BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

Ujian Nasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh seseorang ketika

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013)

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mutu pendidikan yang rendah merupakan problem besar yang melanda dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melalui Ujian Akhir Nasional (UAN). Disini siswa diharuskan

2013 EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6 Sekolah Dasar (SD), 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA), namun bagi sebagian yang lain dapat menjadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Marantika (2003) menyatakan bahwa UN merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh penguasaan siswa atas materi pelajaran yang telah dipelajari selama kurun waktu tertentu, namun dalam pelaksanaannya dirasa sangat memberatkan siswa karena beberapa hal antara lain standar yang tinggi dan materi yang bertambah. Ujian Nasional menurut definisi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi siswa secara nasional pada jenjang pendidikan menengah. Hasil tersebut digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu satuan dan atau program pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan siswa dari program dan atau satuan pendidikan dan pembinaan serta pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan (BSNP, 2008). 1

2 Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menunjang pembangunan tersebut maka diperlukan peningkatan pendidikan nasional yang merata dan bermutu. Tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan, pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Keputusan No. 153/U/2003 tentang UN, salah satu isinya mengenai minimal nilai kelulusan. Di dunia pendidikan, UN sudah tidak asing lagi di telinga ataupun di mata masyarakat (BSNP, 2008). Astuti & Purwanto (2014) menyatakan setiap tahunnya nilai standart kelulusan oleh pemerintah mengalami peningkatan, seperti pada tahun 2005 nilai standart kelulusan yaitu 4,26, tahun 2006 nilai standart kelulusan menjadi 4,51, pada tahun 2007 nilai standart menjadi 5,00, pada tahun 2008 nilai standart menjadi 5,25, tahun 2009 sampai tahun 2013 nilai standart kelulusan menjadi 5,50. UN tahun 2013 memiliki perbedaan dengan tahun - tahun sebelumnya yaitu terdapat 20 variasi soal untuk satu kelas sehingga tidak ada yang akan mendapatkan soal yang sama dalam satu kelas. Kelas A dan kelas B bisa jadi soalnya juga berbeda karena jumlah variasi paket soal setiap provinsi sebanyak 30 buah, tetapi dalam ruangan kelas tetap ada 20 variasi paket soal yang digunakan. Hal tersebut membuat siswa yang mengikuti setiap tahunnya merasa takut tidak dikarenakan nilai standart kelulusan selalu meningkat.

3 Dina, F. (2014) mengatakan bahwa idealnya siswa yang akan menghadapi ujian nasional haruslah terhindar dari kecemasan atau stress agar dapat menyelesaikan ujian nasional dengan hasil yang optimal. Astuti & Purwanto (2014) menyatakan bagi siswa ujian nasional adalah penentu kelulusan pendidikan formal, sehingga menjadikan beban tersendiri yang membuat pikiran menjadi resah. Keresahan tersebut bisa menjadi beban dan membuat para siswa merasa takut, tertekan, dan depresi menghadapi UN dan sangat tidak menutup kemungkinan berdampak pada gangguan psikologis jika nantinya gagal atau tidak lulus. Penelitian yang dilakukan Astuti di Kabupaten Jember, Jawa Timur, ada 15 siswa mengalami depresi berat. Lima di antaranya dipastikan absen mengikuti UN. Kahan & Donelly (dalam Dawood. Dkk, 2016) menyatakan Kecemasan merupakan fenomena umum yang merupakan penyebab iniversal kinerja akademis yang buruk pada siswa. Haber dan Runyon (dalam Suryani, 2007) menyatakan bahwa seseorang mengalami perasaan gelisah, gugup, atau tegang dalam menghadapi suatu situasi yang tidak pasti, berarti orang tersebut mengalami kecemasan. Kecemasan yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan atau suatu pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi. Yuliasari (dalam Maesaroh & Falah, 2011) menyatakan bahwa kecemasan muncul karena siswa dibebani oleh pikiran dan bayangan kemungkinan - kemungkinan yang terjadi apabila gagal dalam UN. Sejumlah resiko yang harus ditanggung siswa apabila gagal antara lain rasa malu, kerugian waktu, kerugian biaya, harus mengikuti ujian ulangan dan tidak dapat melanjutkan ke jenjang

4 pendidikan yang lebih tinggi. Dalam teori kognitif tentang kecemasan ujian, Wine dan Tresna (dalam Pangastuti, 2014) menyatakan bahwa kinerja buruk dari siswa yang mengalami kecemasan ujian adalah defisit dalam kemampuan belajar. Menghadapi UN para siswa mendapatkan tekanan Internal maupun eksternal, tekanan eksternal datang dari orang tua, sekolah ataupun lingkungan yang menuntut mereka untuk mendapatkan kelulusan, sedangkan tekanan internal datang dari dalam diri mereka sendiri, rasa malu, dan takut di remehkan masyarakat atau lingkungan apabila tidak lulus ujian menjadi tekanan bagi mereka. Tuntutan dan tekanan inilah yang menimbulkan kecemasan dalam diri mereka. Fenomena yang terjadi pada siswa kelas XII di SMA X Simo. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 Maret 2017 dengan beberapa guru bimbingan konseling (BK) di SMA X Simo mengatakan bahwa kasus kecemasan siswa di SMA X terjadi pada saat mendekati ujian nasional. Kecemasan tersebut terlihat pada saat siswa mengikuti try out yang diadakan di sekolah terlihat bahwa sebagian besar siswa mengalami kecemasan seperti kurang fokus ketika proses pembelajaran di kelas, gugup pada saat diberi pertanyaan guru di kelas, jantung berdebar debar, gemetaran, keluar keringat dingin jika menyadari bahwa ujian nasional semakin dekat. Ditambahkan dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa siswa kelas XII di SMA X Simo pada tanggal 29 Maret 2017. Beberapa siswa mengatakan bahwa mengalami kecemasan pada saat mendekati ujian nasional. Siswa mengatakan pada saat menghadapi latihan ujian siswa mengatakan tegang, gelisah, muncul pikiran buruk akan mendapatkan nilai

5 yang kurang baik, khawatir pada saat menjawab pertanyaan. Beberapa siswa mengatakan kurang mampu menguasai pelajaran tertentu seperti matematika dan bahasa inggris sehingga membuat siswa takut dan memiliki perasaan yang tidak menyenangkan seperti mendapatkan nilai yang jelek. Hal tersebut membuat siswa mengalami kecemasan pada saat menghadapi ujian nasional. Santrock (2007) menyatakan tingkat kecemasan yang tinggi yang dialami oleh sejumlah remaja disebabkan oleh ekspektasi dan tekanan untuk berprestasi yang tidak realistis baik dari orang tua atau dari pihak sekolah. Kegelisahan dapat meningkat seiring dengan masa sekolah ketika siswa menghadapi evaluasi, perbandingan sosial, dan mengalami kegagalan. Wawancara yang dilakukan oleh Diana (dalam Maisaroh & Falah, 2011) pada beberapa siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang pada bulan November 2009 mengungkapkan fenomena gejala kecemasan mengarah pada ketidakrasionalan, berkaitan dengan ujian nasional yang akan dihadapi para siswa tersebut. Kecemasan siswa yang tidak rasional tersebut dapat mengganggu pelaksanaannya sehingga juga mengganggu proses belajar siswa. Fenomena kecemasan yang dialami oleh para siswa tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Hill yang melibatkan 10.000 siswa sekolah dasar dan menengah di Amerika. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peserta tes gagal mengeluarkan kemampuan yang sesungguhnya, karena kecemasan yang dipicu oleh situasi dan suasana tes. Sebaliknya para siswa memperlihatkan hasil yang lebih baik ketika unsur - unsur yang menyebabkan siswa berada di bawah tekanan psikologis dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Hasil ini

6 mengisyaratkan bahwa siswa yang menguasai materi yang diujikan berpeluang gagal memperlihatkan kemampuan yang sebenarnya karena kecemasan yang dialami saat menghadapi tes. Marantika (2003) menyatakan sebaliknya para siswa memperlihatkan hasil yang lebih baik ketika unsur-unsur yang menyebabkan siswa berada di bawah tekanan psikologis dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Hasil ini mengisyaratkan bahwa siswa yang menguasai materi yang diujikan berpeluang gagal memperlihatkan kemampuan yang sebenarnya karena kecemasan yang dialami saat menghadapi tes. Menurut model transaksional Lazarus dan Folkman (dalam Mukhlis & Koentjoro, 2015) kecemasan dapat dipandang sebagai reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang dihasilkan dari persepsi atau penilaian terhadap sumber kecemasan sebagai ego yang mengancam. Kecemasan dipandang berkaitan dengan karakteristik situsional yang spesifik dari tes dan ujian melalui proses persepsi dan penilaian kognitif. Ujian nasional yang dipandang oleh siswa sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam akan meningkatkan kemungkinan munculnya penilaian negatif terhadap UN, sehingga akan meningkatkan perasaan partisipatif dan penilaian kognitif yang bersifat negatif berupa ketakutan, kekhawatiran, dan perasaan tidak berdaya dalam menghadapi situasi ujian. Nuh (dalam Dhemas, 2012) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan sebagian besar siswa tingkat SMA merasa cemas menghadapi UN. Kuesioner yang dibagikan kementerian pada tahun 2011 kepada siswa untuk diisi sebelum menjawab soal ujian menyatakan 56 persen di antara mereka mengaku

7 cemas, siswa sekolah menengah atas sebanyak 22,4% sisanya merasa sangat cemas, dan 21,6% tidak cemas sama sekali. Kecemasan itu justru membuat siswa terpacu untuk belajar. Ini terlihat dari jawaban kuesioner yang menanyakan pendapat siswa tentang UN. Sebanyak 43,7% menjawab sangat mendorong siswa belajar, 35,4% menjawab mendorong belajar, dan 20,9% tidak mendorong belajar. Nuh (dalam Dhemas, 2012) membuat pertanyaan lain di dalam angket diajukan untuk mengukur tingkat kekhawatiran siswa. Sebanyak 37,2% merasa sangat khawatir menghadapi ujian, 37,2% cukup khawatir, dan 25,6% tidak khawatir dan yakin lulus. Pertanyaan terakhir diajukan untuk mengetahui perasaan siswa. Sebanyak 40,5% menjawab biasa saja menghadapi ujian, 40,2% tidak biasa, dan 19,3% sangat tidak biasa. Pangastuti (2014) mendiskripsikan bahwa kecemasan yang muncul pada siswa yang akan menghadapi UN diantarnya siswa mengaku takut gagal, cemas, tidak punya selera makan karena takut gagal menjalani UN, dan siswa merasa masa depannya ditentukan hasil UN nanti. Survei yang diadakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian dan Kebudayaan Chairil Anwar Notodipuro menyebutkan bahwa UN membuat sebagian besar siswa tingkat SMA cemas. Angket Kementrian yang diisi oleh siswa sebelum melakukan UN, yaitu sebagian besar siswa cemas menghadapinya (Pangastuti, 2014). Gufron dan Risnawati (dalam Ekasari & Yuliyana, 2012) dalam menghadapi ujian nasional kontrol diri dapat untuk menghilangkan rasa kecemasan yang dialami siswa siswi. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan membaca situasi diri dan lingkungannya. Kemampuan untuk mengontrol dan

8 mengelola faktor - faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, dan menutupi perasaannya. Siswa siswi sebelum menghadapi ujian nasional dapat melakukan usaha untuk menambah pengetahuan agar sewaktu ujian nasional lebih siap dan tidak terjadi perasaan cemas yang timbul dari dalam diri. Anak didik yang dapat mengontrol dirinya sendiri pasti dapat memiliki rasa tenang dalam menghadapi sesuatu yang sedang dihadapi. Hurlock (dalam Faried & Nashori, 2012) mengatakan kecemasan bisa dikendalikan dengan adanya kontrol diri pada diri seseorang. Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan dorongan dari dalam dirinya. Imam (dalam Faried & Nashori, 2012) mengatakan kemampuan mengontrol diri memungkinkan seseorang berperilaku lebih terarah dan dapat menyalurkan dorongan dorongan dalam diri secara benar dan tidak menyimpang dari norma masyarakat. Kontrol diri difokuskan pada menguatkan diri secara positif, menghukum diri, memanipulasi kondisi emosi, memonitor diri sehingga mampu mengontrol kecemasan, yang terdiri dari konsentrasi, tidak percaya pada kemampuan diri, sering memikirkan bahaya, gelisah, dan khawatir. Vohs dan Tice (dalam Avianty, 2012) mengatakan bahwa kontrol diri dilakukan secara sengaja, sadar, dan merupakan bagian dari usaha untuk mencapai keinginan diri. Disimpulkan bahwa self control dapat mempengaruhi kecemasan. Kontrol diri tersebut membuat anak didik dapat berpikir bahwa mereka mampu menghadapi UN tanpa timbul perasaan cemas.

9 Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka dapat dibuat rumusan masalah Apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan kecemasan siswa SMA dalam menghadapi ujian nasional? untuk menjawab rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengkaji secara empirik dengan mengadakan penelitian berjudul Kontrol Diri dan Kecemasan Siswa SMA Dalam Menghadapi Ujian Nasional. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan kecemasan siswa SMA dalam menghadapi ujian nasional. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat, yaitu: 1. Manfaat teoritis Bagi dunia pengetahuan penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pada disiplin ilmu psikologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Supaya siswa mengetahui dampak dari kecemasan menghadapi ujian nasional b. Bagi Orang Tua Menambah pemahaman tentang kondisi anak dalam menghadapi ujian nasional serta memberikan bahan masukan bagaimana cara memberikan

10 pendekatan yang tepat bagi anak mereka dalam mengatasi masalah kontrol diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. c. Bagi Pihak Sekolah Memberikan pengetahuan untuk membantu meningkatkan kontrol diri siswanya. d. Peneliti Selanjutnya Sebagai masukan dan acuan sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan topik serupa.