nusa Tenggara dan Maluku Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia. Nusa Tenggara mencakup pulau Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba dan Timor bagian barat. Kepulauan Maluku meliputi Halmahera, Temate, Obi, Bacan, Seram, Ambon, Buru, dan Kei. Kekayaan fauna meliputi 400 spesies burung (7I spesies endemik), I12 spesies mamalia kecil, 37 reptilia endemik, 3l spesies kupu-kupu ekor panjang. Ekosistem dan habitat yang dominan adalah savana, sedangkan sisa hutan basah primer dataran rendah yang ada sangat terancam keberadaannya. Kepulauan yang dikelilingi laut ini memiliki terumbu karang terluas di Indonesia bagi4n timur. Papua Masih memiliki persentase tutupan hutan dan habitat alam yang paling baik di Indonesia (sekitar 80%). Selain keanekaragaman hayati yang dnggi pada tingkat taksa, Papua juga memiliki variasi ekosistem, mulai dari kawasan terurnbu karang, hutan mangove, savana dan hutan monsun, hutan tropis dataran rendah, pegunungan sampai ekosistem alpin. Myers (1988) menyatakan bahwa sekitar 90% tumbuhan berkayu di Papua Niugini (termasuk Papua) merupakan tumbuhan endemik. Dari sekitar 650 spesies burung, 50%-nya adalah endemik, spesies mamalia berjumlah 164, kupukupu 750 spesies, reptilia dan amfibi 330 spesies. vii

Sumatera. 11 Tabel l. Luas hutan di Sumatera berdasarkan fungsinya 11 Tabel2. Perkiraan luas habitat lahan basah di bioregion Sumatera 14 Tabel 3. Daftar kawasan konservasi lahan basah di Sumatera 15 Tabel,l. Daftar vegetasi lahan basah yang terancam dan dilindungi 18 Tabel 5. Potensi keanekaragaman hayati dan tingkat endemisme di Sumatera Jawa-Bali 53 Tabel 1.a. Kawasan khas di Taman NasionalJawa-Bali 54 Tabel I.b. Kawasan Taman Nasional dijawa-bali 58 Tabel 2. Perkiraan luas habitat lahan basah di Jawa dan Bali 60 Tabel 3. Luas dan persebaran hutan mangrove di regionjawa dan Bali Kalimantan 83 Tabel t. Kekayaan spesies di seluruh Pulau Kalimantan dan pulau-pulau lainnya 85 Tabel 2. Potensi keanekaragaman hayati dan tingkat endemisme di Kalimantan dibandingkan dengan region lainnya 86 Tabel3. Luas hutan di Kalimantan berdasarkan fungsinya 90 Tabel4. Habitat uuma lahan basah di region Kalimantan 91 Tabel 5. Kawasan lahan basah prioritas menurut KalimantanWide-WetlandSumey 92 Tabel 6. Daftar kawasan konservasi lahan basah dan statusnya di Kalimantan 95 Tabel 7. Kebakaran hutan dan lahan di Kaltim tahun 199711998 96 Tabel8. Identifikasi masalah mendasar di bidang kehuranan 98 Tabel 9. Masalah utama yang dihadapi di ekosistem pesisir dan laut serta ahernatif pemecahannya 100 Tabel 10. Masalah utama lahan basah dan alternatif pemecahannya Sulawesi 113 Tabel I. LuashutandibioregionSulawesiberdasarkanfungsinya 114 Tabel 2. Luas hutan menurut peruntukannya di bioregion Sulawesi 116 Tabel3. Distribusi hutan mangrove di Sulawesi 117 Tabel 4. Luas hutan mangrove sulawesi menurut fungsi &n peruntukannya 117 Tabel5. Kawasan lindung di Sulawesi yang memiliki hutan mangrove 118 Tabel 6. Kondisi terumbu karang di beberapa tempat di Sulawesi berdasarkan persenrase tuupan karang 119 Tabel 7. Perkiraan luas habitat utama lahan basah di Sulawesi 119 Tabel 8. Daftar danau-danau besar di Sulawesi vlll

f' 'lii $. r' fi [r if' :i ij' il' i'.n ii. i' ], 120 Tabel 9. Kawasan konservasi lahan basah di Sulawesi 123 Tabel 10. Luas lahan pertanian dan perkebunan di Sulawesi 124 Tabel II. Areal kapas transgenik musim tanam 2001 di Sulawesi Selatan Nusa Tenggara & Maluku 171 Tabel 1. Luas beberapa pulau di Nusa Tenggara dan Maluku 177 Tabel2. Luas pulau besar di Nusa Tenggara dengan jumlah spesies endemik 178 Tabel3. Jumlah spesies burung di setiap wilayah di Indonesia 178 Tabel,l. Status spesies burung yangada di Maluku 182 Tabel 5. Luas tutupan hutan di Nusa Tenggara dan Maluku menurut RePPPToT 185 Tabel6. Distribusi savana dan padang rumput di Nusa Tenggara dan Maluku 188 TabelT. Luas tipe habiut lahan basah di Nusa Tenggara 189 Tabel 8. Kawasan lahan basah yang terdapat dalam kawasan konservasi 194 Tabel g. Flora dan fauna endemik di Nusa Tenggara Papua 249 Tabel 1. Jumlah spesies (keanekaragaman spesies) beberapa taksa di Papua yang diperkirakan oleh para ahli dan konservasi (CI 1999) 250 Tabel2. Luas hutan berdasarkan fungsinya (dihitung berdasarkan peta PADUSERASI) IX

Sumatera 9 Gambar I. fipe persebaran ekosistem dan kawasan konservasi di Sumatera 10 Gambar 2. Perubahan tutupan hutan di Sumarera, fg00-2010 12 Gambar3- Bangaubluwok (Mycteiacinrea) 12 Gambar 4. Oranguun sumatera jantan dewasa muda, merupakan keturunan campuran 13 Gambar 5. Danau Dusun Besar, Bengkulu 16 Gambar 6. Persebaran reptilia dan amfibi di Sumatera 17 Gambar 7. Persebaran mamalia di Sumatera 17 Gambar 8. Harimau sumatera yang sudah mulai langka masih terus diburu secara liar 18 Gambar 9. Buaya senyulong semakin langka akibat kebakaran dan pembukaan lahan di habitatnya. yang berupa hutan rawa 20 Gambar 10. Raflesic arnolilii,bunga terbesar di dunia 21 Gambar 11. Mentok rimba (Cairina santulan) mudah dijumpai di Way Kambas 23 Gambar 12. Kelapa sawit sebagai primadona tanaman perkebunan yang menyebabkan pembukaan hutan secara besar-besaran 25 Gambar 13. Beruang madu (Helarctosmalayanus), salah satu fauna yang dijumpai di Berbak 26 Gambar 14. Betet biasa banyak di perdagangkan untuk peliharaan 29 Gambar 15. Banyak kayu yang terbuang akibat tidak sesuai dengan ukurannya di tempat-tempat penggergajian Jawa-Bali 52 Gambar I. Jalak bali (Lancopsar rotlschilili) yang rerancam punah 52 Garnbar 2. Banteng (BosjavanicHs) adalah mamalia besar yang terancam punah karena perburuan dan perusakan habitatnya 56 Gambar 3. Jagung merupakan tanarnan pertanian yang menjadi salah satu makanan pokok di Jawa dan Bali 59 Gambar4. Owajawa (Hylobatesmoloch) merupakansalahsatuprimataendemikdijawa 59 Gambar 5. Hutan payau di Rawa Danau,Jawa Barat merupakan satu-satunya kawasan rawa payau yang keberadaannya terancam Kalimantan 83 Gambar I. Sungai merupakan akses utama untuk mencapai daerah terpencil di sebagian besar wilavah Kalimantan Gambar 2. Kantong semar (Nepenthes rafrlesiana), tumbuhan pemangsa serangga u 85 Gambar 3. Gajah asia (Elqhas macimus) satu-satunya spesies mamalia besar yang ada di Kalimantan bagian utara

86 Gambar 4. 86 Gambar 5. 89 Gambar 6. 96 Gambar 7. Sulawesi Pembukaan hutan untuk lahan perkebunan sering dilakukan dengan membakar hutan Perubahan tutupan hutan di Kalimantan, 1900-20I0 Penangkapan kura-kura untuk konsumsi manusia Penebangan hutan menimbulkan kerusakan bagi pohon-pohon lain di hutan akibat tertimpa pohon yang dibalak dan pengangkutantya 111 Gambar l. Letak Sulawesi di antara Garis Wallace dan Garis Weber 112 Gambar 2. Perbandingan satwa endemik Sulawesi dan pulau-pulau utama lainnya di lndonesia 115 Gambar 3. Perubahan tutupan hutan di Sulawesi 1900-2010 118 Gambar 4. Kondisi terumbu karang yang masih baik di salah satu titik pengamatan di TNL Wakatobi, Sulawesi Tenggara 121 Gambar 5. Karena warna paruhnya yang menarik, burung Rangkong termasuk sasaran utama para pemburu 122 Gambar 6. Beberapa spesies ikan yang terdapat di D- Tempe 122 Gambar 7. Timbunan sampah domestik 124 Gambar 8. Kapas Bt yang ditanam di lahan milik petani di Kabupaten Bulukumba 126 Gambar 9. Ikan-ikan gua endemik yang ditemukan di Gua Tanete kawasan karst Maros-Pangkep 126 Gambar I0. Keong yang ditemukan di gua-gua kawasan karst Maros 127 Gambar Il. Pemandangan kawasan karst Menara Maros-Pangkgp 127 Gambar 12. Keindahan ornamen dan danau bawah tanah di Gua Sallukang Kallang kawasan karst Maros 130 Gambar 13. Sebuah rumah di tepi D.Tempe yang tertimbun lumpur sekitar 1,2 m akibat sedimentasi 131 Gambar 14. Peledakan kawasan karst untuk bahan baku industri semen 137 Gambar 15. Osmoxylonpalmatummerupakan tanaman perdu yang memiliki bunga menggumpal 141 Gambar 16. Krabuku kecil (Tarsius purnilus) adalah binatang langka di Sulawesi Tengah 142 Gambar 17. Aendes injtenlm meflrpakan anggrek epifit yang tumbuh di hutan sekitar pinggir danau Nusa Tenggara & Maluku 176 Gambar 1. Kancilan timor (Paclrycepalaorpheus) 179 Gambar 2. Cekakak biru-putih (Halcyon diops) 179 Gambar 3. Bubut goliath (Centropus goliath),burung sebaran terbatas 180 Gambar 4. Belalang, capung dan Kupu-kupu ekor panjang 185 Gambar 5. Savana di Mutis, Timor 186 Gambar 6. Hutan di kawasan yang diusulkan sebagai taman nasional di Halmahera 189 Gambar 7. Lahan Basah di Tiwo Bowu, Flores 195 Gambar 8. Tenunan ikatkhas di NTT Papua 251 Gambar l. Pulau Niugini (termasuk Provinsi Papua) adalah pulau ketiga dari Belantara Tropis Dunia 252 Gambar 2. Buayamuara (Crocodylus porosus) yang memiliki nilai ekonomis tinggi 252 Gambar 3. Kawasan suaka di Provinsi Papua 253 Gambar 4. Kawasan prioritas untuk pelestarian keanekaragaman hayati di Papua 254 Gambar 5. Populasi Kasturi kepala-hitam (Lortus lorry) kini semakin menyusut akibat penangkapan dan perdagangan ilegal 255 Gambar 6. Status dan tipe kawasan suaka di Papua serta luas kawasan suaka berdasarkan usulan minimum 258 Gambar 7. Monyet ekor panjang (Macacafasciculans) merupakan spesies introduksi di Papua xi