BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya bencana lingkungan hidup yang mengancam, bukan hanya kesehatan,

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran yang tepat dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB II EKSPLORASI ISU BIS IS

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat, dengan sistem perkeretaapian di Indonesia. ini terlihat dari pengembangan-pengembangan yang terus

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi saat ini telah menjadi hal yang penting bagi sebuah Negara.

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

2 Koordinator Bidang Perekonomian, perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013 tentang Har

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

KATA PENGANTAR. Jakarta, Tim GFP

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Global Carbon Dioxide Emissions from Fossil-Fuels (EPA, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Dapat kita lihat begitu banyak kendaraan yang digunakan oleh masyarakat, dari. ataupun untuk usaha misal pedagang kaki lima.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG

Disampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI PT. PERTAMINA (PERSERO)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TERHADAP PEMBELIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PERTALITE DI KOTA DEPOK THERESIA DAMAYANTI

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

Aspek Pemasaran 1. d. Peramalan Penjualan b. Riset Penjualan. e. Rencana Pemasaran c. Sistem Informasi Pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Usmara, Strategi Baru Manajemen Pemasaran, Amara Books, Jogjakarta, 2003, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perubahan dinamika kebutuhan di saat ini. Teknologi dan sistem

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lemb

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Dalam menghadapi persaingan

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2005

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan suatu jenis bahan bakar yang dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan rumah tangga maupun industri, terlebih dalam kegiatan trasnportasi. Dalam kehidupan sehari-hari, BBM untuk kendaraan bermotor lebih dikenal dengan istilah Bensin. Seiring dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor sebagai media transportasi baik umum maupun pribadi, menyebabkan kebutuhan BBM juga meningkat. Hal tersebut dikarenakan BBM merupakan sumber energi yang diperlukan untuk dapat menggerakkan mesin kendaraan sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak pasal 2 dan 3, bahan bakar minyak di Indonesia dikelompokkan kedalam tiga jenis yaitu: a. Jenis BBM Tertentu, terdiri atas Minyak Tanah dan Minyak Solar b. Jenis BBM Khusus Penugasan, merupakan BBM jenis Premium yang hanya disubsidi untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali. c. Jenis BBM Umum, terdiri atas seluruh jenis BBM kecuali pada poin a dan b. Jenis BBM Umum yang biasa disebut dengan Bahan Bakar Khusus (BBK) merupakan BBM Non-PSO (Public Service Obligation) atau Non-Subsidi. Harga 14

BBM non subsidi lebih mahal daripada BBM bersubsidi. Namun, kualitas yang diberikan jauh lebih baik daripada BBM bersubsidi. Hampir seluruh jenis BBK telah mengantongi standar emisi euro yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu RON 90 ke atas. Semakin tinggi nilai RON, maka semakin mahal bahan bakar tersebut. Bagi konsumen yang memiliki uang lebih tidaklah sulit membeli BBM dengan RON lebih dari 90 (Pertamax Series). Tetapi, bagi sebagian masyarakat harga yang ditetapkan masih terlalu tinggi. Masyarakat mendambakan adanya bahan bakar berkualitas dengan harga yang relatif terjangkau. PT. Pertamina (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak pada sektor pertambangan dan penggalian (bumn.go.id). Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi yang meliputi minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan, Pertamina menjadi lokomotif perekonomian bangsa dan mempunyai andil besar dalam kemajuan ekonomi di Indonesia. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan ini berkomitmen untuk terus hadir melayani kebutuhan BBM dalam negeri dengan meningkatkan pelayanan serta kehandalan sarana dan fasilitas infrastruktur yang ada demi kelangsungan usaha dan peningkatan ekonomi nasional. Berdiri pada 10 Desember 1957, Pertamina melakukan kegiatan bisnis dengan konsep hulu ke hilir. Eksplorasi, Produksi serta Transmisi Minyak dan Gas merupakan bagian dari bisnis sektor hulu. Sementara untuk bisnis sektor hilir meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan. 15

Guna menjawab tantangan pasar, PT. Pertamina berusaha melakukan perbaikan dan inovasi terkait kiprahnya dalam menjalankan peran strategis sebagai lokomotif perekonomian nasional. Dengan tagline Semangat Terbarukan, Pertamina membuktikan komitmennya untuk menciptakan alternatif baru dalam penyediaan sumber energi secara lebih efisien dan berwawasan lingkungan. Inovasi produk baru tersebut disesuaikan dengan standar emisi terbaru yang dicanangkan oleh pemerintah. Pertalite merupakan produk inovasi baru non-subsidi yang mulai diproduksi pada Juli 2015. Produk ini memiliki level research octane number (RON) 90. Apabila dibandingkan dengan seniornya, Premium, pembakaran yang dihasilkan jauh lebih baik dan ramah lingkungan. Keunggulan-keunggulan Pertalite seperti yang dikutip dalam website pertamina.com antara lain: a. Tidak mengganggu kinerja mesin kendaraan b. Kinerja mesin lebih optimal dan efisien dengan biaya yang lebih hemat c. Menjadikan kendaraan lebih lincah dalam bermanuver serta lebih ramah lingkungan Spesifikasi pertalite sendiri telah disesuaikan dengan kapasitas mesin kendaraan bermotor roda dua dan multi purpose vehicle ukuran menengah. Dengan produk baru ini Pertamina berhasil memanfaatkan peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan bakar berkualitas dengan harga pas. Pertalite telah dipasarkan di Yogyakarta sejak 14 Agustus 2015. Pertalite merupakan terobosan produk baru yang membuktikan keberhasilan Pertamina dalam membaca keinginan konsumen. Suatu produk baru 16

membutuhkan tindakan agar dapat diterima di masyarakat. Tindakan-tindakan tersebut berupa strategi yang dilakukan untuk dapat mengenalkan produk tersebut ke pasar secara luas dan memberikan kepuasan secara berkelanjutan. Pengenalan produk merupakan suatu hal yang penting karena tanpa dikenal oleh pasar, produk tersebut tidak akan diterima. Kualitas, harga, spesifikasi sebuah produk harus jelas sehingga memberikan kepuasan kepada konsumen yang membelinya. Dalam penetapan strategi pemasaran dibutuhkan perencanaan yang matang dan spesifik. Tull dan Kahle (dalam Tjiptono, 2001 : 6) mendefinisikan, strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani sasaran pasar tersebut. Penetapan strategi pemasaran yang spesifik mulai dari melakukan segmentasi pasar untuk memudahkan pemilihan target dan membangun image positif terhadap produk. Dalam menetapkan strategi pemasaran perlu dilakukan analisis internal yaitu tentang kekuatan dan kelemahan produk, serta analisis eksternal yaitu peluang dan ancaman yang bisa didapat oleh perusahaan. Sesuai dengan analisis lingkungan yang dilakukan, perusahaan dapat merencanakan altenatif produk yang sesuai dengan pasar saat ini, membuat strategi harga untuk dapat menarik konsumen, melakukan pendistribusian menyeluruh dan terintegrasi, agar dimanapun konsumen berada mereka dapat membeli produk tersebut, dan melakukan promosi agar konsumen lebih mengenal produk dan merasa tertarik untuk membeli. Selain itu, perbaikan fasilitas dan pelayanan juga dilakukan untuk 17

dapat memberikan kepuasan kepada konsumen karena pemasaran bukan hanya sebatas menjual dan selesai, tetapi pemasaran adalah tentang bagaimana suatu perusahaan tersebut dapat mencapai tujuannya dan memuaskan kebutuhan pelanggan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh strategi yang digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) dalam memasarkan produk baru Pertalite sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul: Analisis Strategi Pemasaran Produk Pertalite di DIY 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang didapat adalah Bagaimana strategi pemasaran produk Pertalite di DIY?. 1.3 Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran produk Pertalite di DIY. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah penetapan STP (Segmenting, Targeting dan Positioning), menganalisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threath), dan bauran Pemasaran (4P). 1.5 Manfaat Penulisan Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Bagi Penulis Penulis mengetahui penerapan strategi pemasaran yang digunakan oleh PT. Pertamina dalam memasarkan produk Pertalite seperti penerapan STP 18

(Segmenting, Targeting dan Positioning), analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threath), dan bauran Pemasaran (4P). 1.5.2 Bagi Pihak PT. Pertamina PT. Pertamina dapat mengetahui strategi yang cocok untuk diterapkan di wilayah pemasaran Yogyakarta. 1.5.3 Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan atau pengembangan ide-ide baru untuk penelitian selanjutnya, dan sebagai bahan pertimbangan perusahaan atau instansi lain yang menghadapi permasalahan yang sama. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara garis besar apa yang menjadi isi dari tulisan ini maka akan dikemukan susunan dan rangkaian masing masing bab yaitu : I. Bab I Pendahuluan Bab I berisi tentang: 1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah 3. Batasan Masalah 4. Tujuan Penulisan 5. Manfaat penulisan 6. Sistematika Penulisan 19

II. Bab II Gambaran Umum Penulisan Bab II memuat tentang: 1. Sejarah dan Kondisi Umum 2. Tinjauan Pustaka 3. Metodelogi Penulisan 4. Sumber Data III. Bab III Analisis dan Pembahasan Bab III berisi tentang: 1. Gambaran Umum Perusahaan 2. Analisis STP Perusahaan 3. Marketing Mix Perusahaan 4. Analisis SWOT 5. Kendala Perusahaan IV. Bab IV Kesimpulan dan Saran Bab IV sekaligus bab terakhir memuat tentang: 1. Kesimpulan 2. Saran 20