Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG]

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

MEMBINA HUBUNGAN BISNIS YANG SUKSES Harapan Cisco terhadap Mitra Bisnisnya

ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN SURAT PEMESANAN PEMBELIAN (PO)

SYARAT & KETENTUAN. The Color Run Presented by CIMB Niaga

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

Pemindai HP HD Pro 42 inci. Jaminan Terbatas

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bagian Kedua Penyidikan

Kontrak Tersamar, Unconscionability dan Doktrin Undue Influence

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

GARANSI TERBATAS (PLAYBOOK) Hak-Hak Yang Wajib Diperoleh Berdasarkan Undang-Undang. Garansi

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PERSETUJUAN MASTER STOCKIST

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

Lampiran untuk Layanan Peralatan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

Perjanjian Layanan Cloud

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERSYARATAN PEMBELIAN (BARANG DAN JASA)

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions)

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

PERJANJIAN LAYANAN PORTAL PELIBATAN

184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM

HP DesignJet Z2600 PostScript Printer HP DesignJet Z5600 PostScript Printer. Jaminan Terbatas

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Solusi Pencetakan HP Jet Fusion 3D. Jaminan Terbatas

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN

FORMULIR PENDAFTARAN PELANGGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERSYARATAN DAN KETENTUAN UMUM Layanan PERTAMINA e-procurement

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jika Anda tidak menyetujui syarat-syarat ini, harap klik JANGAN TERIMA dan dapatkan pengembalian harga pembelian dengan cara sebagai berikut:

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA

Ketentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi 2. Bentuk dan Isi Somasi

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Syarat dan Ketentuan. Mohon Diperhatikan. Ketentuan Penggunaan Situs Web

Jaminan Terbatas Global dan Dukungan Teknis

Ketentuan-ketentuan Umum PENJUALAN Barang (termasuk Perangkat lunak)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

2015, No Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan diubah sebagai berikut: 1. Kete

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HP DesignJet T730 Printer HP DesignJet T830 Multifunction Printer Series. Jaminan Terbatas

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

DAFTAR ISI. Singapore International Mediation Centre (SIMC) Peraturan Mediasi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG

Transkripsi:

Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Sistem Common Law: Kebanyakan negara-negara yang dulunya di bawah pemerintahan Kolonial Inggris manganut sistem hukum kasus (common law) Inggris. Meskipun common law dan hukum perdata sama-sama berasal dari hukum Romawi kuno, namun jalur mereka berbeda. Berbeda dengan hukum perdata, yang diambil dari aturan-aturan yang disusun dalam suatu sistem, common law bercirikan ketergantungan yang besar terhadap kasus-kasus khusus yang diputuskan dari waktu ke waktu oleh hakim-hakim. Oleh karena itu, sistem common law memberikan banyak kekuasaan kepada pengadilan dan, tidak seperti hukum perdata, sangat bergantung kepada pengacara. Dalam teori, common law merupakan suatu sistem yang fleksibel yang sangat berbeda dengan proses-proses yang stabil dan dapat diramalkan seperti dalam hukum perdata. Akan tetapi, dalam kenyataannya, hal ini tampaknya tidaklah selalu benar. Berdasarkan doktrin stare decicis (berdasarkan keputusan terdahulu), pengadilan-pengadilan common law umumnya memutuskan kasus-kasus baru dengan cara yang konsisten dengan prinsipprinsip yang mengatur keputusan-keputusan sebelumnya. Dengan berjalannya waktu, hukum kasus telah berkembang dengan baik. Di samping itu, sebagian besar dari prinsipprinsip hukum kontrak yang berkembang dalam common law seiring dengan berjalannya waktu dikodifikasikan dalam Undang-undang Penjualan Barang. Selain Amerika Serikat, sebagian besar negara-negara yang menganut common law telah memberlakukan perundang-undangan tersebut. Kontrak dalam Sistem Hukum AS: Kata "kontrak" lazim digunakan untuk menandakan salah satu dari tiga konsep yang berbeda: (1) rangkaian tindakan-tindakan yang digunakan oleh pihak-pihak untuk menyatakan persetujuannya atas suatu perjanjian; (2) dokumen yang mereka tandatangani untuk membuktikan persetujuan mereka; atau (3) hubungan hukum yang ditimbulkan oleh perbuatan-perbuatan mereka yang menimbulkan hak terhadap suatu pihak dan kewajiban terhadap pihak lain. Konsep pertama menekankan pada tindakan-tindakan yang sah berlaku yang diperlukan untuk pembuatan suatu kontrak, yang diuraikan sebagai "suatu janji atau serangkaian janjijanji yang untuk pelanggarannya diberikan upaya hukum oleh undang-undang, atau yang pelaksanaannya diakui oleh undang-undang sebagai tanggung jawab.'' 1 Sebaliknya, Uniform Commercial Code mengacu kepada seluruh hubungan hukum yang tercipta yang menyatakan bahwa "kontrak adalah kewajiban total berdasarkan hukum yang berasal dari perjanjian pihak-pihak sebagaimana yang dipengaruhi oleh Undang-Undang ini dan setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku lainnya.''2 Dalam prakteknya, penggunaan definisi tertentu tentang kontrak secara relatif kurang penting. Yang penting adalah bagaimana dapat menentukan kapan suatu janji akan dilaksanakan berdasarkan undang-undang dan kapan pelaksanaannya dapat dikecualikan. Undang-undang tersebut tidak berupaya untuk melaksanakan semua janji. Sering dikatakan bahwa tujuan utama dari hukum kontrak adalah untuk mewujudkan harapan-harapan yang wajar yang disebabkan oleh pemberian janji. Batang tubuh dari hukum kontrak terdiri dari

aturan-aturan untuk menetapkan sifat dari hubungan hukum yang ditimbulkan oleh suatu transaksi kontrak tertentu. Keinginan pihak-pihak untuk memikul kewajiban biasanya merupakan noma-norma yang mengatur. Keinginan tersebut diwujudkan tidak hanya melalui kata-kata yang digunakan oleh para pihak tetapi juga melalui tingkah laku mereka, situasi mereka dan keadaan-keadaan lainnya. Bahkan, suatu kontrak yang tersirat adalah kontrak di mana maksud para pihak terwujud seluruhnya melalui tindakan-tindakan mereka.3 Beberapa perbedaan yang paling penting antara hukum kontrak di Amerika Serikat dan kontrak di bagian dunia lain adalah menyangkut upaya hukum atas pelanggaran kontrak. Di Amerika serikat, suatu tindakan hukum yang berdasarkan suatu kontrak dapat melibatkan pemeriksaan pengadilan secara penuh di mana pihak lawan biasanya berhak untuk meminta agar fakta ditetapkan oleh juri. Tunduk kepada pengawasan peradilan tertentu,6 juri tidak hanya menetapkan fakta, tetapi juga memberlakukan hukum terhadap fakta-fakta tersebut dan membuat keputusan umum untuk salah satu dari pihak lawan. Akan tetapi, generalisasi tersebut harus memenuhi syarat yang berkaitan dengan kelompok kecil kasus di mana yang dicari adalah penyelesaian yang adil. Juri tidak digunakan dalam proses hukum tentang keadilan, kecuali kalau juri-juri penasehat boleh digunakan dalam sebagian kecil kasus. Perbedaan utama sehubungan dengan hukum kontrak adalah bahwa tindakan-tindakan hukum biasanya berusaha mendapatkan keputusan tentang ganti rugi moneter, sementara tindakan hukum tentang keadilan mencari penyelesaian melalui tindakan tertentu atau tidak adanya tindakan. Berdasarkan aturan prosedur modern di Amerika Serikat, penyelesaian hukum atau penyelesaian yang adil pada umumnya dapat diminta dalam tindakan hukum yang sama---baik secara bersama-sama, atau salah satu.7 Upaya hukum yang lazim atas pelanggaran kontrak di Amerika Serikat adalah pemberian ganti rugi.8 Pelaksanaan khusus -- yaitu, penyelesaian nyata atas suatu kontrak oleh pihak yang terikat untuk memenuhinya- terbatas kepada sekelompok kecil kasus, biasanya yang melibatkan kepentingan-kepentingan atas tanah atau properti pribadi yang bersifat unik atau dengan cara lain tidak tersedia, dan kasus-kasus yang berkaitan dengan perwaliamanatan.9 Penting untuk dijelaskan bahwa dalam sistem Anglo-Amerika, ketidakpatuhan atau pengabaian atas perintah-perintah dan keputusan pengadilan dapat dihukum dengan pelanggaran perdata atau pidana (yang salah satunya dapat mengakibatkan dipenjara, denda, atau keduanya) tergantung kepada sifat dari perbuatan tersebut. Ketidakpatuhan atas perintah pengadilan dianggap sebagai pelanggaran perdata, walaupun dalam keadaantertentu dapat merupakan pelanggaran pidana. 10 Harus dicatat bahwa bahwa Pasal 2 UCC, yang mengatur tentang kontrak untuk penjualan barang, telah diberlakukan di setiap negara bagian kecuali Louisiana. Ketegangan tertentu terdapat antara aturan yang lama dari common law tentang kontrak dan aturan-aturan terbaru dari UCC di Amerika Serikat. Misalnya, common law, dengan aturan-aturannya yang tepat, sering menggagalkan pembuatan kontrak.11 Sebaliknya, Undang-undang tersebut, sebagai upaya untuk menyesuaikan hukum dagang dengan praktek bisnis sebenarnya, biasanya akan menghasilkan kontrak yang dapat dilaksanakan dalam kasus-kasus di mana para pihak percaya mereka telah membuat persetujuan, bahkan apabila mereka belum secara terang-terangan menyetujui syarat-syarat seperti harga, waktu dan tempat penyerahan.12 Undang-undang tersebut membuat perubahan-perubahan lain dalam hukum kontrak, seperti menghapus persyaratan common law tentang pertimbangan dalam memodifikasi kontrak yang telah ada.13

Pembuatan Kontrak 1. Proses Pembuatan Suatu kontrak yang sah adalah suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu tindakan hukum atau untuk tidak melakukan suatu tindakan yang tidak dilarang oleh hukum dengan imbalan yang cukup dan sah 1 Perjanjian tersebut harus dinyatakan dengan jelas dan tepat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang untuk melakukan kontrak.2 2. Para Pihak Hanya pihak-pihak yang berwenanglah yang dapat membuat kontrak.3 Karena salah satu dari persyaratan pembuatan kontrak yang dapat dilaksanakan adalah perjanjian -- yaitu, "bertemunya pendapat-pendapat"-- Tidak ada kontrak apabila salah satu pihak kurang mampu untuk memahami atau mengadakan persetujuan.4 Kanak-kanak,5 dalam keadaan mabuk,6 dan kelainan mental 7 adalah alasan yang telah sukses digunakan untuk menggagalkan kontrak.diharapkan pihak dalam sebuah kontrak harus dapat melindungi kepentingan-kepentingannya secara wajar dan cerdas.8 3. Penawaran Penawaran adalah suatu pernyataan dari satu pihak, yaitu pihak pemberi penawaran, tentang persetujuannya untuk terikat dengan syarat-syarat tertentu, dengan ketentuan bahwa pihak lainnya yang terlibat dalam transaksi tawar-menawar tersebut juga akan menyatakan persetujuannya atas persyaratan yang sama.9 Dampak hukum dari suatu penawaran adalah untuk menciptakan kekuasaan penerimaan terhadap pihak yang menerimanya, yaitu pihak yang Diberi Penawaran.10 Semua yang dibutuhkan untuk membuat suatu kontrak yang mengikat adalah pernyataan setuju, yaitu penerimaan.11 dari pihak yang diberi penawaran. a. Unsur-unsur Penawaran [i] Maksud Untuk membuat suatu kontrak yang mengikat, pihak-pihak harus mempunyai persetujuan bersama -- "bertemunya pendapat-pendapat"-- tentang semua ketentuan kontrak yang penting.12 Bertemunya pendapat tersebut harus ditentukan dari keinginan yang ditunjukkan para pihak.13 Hal tersebut bisa diperlihatkan dengan kata-kata, perbuatan, atau tingkah laku yang mengungkapkan keinginan mereka untuk menandatangani suatu kontrak yang mengikat.14 Biasanya maksud dinyatakan dengan penawaran dan penerimaan. Penentuan maksud pihak pemberi penawaran tersebut harus diputuskan atas dasar fakta-fakta objektif -- yaitu, apa yang sebenarnya dikatakan dan dilakukan pihak pemberi penawaran.17 Kepercayaan pribadi pihak pemberi penawaran tentang penawarannya memiliki bobot yang kecil.18 Kalau tidak, pihak pemberi penawaran dapat melepaskan diri dari kontrak cukup dengan hanya mengatakan bahwa

walaupun penawarannya tampak serius, pihaknya tidak pernah bermaksud demikian. [ii] Ketentuan-ketentuan yang sangat penting Sebelum suatu penawaran dapat berfungsi sebagai dasar bagi suatu kontrak, penawaran tersebut harus memenuhi standar kepastian tertentu dalam pengungkapannya.22 Kekaburan, ketidaktentuan, dan ketidakpastian sering membuat suatu kontrak tidak dapat dilaksanakan karena pengadilan harus dengan jelas mengetahui apakah syarat-syaratnya sebelum pihaknya dapat melaksanakan kontrak.23 b. Jangka Waktu Penawaran Suatu penawaran tidak mungkin tetap terbuka untuk jangka waktu tidak terbatas, karena hal tersebut dapat menghadapkan pihak pemberi penawaran pada resiko perubahan harga atau resiko penerimaan berkali-kali dalam beberapa kasus. Common law memungkinkan pihak pemberi penawaran mengenakan batasan waktu yang ditentukannya pada penawarannya, tidak peduli betapapun tidak wajarnya.38 Apabila pihak yang diberikan penawaran tidak menerimanya dalam batas waktu tersebut, penawaran tidak lagi berlaku dan tidak lagi memiliki akibat hukum lebih lanjut.39 [i] Apabila Batas Waktu Tidak Dinyatakan Banyak penawaran tidak mencantumkan batasan waktu. Tidak seperti di beberapa negara yang menetapkan bahwa dalam kasus seperti demikian penawaran lisan harus segera diterima, aturan di Amerika Serikat adalah bahwa pihak yang diberikan penawaran memiliki "jangka waktu yang wajar"untuk menerima penawaran.44 Masalah tentang berapa lamakah jangka waktu yang wajar bergantung pada fakta-fakta dari setiap kasus. Pengujian umum melihat kepada lamanya waktu "yang dianggap oleh seorang yang tepat dalam posisi sebagai pihak yang diberi penawaran sebagai jangka waktu yang dapat diterima oleh pihak pemberi penawaran. ''49 [ii] Tawaran yang Dapat dan Tidak Dapat Ditarik Kembali Setiap penawaran dianggap dapat ditarik kembali, dan dapat dicabut kembali pada setiap saat sebelum diterima oleh pihak yang diberi penawaran.50 Tidak seperti aturan di beberapa negara lain, aturan ini berlaku bahkan apabila pihak pemberi penawaran menyatakan bahwa pihaknya akan membiarkan penawaran terbuka untuk jangka waktu tertentu.51 [iii] Pengakhiran karena Peristiwa-peristiwa Penghalang Kematian atau ketidakwarasan baik pada pihak yang diberi penawaran maupun pihak pemberi penawaran sebelum penerimaan secara otomatis mengakhiri penawaran,67 kecuali dalam hal kontrak opsi68 --yaitu kontrak di mana pihak yang diberi penawaran memberikan pertimbangan untuk meminta agar penawaran tetap dibuka selama jangka waktu tertentu. Kematian atau kehancuran orang atau barang yang keberadaannya sangat penting untuk pelaksanaan kontrak juga dapat

mengakhiri penawaran yang tidak diterima, kecuali apabila pemberi penawaran menanggung resiko dari kecelakaan tersebut.69 Apabila penawaran sudah diterima, situasi tersebut menimbulkan doktrin-doktrin "ketidakmungkinan" atau "kegagalan tujuan". Apabila pokok materi dari suatu penawaran menjadi tidak sah sebelum penerimaannya, penawaran tersebut secara otomatis berakhir.70 4. Penerimaan, Penolakan, dan Penawaran Kembali Dalam bahasa yang digunakan oleh pengadilan, tidak ada "bertemunya pendapatpendapat" sampai suatu penawaran diterima.71 Penerimaan tidak sah kecuali apabila penerimaan tersebut: dibuat tanpa kualifikasi, dibuat ketika penawaran masih terbuka, dibuat oleh pihak yang memiliki hak untuk menerima penawaran, dan dikomunikasikan kepada pihak pemberi penawaran. Segera setelah penerimaan yang sesuai diberikan, penawaran tersebut menjadi suatu kontrak yang mengikat.72 Penawaran yang tidak menyatakan cara-cara penerimaan secara tersirat memberikan wewenang kepada pihak yang diberikan penawaran untuk menerima dengan cara-cara yang sama yang digunakan untuk membuat penawaran.93 Misalnya, penawaran yang dilakukan dengan surat boleh diterima dengan surat.94 Tetapi dapat disimpulkan, setiap cara penerimaan lainnya yang wajar dalam keadan seperti demikian juga diperbolehkan.95 Secara umum, penerimaan dengan cara yang secara tersirat diperbolehkan berlaku efektif setelah pengiriman.96 Bagian 2-206 dari UCC, yang mengatur tentang kontrak penjualan, memungkinkan dilakukannya penerimaan dengan cara yang wajar secara komersial. Karena cara penerimaan yang diperbolehkan dan diperbolehkan secara tersirat akan berlaku setelah dikirim pihak yang diberi penawaran, pengiriman penerimaan tersebut akan menciptakan suatu kontrak bahkan apabila penerimaan tersebut tidak pernah diterima.97 Akan tetapi, apabila pihak yang diberi penawaran mengirimkan penerimaan tersebut ke alamat yang salah, penerimaan tersebut akan berlaku hanya setelah diterima, bahkan apabila dilakukan dengan cara yang sah.98 Tentu saja, untuk membuat kontrak, penerimaan harus mulai berlaku sebelum berakhirnya penawaran.99 c. Diam sebagai Penerimaan Biasanya, apabila pihak pemberi penawaran mengharapkan jawaban atas penawarannya, diamnya pihak yang Diberi Penawaran tidaklah dapat dianggap sebagai suatu penerimaan..100 Akan tetapi, terdapat beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut. Apabila seseorang menerima jasa untuk hal mana orang tersebut secara wajar diharapkan akan membayar dan memiliki kesempatan yang wajar untuk menolaknya, diamnya orang tersebut dianggap sebagai penerimaan, dan orang tersebut diharapkan untuk membayar atas jasa tersebut.101

d. Penolakan Pihak yang Diberi Penawaran Penolakan langsung dari pihak yang Diberi Penawaran atas suatu penawaran langsung mengakhiri penawaran tersebut dan mengakhiri kekuasaan penerimaannya,106 kecuali dalam hal kontrak-kontrak opsi yang mengikat.107 Tentu saja, pihak pemberi penawaran selalu bebas untuk membuka kembali penawarannya setelah penawaran tersebut ditolak. Suatu penolakan tidak berlaku sampai diterima oleh pihak pemberi penawaran. e. Penawaran Kembali dari Pihak yang Diberi Penawaran Sering terjadi bahwa seorang yang Diberi Penawaran, bukannya menerima atau menolak suatu penawaran, malahan mengajukan ketentuan yang berbeda atau ketentuan tambahan. Hal ini dikenal sebagai Penawaran Kembali.111 Berdasarkan prinsip-prnsip common law, suatu penawaran kembali secara otomatis menolak penawaran awal,112 kecuali penawaran awal tersebut tetap dibuka berdasarkan kontrak opsi. Penerimaan yang memuat ketentuan yang menambahkan atau mengubah kontrak juga merupakan Penawaran Kembali, dan penerimaan tersebut juga berlaku sebagai suatu penolakan.113 Akan tetapi, Pasal 2-207 dari UCC tentang kontrak penjualan, menentukan bahwa penerimaan akan sah walaupun memuat ketentuan-ketentuan yang berbeda atau ketentuan-ketentuan tambahan. Maka kontrak kemudian akan dibuat berdasarkan penawaran awal. Ketentuan yang berbeda dalam penerimaan tidak mempunyai akibat kecuali apabila pihak pemberi penawaran secara tegas menyetujuinya. Ketentuan tambahan dalam penerimaan dianggap sebagai usulan untuk tambahan pada kontrak. Harus diingat pula bahwa bahkan berdasarkan Pasal 2-207, ketentuan yang berbeda dalam suatu penerimaan akan berlaku sebagai penolakan penawaran, apabila penawaran menetapkan bahwa penerimaan seperti demikian tidak sah. Suatu Penawaran Kembali mempunyai dampak hukum yang sama seperti penawaran lainnya-- yaitu memberikan pihak yang Diberi Penawaran (pemberi penawaran awal) kekuasaan untuk membuat kontrak dengan menerima Penawaran Kembali.116 5. Pertimbangan Hukum kontrak Anglo-Amerika mengenal konsep pertimbangan sebagai suatu syarat kontrak yang dapat dilaksanakan secara hukum. Beberapa sistem hukum yang berasal dari hukum romawi mengharuskan kontrak dibuat dalam bentuk yang sangat serius, atau memuat unsur causa agar dapat dilaksanakan secara sah.117 Tetapi negaranegara penganut common law biasanya mengharuskan agar janji-janji yang tidak resmi dibuat untuk pertimbangan, sebagai cara untuk menjamin pelaksanaan. Secara lebih sederhana, pertimbangan didefinisikan sebagai suatu perbuatan atau kesabaran, atau janji kembali, yang ditawarkan dan diberikan sebagai pengganti sebuah janji.119 Tunduk kepada pengecualian-pengecualian tertentu,120 tidak ada kontrak bilateral yang dapat dilaksanakan tanpa adanya pertimbangan.121 a. Pertimbangan yang Berharga

Pertimbangan harus memuat baik manfaat bagi pihak yang membuat janji atau kerugian bagi yang menerima janji.122 Pengertian "manfaat" dan "kerugian" dalam konteks ini tidak terbatas pada keuntungan atau kerugian moneter.123 Setiap manfaat atau hak yang diberikan kepada pihak yang membuat janji atas hal mana pihak tersebut tidak berhak secara hukum dengan cara lain, atau setiap kerugian bagi pihakyang menerima janji atas hal mana pihak ini tidak dengan cara lain terikat secara hukum untuk mengalaminya, merupakan pertimbangan yang cukup,124 walaupun bukan merupakan kerugian aktual atau keuangan baginya.125 Kontrak-kontrak tertulis sering menyatakan bahwa pertimbangan tertentu telah diberikan. Pernyataan tersebut tidak dianggap bukti yang nyata bahwa pertimbangan tersebut benar-benar telah diberikan.157 b. Pengganti Pertimbangan yang Berharga Pertimbangan yang berharga diperlukan untuk mengubah kesepakatan bilateral yang dapat dilaksanakan menjadi suatu kontrak yang dapat dilaksanakan secara hukum. Tetapi dalam keadaan-keadaan yang terbatas, pengadilan akan menyediakan upaya hukum atas pelanggaran janji yang tidak didukung oleh pertimbangan yang berharga. [i] Kewajiban Moral Kewajiban moral semata-mata bukanlah pertimbangan yang cukup untuk suatu janji.158 Akan tetapi, pernyataan yang luas ini tidak dapat diperlakukan dalam situasi-situasi di mana kewajiban moral muncul dari kewajiban hukum sebelumnya atau manfaat material yang diterima oleh pihak yang memberikan janji.159 Apabila kewajiban moral pada suatu waktu merupakan kewajiban hukum, kewajiban tersebut biasanya merupakan pertimbangan yang sah. [ii] Promissory Estoppel Pengadilan akan mengabulkan keputusan berdasarkan kepercayaan yang merugikan dari suatu pihak terhadap janji. Doktrin promissory estoppel menyatakan: Suatu janji yang diharapkan secara wajar oleh pihak pemberi janji akan menyebabkan tindakan atau kepatuhan oleh pihak yang menerima janji atau pihak ketiga dan yang menyebabkan tindakan atau kepatuhan tersebut mengikat apabila ketidakadilan dapat dihindarkan hanya melalui pelaksanaan janji. Upaya hukum untuk pelanggaran dapat dibatasi sebagaimana yang ditentukan oleh keadilan.165 Apabila promissory estoppel berlaku, tidak ada pertukaran yang ditawarkan, sehingga tidak ada kontrak.166 Tetapi di negara di mana doktrin tersebut dikenal, pengadilan-pengadilan akan melaksanakan janji yang didukung oleh promissary estoppel apabila penggugat membuktikan bahwa kepercayaannya terhadap janji merupakan hal yang merugikan.167 Dalam hal janji-janji didukung oleh pertimbangan, pengadilan sering membatasi ganti rugi terhadap pengembalian kepentingan kepercayaan penggugat --- yaitu, pengeluaran yang dilakukan berdasarkan kepercayaan terhadap janji.168