DAMPAK KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TERHADAP PAJAK RESTORAN DAN TINGKAT REALISASI PAJAK RESTORAN DARI TAHUN 2007 SAMPAI 2012

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN ATAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KABUPATEN BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi sistem terlebih dahulu. Penjelasan mengenai definisi sistem

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 26 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 2 14 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 6 TAHUN 2006 PAJAK RESTORAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dituntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G P A J A K R E S T O R A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI (JDI) HUKUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WAROPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAROPEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

B U P A T I G O R O N T A L O

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN : 2003 SERI :B PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB II BAHAN RUJUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2005 PAJAK RESTORAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 09 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK RESTORAN BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

Transkripsi:

DAMPAK KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TERHADAP PAJAK RESTORAN DAN TINGKAT REALISASI PAJAK RESTORAN DARI TAHUN 2007 SAMPAI 2012 Femka Dyan Pravitasari Universitas Negeri Surabaya Email: Femkadian@yahoo.com ABSTRACT The purpose of this research is to know the changes that occurred after the new regulation was issued and to find out the level of realization of the reception and the restaurant tax growth.the method used is a qualitative descriptive. The results of this research can be known to be a tax receipt system using just my assesment, bakery and catering in the tax area, limit the imposition of minimum tax imposed in the omzet new rule 15 milion and growing acceptance of the tax sector in increasing althought realization does not match the expected targets. Keyword: restaurant tax, region tax, growing realization PENDAHULUAN Pada tanggal 18 Agustus 2009, Dewan Perwakilan Rakyat telah mengesahkan dan menyetujui UU No. 28 Tahun 2009 pengganti dari Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. UU PDRD ini sangat strategis dan mendasar di bidang desentralisasi fiskal, karena terdapat perubahan kebijakan yang cukup fundamental dalam penataan kembali hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah. UU PDPR ini mempunyai tujuan memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan akuntabilitas daerah dalam pelayanan dan penyelenggaran pemerintah sekaligus memperkuat otonomi daerah, dan memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis jenis pungutan

daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Dasar itulah yang mendasari terbentuknya Perda No. 4 Tahun 2011 tentang pajak daerah. Dengan peraturan daerah baru tersebut, penarikan pajak sudah menggunakan aturan baru yang diatur dalam Perda. Terdapat delapan jenis pajak yang diatur dalam Perda No. 4 Tahun 2011 yakni pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, parkir, air tanah dan sarang burung walet. Dengan adanya peraturan daerah tersebut pemerintah kota Surabaya pada tanggal 30 juni 2011 mengadakan sosialisasi peraturan daerah No. 4 Tahun 2011. Kususnya pada obyek pajak restoran yang sebelumnya menggunakan Perda No 2 Tahun 2003. Acara yang bertempat di lobi balai kota Surabaya tersebut dihadiri oleh para pelaku bisnis bidang restoran, khususnya katering, usaha roti. Sesuai Perda yang dimaksud, restoran adalah penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran yang mencakup juga rumah makan, cafetaria, kantin, warung, depot, bar, pujasera atau food court, toko roti, jasa boga atau catering dan kegiatan usaha lainnya yang sejenis. Dalam Perda No. 4 Tahun 2011 besarnya pajak restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga setiap makanan dan minuman yang diperjualbelikan. Pengenaan pajak tersebut boleh dipungut pajaknya jika omsetnya Rp15 juta perbulan yang sebelumnya telah dirubah dari usulan awal Rp1 juta perbulan. Perda baru tersebut memberikan banyak perubahan bagi pemerintah, pengusaha restoran dan subyek pajak. Bagi pemerintah retribusi yang didapat

semakin bertambah. Bagi pengusaha restoran banyak pengusaha baru yang akan dikenakan pajak. Bagi subyek pajak tempat makan yang sebelumnya tidak dikenai pajak harganya menjadi bertambah mahal yang disebabkan pengenaan pajak tersebut. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Perubahan-perubahan yang terjadi setelah Perda Baru dikeluarkan serta bagaimana tingkat perkembangan Pajak Restoran selama lima tahun terkhir di Kota Surabaya. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpajakan Menurut R Santoso Brotohardjo (2005:2), mengatakan bahwa Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan Pemerintah. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak wajib membayar pajakberdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapat imbalan secara langsung guna untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum dan yang menyelenggarakan Pemerintah. (Jauhariyyah, Isda. 2010).

Subjek dan Objek Pajak Subjek pajak menurut Waluyo (2005:57), Subjek pajak dapat diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak sedangkan Objek pajak menurut Waluyo (2005:66), yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau di peroleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dari pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa objek pajak merupakan sasaran dalam pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang, yang berupa penghasilan Wajib Pajak itu sendiri. (Jauhariyyah, Isda. 2010). Pengertian Pemungutan Menurut Djamu Kertabudi (2007:11), pemungutan adalah Suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak/retribusi, serta pengawasan penyetorannya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemungutan adalah kegiatan yang dimulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak/retribusi, serta pengawasan penyetorannya. Pengertian Pajak Daerah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Mendefinisikan bahwa Pajak Daerah adalah Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pajak daerah itu wajib bersifat memaksa yang berdasarkan Undang-Undang dengan tujuan untuk memakmurkan rakyat demi keperluan daerah dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung. (Jauhariyyah, Isda. 2010). Pengertian Pajak Restoran Sebelum mengetahui pengertian pajak restoran terlebih dulu harus diketahui pengertian restoran itu sendiri. Menurut Peraturan Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran yang dimaksud restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa restoran adalah tempat menyantap makan dan/ atau minum yang disediakan dengan dipungut bayaran. Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak restoran adalah pajak yang hanya dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Subjek dan Objek Pajak Restoran Pengertian Objek Pajak Restoran menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 adalah pelayanan yang disediakan di Restoran meliputi restoran, rumah makan, kafetaria, kantin, warung, depot, puja sera/food

court, toko roti/ bakery, jasa boga/katering dan kegiatan usaha lainnya yang sejenis. Pengertian Subyek Pajak Restoran menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran, tidak termasuk subyek pajak restoran adalah konsulat, kedutaan dan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik. Disimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan Restoran termasuk obyek pajak, sedangkan pembeli yang membeli makanan di Restoran termasuk subyek pajak. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Dasar pengenaan Pajak Restoran Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.Tarif pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Djamu Kertabudi (2007:2), menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Undang-Undang. Dari definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diperoleh daerah dari wilayahnya sendiri. Sistem Pemungutan Pajak Secara umum sistem pemungutan pajak daerah yang berlaku menurut Djamu kertabudi (2007:11), Official Assesment dan Self Assesment. Didalam system Official Assesment, wewenang pemungutan pajak ada pada aparat pajak (Fiscus), yaitu fiscus berhak menentukan besarnya utang pajak dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah. Jadi dalam sistem ini para Wajib Pajak bersifat pasif dan menunggu ketetapan fiscus mengenai utang pajaknya. Didalam system Self Assesment, Wajib Pajak harus aktif menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan. Prosedur Pelaksaan Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya Di dalam Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran Dinas Pendapatan dan Pegelolaan Keuangan Kota Surabaya, harus melalui beberapa tahapan atara lain: 1) Pendaftaran, hal yang dilakukan dalam pendaftaran yaitu menyiapkan formulir pendaftaran, menyerahkan formulir pendaftaran dan menerima dan memeriksa kelengkapan formulir. 2) Pandataan, hal yang dilakukan dalam pendataan yaitu Menyerahkan Formulir Pendapataan (SPTPD), Menerima dan Memeriksa Kelengkapan Pendataan (SPTPD) dan Mencatat Data Pajak Daerah. 3) Penetapan, di dalam penetapan di lakukan penerbitan Surat Keterangan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah

Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). 4) Penyetoran, penyetoran melalui beberapa kegiatan, kegiatan penyetoran melalui Bendaharawan Khusus Penerima (BKP), Kegiatan penyetoran melalui Kas Daerah. Yang dilakukan dalam sebulan sekali. 5) Penagihan, menerbitkan Penagihan dengan Surat Teguran, Penagihan dengan Surat Paksa dan Penagihan dengan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Kota Surabaya di Jalan Jimerto No. 25 Surabaya dengan data penelitian dari tahun 2007 sampai tahun 2012. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan perubahan yang terjadi setelah Perda dikeluarkan dan untuk mengetahui tingkat realisasi pajak restoran terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi penelitian mengenai pajak daerah sehingga dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Disamping itu, dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah khususnya Dinas Pendapatan dan memberikan manfaat bagi pengguna lainnya sehubungan dengan keputusan terkait dengan peraturan pajak daerah. Teknik pengumpulan data yang akan dijadikan dasar pembahasan dalam tulisan ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1)Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu data yang diperoleh dengan melakukan peninjauan secara langsung pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Surabaya untuk

mendapatkan informasi yang ada hubungannya dengan penulisan. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi : (a) Metode Observasi (pengamatan), pengumpulan data yang sistematis terhadap subyek yang diteliti untuk mengetahui secara langsung beberapa kegiatan yang dilakukan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah khususnya di Bagian Pendapatan. (b)metode Interview (Wawancara), pengumpulan data yang melakukan tanya jawab secara langsung dengan pegawai/staff bagian pendapatan dan pengelolaan keuangan. 2) Dokumentasi, pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dan penyalinan data atau dokumen yang diperoleh dari bagian pendapatan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Surabaya. Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan pokok bahasan. Dokumen tersebut diperoleh dari beberapa kantor seperti; Kantor Bakesbang Surabaya, Kantor Pemerintah Daerah Surabaya, Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Surabaya. Untuk menganalisa data dari berbagai sumber diatas, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, yaitu dengan pengumpulan berbagai data yang kemudian diolah, dianalisa dan dibandingkan dengan landasan teori hasil dari studi kepustakaan. (Meilinda, Vita. 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan-Perubahan yang Mendasar Setelah Diberlakukannya Perda Baru Pada tanggal 30 Juli 2011 pemerintah kota Surabaya mensosialisasikan Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran. Peraturan baru tersebut pengganti dari peraturan lama Perda No.2 Tahun 2003. Pergantian itu menimbulkan beberapa perubahan-perubahan yang mendasar. Salah satu yang paling mendasar terjadi pada sistem pemungutan yang berlaku, penetapan wajib dan subyek pajak dan pembatasan omzet perolehan. Sistem pemungutan pajak pada Perda yang lama menganut sistem Official Assesment sedangkan Perda baru menganut Self Assesment. Sistem ini diberlakukan untuk memberikan kepercayaan bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensi dari sistem ini adalah bahwa masyarakat/wajib Pajak harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelunasan pajaknya, seperti kapan harus membayar pajak, bagaimana menghitung besar pajak, perhitungan, atau sanksi apa yang akan diterima bila melanggar ketetapan pajak. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2003 mengatur Tidak termasuk dalam obyek pajak setiap pelayanan usaha roti dan jasa boga/katering. Setelah diterbitkan Perda baru (Perda No. 4 Tahun 2011) pengusaha roti dan jasa boga/katering masuk dalam daftar pengusaha kena pajak. Usaha roti dan jasa boga awalnya masuk dalam pajak pusat yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pengendali administrasinya ada di Pemerintah Pusat, dalam hal ini oleh

Derektorat Jenderal Pajak. Penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan masuk dalam Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD). Namun setelah dikeluarkannya Perda baru tersebut pengusaha roti dan jasa boga masuk dalam kategori Pajak Restoran yang merupakan Pajak Daerah. Kewenangan pemungutan dan pengendalian administrasinya dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah. Penerimaan dari Pajak Daerah akan masuk dalam Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD), sebagai Penghasilan Asli Daerah (PAD). Perbedaan selanjutmya terletak pada tarif yang dikenakan pada wajib pajak. Perda lama mengatur rumah makan yang dikenakan pajak daerah jika pendapatan mereka tidak kurang dari 1(satu) juta perbulan. Sedangkan perda baru memberikan batasan 15 juta perbulan. Perubahan tersebut memberikan dampak berkurangnya jumlah wajib pajak. Informasi yang didapatkan dari Dinas Pendapatan Daerah jumlah wajib pajak yang semula kurang lebih 1739 menjadi 1379 yang bisa terus bertambah seiring dengan perkembangan. Jumlah tersebut tidak mempengaruhi penurunan pajak yang di dapat daerah. Ketetapan baru tersebut memberikan dampak terhadap peningkatan penerimaan pajak, realisasi lebih tinggi dari pada target awal yang ditentukan. Target, Realisai dan Tingkat Pertumbuhan Pajak Restoran Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran digunakan data target dan realisasi Pajak Restoran selama lima tahun terakhir dapat dilihat dari tabel berikut :

Tahun Anggaran Target Realisasi % Pertumbuhan % 2007 68.864.047.452,00 70.991.797.036,00 103,09 2008 87.068.000.000,00 83.845.438.656,00 96,3 12.853.641.620,00 14,76 2009 103.899.977.000,00 94.758.955.098,00 91,2 10.913.516.442,00 10,5 2010 117.000.000.000,00 115.459.616.842,00 98,68 20.700.661.744,00 17,69 2011 124.000.000.000,00 131.221.555.319,00 105,82 15.761.938.477,00 12,71 2012 142.556.800.000,00 97.180.598.913,00 68,17 Sumber Data : Dinas Pendapatan Kota Surabaya (Tahun 2012 terhitung dari bulan Januari - Juli) Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi penerimaan Pajak restoran pada tahun 2007 melebihi target yang diharapkan. Tahun 2008 realisasi tidak memenuhi target yang diharapkan namun mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya. Tahun 2009 realisasi tidak memenuhi target namun mengalami pertumbuhan dari realisasi sebelumnya. Tahun 2010 realisasi tidak memenuhi target yang diharapkan namun mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 Realisasi mengalami perkembangan dan melebihi target yang diharapkan. Tahun 2012 pajak yang terkumpul bulan januari hingga juli mengalami perkembangan 68,17%. Realisasi ini dapat terus bertambah hingga mencapai akhir bulan Desember. Diagram target, realisasi dan tingkat pertumbuhan:

Sumber: Diolah Penulis. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya tentang Dampak Kebijakan Perda Nomor 4 Tahun 2011 Terhadap Pajak Restoran Beserta Tingkat Pertumbuhannya, serta berdasarkan pembahasan yang penulis lakukan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Peraturan Derah baru tidak menghalangi kepatuhan wajib pajak khususnya Pengusaha di bidang Restoran, mereka sadar akan kewajiban untuk membayar pajak, terbukti dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah baru yang menganut self assigment pajak yang didapatkan daerah cukup meningkat. 2) Kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan daerah sudah cukup baik karena pada tahun 2007 dan 2011 mengalami kenaikan, meskipun pada tahun 2008, 2009, dan 2010 mengalami penurunan dari target yang tidak terlalu signifikan. Peraturan Daerah baru tidak menghalangi pendapatan pajak menurun walaupun wajib pajak menjadi menurun. Hal ini membuktikan bahwa sosialisasi pemerintah terhadap Peraturan Baru tersebut berjalan dengan baik.

Berdasarkan saran dari analisis bab sebelumnya maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Pemerintah harus lebih giat dalam mensosialisasikan Perda baru tersebut dan mengekstensifikasi wajib pajak guna meningkatkan penerimaan dan retribusi makanan dan minuman agar tercipta pemerataan jumlah wajib pajak. 2) Untuk lebih mengoptimalkan penerimaan pajak restoran pada pencapaian target, di upayakan melaksanakan pengawasan peningkatkan kinerja petugas sehingga pencapaian kontribusinya semakin meningkat, mengingat banyaknya perkembangan bisnis restoran di Kota Surabaya yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. DAFTAR PUSTAKA Brotodihardjo R. Santoso. 2005. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Universitas Indonesia: Salemba Empat. Departemen Dalam Negeri RI. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Departemen Dalam Negeri RI. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Pajak Restoran. Departemen Dalam Negeri RI. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran. Fatchanie, Meutia. 2007. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Hasil Pemungutan Pajak Daerah di Kabupaten Sleman. Yogyakarta : UII Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. Jauhariyyah, Isda. 2010. Tinjauan Atas Pemungutan Pajak Restoran Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung. Tugas Akhir. Universitas Komputer Indonesia. Bandung. Mardiasmo. 2004. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Meilinda, Vita. 2009. Mekanisme Perhitungan dan Pelaporan PPN pada PT. Yuwana Karya Catur Manunggal Sidoarjo. Tugas Akhir. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Soemitro,Rochma. 2007. Dasar-Dasar Hukum Pajak Pendapatan. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetis. Sri, Valentina dan Aji Suryo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.