BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

I. PENDAHULUAN. sudah bisa kita rasakan sekarang ini. Peralatan medis. membantu di dalam diagnosis, monitoring atau terapi medis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Perancangan Simulator EKG (Elektronik Kardiogra) Menggunakan Software Proteus 8.0

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

BAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

PENGARUH PENGGUNAAN JELLY DAN AIR LEDENG TERHADAP POTENSIAL AKSI ELEKTROKARDIOGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Jantung merupakan sebuah organ tubuh yang terdiri dari sekumpulan otot.

Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) dengan 6 Channel

[BAB.I PENDAHULUAN] 2012 BAB I

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

Disusun Oleh: Kevin Yogaswara ( ) Meitantia Weni S B ( ) Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendi AK., MT.

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang, dari setiap golongan, selalu mendambakan tubuh yang sehat.

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. darah. Penyakit Jantung (cardiovascular disease) adalah setiap kondisi yang

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. gagal ginjal, epilepsy dan lain sebagainya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI)

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

INSTRUMENTASI BIOMEDIS, oleh Achmad Rizal Hak Cipta 2014 pada penulis

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dada, sesak nafas, berdebar-debar (Notoatmodjo, 2007:303).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi

Jurusan Teknik Elektro, 3 Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

ECG ElectroCardioGraphy. Peralatan Diagnostik Dasar, MRM 12

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan kegawatdarutan pediatrik dimana jantung tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. memompa darah ke seluruh tubuh. Banyak masyarakat awam yang belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

Analisis Dimensi Fraktal Sinyal Elektrokardiografi

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Trio Novrizal¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN. Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas utamanya

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

Rekayasa Biomedik Terpadu untuk Mendeteksi Kelainan Jantung

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena fisika tidak selalu direpresentasikan dalam masalah bendabenda

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya seluruh fungsi dan aktivitas tubuh melibatkan listrik. Tubuh manusia menghasilkan sinyal listrik dari hasil aksi elektrokimia sel-sel tertentu dan listrik yang dihasilkan di dalam tubuh akan digunakan untuk mengontrol dan mengoperasikan syaraf, otot, dan organ. Jantung merupakan salah satu organ penting dalam sistem peredaran darah manusia. Syaraf dan otot jantung dapat dianggap sebagai sumber listrik tertutup alam suatu konduktor listrik, yaitu tubuh. Tegangan listrik (beda potensial) terjadi disebabkan oleh adanya sumber pembangkit tenaga listrik. Jantung dikatakan sebagai sumber pembangkit listrik yang tertutup di dalam dada dan perut (Webster, 1978). Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010). Hubungan antara pemompaan jantung dan potensial listrik pada kulit ditunjukkan oleh gambar 1.1. Arus listrik yang dihasilkan tubuh menyebabkan terjadinya penurunan potensial listrik seperti halnya pada resistor. Dada dianggap sebagai beban hambatan untuk generator jantung. Jadi, potensial yang terjadi pada dinding dada disebabkan oleh arus yang mengalir melalui resistansi tubuh. Titik A dan B adalah titik pada permukaan tubuh. R T1 dan R T2 merupakan resistansi dada. R AB adalah resistansi antara titik A dan B. Beda potensial yang terukur diantara titik A 1

dan B sebesar Φ AB. Beda potensial yang dihasilkan oleh jantung dan di permukaan tubuh menimbulkan aktifitas listrik di jantung. Aktifitas listrik jantung akan menghasilkan aktifitas mekanik yang berkaitan langsung dengan otot jantung. Aliran listrik yang berasal dari jantung dapat dideteksi dan direkam melalui elektroda yang diletakkan di permukaan kulit pada posisi tertentu dan digunakan sebagai informasi diagnostik. Hasil rekaman perubahan beda potensial listrik yang menyertai siklus jantung ini disebut elektrokardiogram (EKG), alat yang digunakan untuk merekam sinyal EKG dinamakan elektrokardiograf, dan ilmunya disebut elektrokardiografi. Normal tidaknya aktivitas listrik jantung dapat diketahui dari gambaran EKG. Jika aktivitas listrik jantung tidak normal, menunjukkan mungkin juga jantung tidak normal ( Alim, 2008). Elektrokardiograf adalah salah satu tes noninvasif yang dapat dipakai sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi kelainan jantung, serangan jantung atau irama yang tidak normal serta untuk mengetahui kondisi jantung secara keseluruhan. Hasil analisis elektrokardiogram dapat memberikan interpretasi status jantung, yang kemudian dijadikan referensi untuk tindakan medik selanjutnya. Keberadaan elektrokardiograf menjadi penting, sebab penyakit jantung memiliki morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi, segi pembiayaan yang besar diakibatkan oleh lama perawatan dan biaya pengobatan penyakit jantung, serta biaya pemeriksaan penunjangnya. Keberhasilan pengobatan sangat bergantung kepada kecepatan penanganan penyakit. Oleh karena itu, upaya pencegahan penyakit jantung sangat bermanfaat karena lebih murah dan lebih efektif (Anis, 2006). Selain itu, penyakit Kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama di berbagai negara maju dan tampak adanya kecenderungan meningkat sebagai penyebab kematian diberbagai negara berkembang (Hatma, 2012). Berdasarkan laporan WHO pada September 2011, penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian utama secara umum. Diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2008, mewakili 30% dari semua kematian global dan dari kematian ini, 2

diperkirakan 7,3 juta karena penyakit jantung koroner dan 6,2 juta adalah akibat stroke (Patil, dkk. 2012). Grup Riset Fisika Citra (GRFC) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada, mengembangkan alat Elektrokardiograf 12 sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4. Alat elektrokardiograf 12 sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4 telah dikalibrasi dan diuji kinerja fungsionalnya serta dibandingkan hasilnya dengan gold standard menggunakan EKG komersial (Hidayat, 2014). Sebagian besar yang digunakan dalam aplikasi klinis adalah elektrokardiograf 12 sadapan dengan 10 elektroda yang diletakkan pada permukaan tubuh. Standar Elektrokardiograf 12 sadapan menjadi salah satu pilihan alat dan paling sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit jantung, meskipun beberapa modalitas pemeriksaan yang berbeda di bidang kardiologi telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Saat ini elektrokardiograf telah mengalami perkembangan baik dari segi komponen maupun bentuk. Perekaman sinyal EKG klinis dilakukan dalam kondisi pasien tenang dan jauh dari peralatan elektronik dan radiasi. Posisi berbaring terlentang adalah posisi yang selama ini digunakan dalam perekaman sinyal EKG agar meminimalisir pergerakan tubuh pasien. Gerakan tubuh merupakan salah satu yang mengganggu kestabilan dan memunculkan artefak pada tampilan sinyal EKG. Tetapi perekaman sinyal EKG dalam kondisi tertentu misanya untuk monitoring, justru dilakukan dalam kondisi berlari. Permasalahan terjadi ketika harus merekam sinyal EKG pada pasien yang tidak dapat berbaring terlentang dengan baik karena ganguan kesehatan di punggung atau tulang belakang. Dari uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang hasil rekam sinyal EKG dalam posisi tubuh selain berbaring terlentang. Perubahan posisi tubuh yang akan dipilih adalah posisi tubuh duduk dan berdiri yang kemudian akan dibandingkan dengan hasil rekam sinyal EKG pada posisi berbaring terlentang. Kesalahan lain yang sering terjadi dalam perekaman sinyal EKG adalah pergeseran penempatan elektroda dari posisi standar. Prosedur penempatan elektroda 3

telah memiliki acuan standar internasional, tetapi dilaporkan bahwa 36% penempatan elektroda prekordial diposisikan lebih dari 1,25 inci dari posisi yang direferensikan (Wenger dan Kligfield, 1996). Kesalahan lain yang sering terjadi adalah penempatan posisi V1 dan V2 yang terlalu tinggi, ditempatkan di intercostal ketiga dan bahkan di intercostal kedua, yang seharusnya di ruang intercostal keempat, serta penempatan V4 dan V5 yang terlalu rendah dan terlalu lateral (Kerwin dkk, 1960). Penempatan elektroda juga sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda sebab tidak mudah untuk mengidentifikasi dengan pasti anatomi tubuh manusia, terdapat perbedaan jenis kelamin, ukuran tubuh, usia, dan bersifat subyektif tergantung kepada tenaga medis yang merekam sinyal EKG tersebut. Bond dkk., (2012) menemukan bahwa penempatan elektroda yang salah dapat menyebabkan diagnosis yang salah dalam 17-24 % pasien. Sadapan prekordial lebih sulit untuk keakuratan penempatan, penelitian telah dilakukan oleh Herman dkk.(1991) menunjukkan bahwa pergeseran penempatan elektroda prekordial sejauh 2 cm secara vertikal menghasilkan perubahan lebih dari 25% pada amplitudo gelombang R. Kania dkk.,(2014) juga melaporkan bahwa hasil rekaman sinyal EKG akibat dari kesalahan penempatan elektroda dapat menyebabkan salah tafsir atau bahkan kesalahan pengenalan infark anterior, infark anteroseptal, dan hipertrofi ventrikel. Berdasarkan uraian di atas, telah dilakukan verifikasi secara fisis hasil rekam sinyal EKG untuk mengetahui sejauh mana perubahan posisi tubuh dan pergeseran penempatan elektroda dari posisi standar menyebabkan perubahan terhadap amplitudo, durasi, dan bentuk gelombang sinyal EKG dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi diagnostik. Dalam penelitian ini, posisi berbaring terlentang dengan elektroda yang dipasang sesuai prosedur acuan standar International Electrotecnical Commision (IEC) (2011), digunakan menjadi posisi referensi. Verifikasi sinyal EKG ini diharapkan dapat memberikan informasi sejauh mana jarak perpindahan elektroda masih dapat diterima tanpa mengubah interpretasi 4

diagnostik dan memberikan referensi mengapa selama ini posisi berbaring terlentang dipilih sebagai prosedur saat perekaman sinyal EKG. Meskipun penelitian tentang pengaruh perubahan posisi tubuh dan penempatan elektroda telah banyak dilakukan, tetapi belum ada batasan jelas seberapa jauh perubahan-perubahan tersebut boleh dilakukan. Pemakaian suatu alat elektronik tidak bisa dilakukan sembarangan dan harus dilakukan secara teliti, tidak terkecuali penggunaan elektrokardiograf. Prosedur pemakaian elektrokardiograf adalah tata cara pemakaian atau penggunaan atau pengoperasian alat secara benar dan terarah. Prosedur ini bertujuan agar diperoleh hasil perekaman data sinyal EKG sesuai dengan kondisi pasien. Apabila proses ini dilakukan dengan tidak benar, dapat menimbulkan kesalahan diagnosa. Oleh karena itu, untuk mengurangi berbagai kesalahan maka diperlukan prosedur pelaksanaan atau Standar Of Procedure (SOP) untuk setiap alat EKG. Dari hasil verifikasi tersebut di atas, maka disusun Standar of Procedure (SOP) untuk alat elektrokardiograf 12 sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4, yang telah dikembangkan oleh Group Riset Fisika Citra (GRFC) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pengaruh perubahan posisi tubuh pada proses perekaman data sinyal EKG menggunakan Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4 terhadap bentuk gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T? 2. Bagaimanakah pengaruh perubahan penempatan elektroda dari posisi referensi pada proses perekaman data sinyal EKG menggunakan Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4 terhadap bentuk gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T? 5

3. Apakah posisi terlentang adalah posisi terbaik dibandingkan posisi duduk dan berdiri, selama perekaman data sinyal EKG menggunakan Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4? 4. Bagaimanakah Standar Of Procedure (SOP) sebagai acuan penggunaan alat Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4? 1.3 Batasan Masalah Batasan permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4 yang dikembangkan oleh Group Riset Fisika Citra, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Subyek penelitian diambil acak tanpa memperhatikan kondisi jantung, anatomi tubuh, intra individualitas, ukuran tubuh, usia, dan jenis kelamin. 3. Perekaman sinyal EKG dilakukan pada subyek dengan suhu tubuh normal dan suhu ruangan diatur dalam kondisi yang disesuaikan dengan kenyamanan subyek. 4. Perekaman sinyal EKG dilakukan saat subyek berada dalam kondisi klinis stabil, tidak sedang mengalami gejala iskemia atau infark. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh perubahan posisi tubuh pada perekaman data sinyal EKG terhadap bentuk gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T, menggunakan Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4. 2. Mengetahui pengaruh perubahan penempatan elektroda dari posisi referensi pada perekaman data sinyal EKG terhadap bentuk gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T menggunakan Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4. 6

3. Memperoleh Standar Of Procedure (SOP) sebagai acuan penggunaan alat Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4. 1.5 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: perubahan posisi tubuh dan penempatan elektroda menyebabkan perubahan bentuk gelombang, amplitudo, dan durasi sinyal EKG. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Didapatkan informasi tentang pengaruh perubahan posisi tubuh dan penempatan elektroda selama proses perekaman data sinyal elektrokardiogram (EKG). 2. Diperoleh suatu referensi posisi tubuh yang dapat digunakan selama proses perekaman data sinyal elektrokardiogram (EKG). 3. Diperoleh Standar Of Procedure (SOP) sebagai pedoman penggunaan alat Elektrokardiograf 12 Sadapan berbasis mikrokontroler Atmega 32U4. 7