Modul ke: PERPAJAKAN II PENGISIAN e-spt PPN 1111 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id
PENDAHULUAN Sejak 1 Januari 2011, pelaporan PPN wajib menggunakan espt 1111. Pengusaha Kena Pajak yang belum menggunakan efaktur, melaporkan PPN menggunakan aplikasi espt 1111 dan SPT PPN 1111 Sedangkan Pengusaha Kena Pajak yang sudah menggunakan efaktur, melaporkan PPN menggunakan aplikasi efaktur. 2
DEFINISI e-spt adalah aplikasi pengisian SPT yang disediakan oleh DJP. Data elektronik adalah data SPT Masa PPN yang dihasilkan dari e-spt. Media elektronik adalah sarana penyimpanan data elektronik yang dapat digunakan untuk memindahkan data dari suatu komputer ke komputer lainnya, antara lain flashdisk dan Compact Disc (CD). Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider) adalah perusahaan yang telah ditunjuk dengan Keputusan Dirjen Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian SPT Masa PPN secara elektronik ke DJP. e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara on-line yang real time melalui laman DJP (www.pajak.go.id) atau ASP. 3
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN Pasal 9 UU PPN (2) Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. (2a) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. (2b) Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9). 4
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN Pasal 9 UU PPN (3) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak. (4) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. (9) Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. 5
LEBIH BAYAR PPN Pasal 9 UU PPN (4a) Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku. (4b) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (4a), atas kelebihan Pajak Masukan dapat diajukan permohonan pengembalian pada setiap Masa Pajak oleh: a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; b. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai; c. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut; d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a). 6
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN Pasal 9 UU PPN Ayat (8) Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk: a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha; c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan; d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; e. dihapus; 7
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN Pasal 9 UU PPN Ayat (8) Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk: f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6); h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak; i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a). 8
KRITERIA PKP yang melaporkan PEB dan PIB, menerbitkan/menerima Faktur Pajak selain yang digunggung, menerima/menerbitkan Nota Retur/Nota Pembatalan, menerima Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan atau mendapat fasilitas dan/atau menerbitkan Nota Retur / Nota Pembatalan atas pengembalian BKP/pembatalan JKP yang Pajak Masukannya dapat dikreditkan atau mendapat fasilitas, dengan jumlah : 25 dokumen dalam 1 Masa Pajak, dapat menyampaikan SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk formulir kertas maupun espt PPN 1111 25 dokumen dalam 1 Masa Pajak, wajib menyampaikan SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk espt PPN 1111 Berapapun jumlahnya jika sudah diwajibkan menggunakan aplikasi efaktur maka pelaporannya wajib menggunakan espt PPN 1111 PKP yang sudah menggunakan espt PPN 1111 tidak dapat kembali menggunakan formulir kertas SPT PPN 1111 9
TATA CARA PENERIMAAN SPT PPN A. SPT Masa PPN (berbentuk formulir) SPT PPN Lengkap disampaikan secara langsung atau melalui kurir/pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) / KP2KP Setelah dokumen diterima lengkap, maka KPP / KP2KP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat 10
TATA CARA PENERIMAAN SPT PPN B. espt Masa PPN (berbentuk elektronik) Untuk PKP yang belum menggunakan aplikasi e-faktur, membuat laporan SPT PPN menggunakan aplikasi espt PPN 1111 Untuk PKP yang sudah menggunakan aplikasi e-faktur, membuat laporan SPT PPN menggunakan aplikasi e-faktur Setelah espt diisi lengkap, SPT Induk dan lampiran 1111AB diprintout Simpan data espt PPN 1111 masa yang bersangkutan berbentuk CSV ke flashdisk / CD Laporkan CSV dan printout 1111 Induk dan 1111AB yang sudah ditandatangani lengkap langsung ke KPP/KP2KP atau melalui kurir/pos Jika dokumen diterima lengkap, maka KPP/KP2KP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat Untuk pelaporan melalui e-filling, CSV langsung diupload ke sistem e-filling dan jika sukses diterima maka akan diterbitkan Bukti Penerimaan Elektronik. 11
SPT MASA PPN SPT Masa PPN terdiri dari : SPT 1111 Induk, merupakan lembar induk yang berisi ringkasan PPN Keluaran dan PPN Masukan serta perhitungan Kurang Bayar / Lebih Bayar untuk masa yang bersangkutan SPT 1111 AB, merupakan lembar yang berisi ringkasan Penyerahan BKP / JKP dan PPN Keluarannya serta pembelian BKP / JKP dan PPN masukannya 12
SPT MASA PPN SPT Masa PPN terdiri dari : SPT 1111 A1, merupakan lembar yang berisi detail penyerahan ekspor BKP berwujud / BKP tidak berwujud / JKP SPT 1111 A2, merupakan lembar yang berisi detail penyerahan dalam negeri SPT 1111 B1, merupakan lembar yang berisi detail perolehan impor, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean, dan pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean yang PPN Masukannya dapat dikreditkan SPT 1111 B2, merupakan lembar yang berisi detail perolehan BKP / JKP dalam negeri yang PPN Masukannya dapat dikreditkan SPT 1111 B3, merupakan lembar yang berisi perolehan impor atau perolehan dalam negeri yang PPN Masukannya tidak dapat dikreditkan 13