RENDANYA PARTISIPASI PEMUDA TERHADAP PROGRAM KEGIATAN PKBM DI DESA SIRNARAJA KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PEMBINA PRAMUKA DALAM MENINGKATAKAN PARTISIPASI PENGGALANG DI LINGKUNGAN GUDEP KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT

UPAYA PEMERINTAH DALAM MEMOTIVASI ANGGOTA KARANG TARUNA MELALUI PENYULUHAN KEWIRAUSAHAAN DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI MUATAN LOKAL DALAM UPAYA MEMBENTUK KARAKTER KEPRIBADIAN SISWA STUDI DI SMP TRI BHAKTI NAGREG

UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN MENJAHIT TINGKAT DASAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KOTA CIMAHI

BAB III METODE PENELITIAN

Sri Teti Setiawati Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

Majalah Ilmiah DIAN ILMU Vol. 13 No. 1 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia

UPAYA KADER PKK DALAM MENINGKATKAN GIZI KELUARGA MELALUI PENYULUHAN PENCAPAIAN KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh, dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendapat Surakhmad (1994:131) yang menyatakan bahwa metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan salah satu cara yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan melalui peningkatan kualitas manusia,

BAB III METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN. Untuk meneliti suatu masalah, seorang peneliti harus menggunakan metode tertentu,

Denden Ariz. STKIP Siliwangi Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Keberadaan metode penelitian sangat penting artinya dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif,

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa bukan hanya tugas pendidikan formal saja, tetapi pendidikan nonformal. terutama masyarakat sasaran pendidikan nonformal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang masih melaksanakan

PUPU PUJIAWATI NINGRUM yahoo.co.id PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan kedunia membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ARTIKEL ILMIAH STUDI KASUS PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD IQRA MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah guna mencari pemecahan terhadap suatu masalah. 50

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah yang menjadi tujuan akhir suatu penelitian. Dalam melaksanakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah kegiatan sistematis terencana yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wina Desi Fitriana Witarsa, 2013

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber

PENDAHULAN. Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini manusia dihadapkan pada suatu kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB III METODE PENELITIAN. rencana pemecahan bagi persoalan yang diselidiki. 67

MODEL PEMBELAJARAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MEMORITER PADA SISWA DI KELAS VIII SMPN 5 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB III METODE PENELITIAN

2015 DAMPAK HASIL BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa muda pada umumnya dapat dipandang sebagai salah satu tahap

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh orang tua, pemerintah, pendidik maupun masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

RENDANYA PARTISIPASI PEMUDA TERHADAP PROGRAM KEGIATAN PKBM DI DESA SIRNARAJA KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT ADI HIDAYAT Email: adihidayat411@yahoo.com Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana partisipasi pemuda terhadap program kegiatan PKBM di Desa Sirnaraja Keamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program kegiatan PKBM, partisipasi pemuda terhadap program kegiatan PKBM,faktor-faktor penghambat terhadap partisipasi pemuda dalam kegiatan PKBM. Yang menjadi kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: konsep partisipasi, Definisi pemuda,pkbm, tujuan dan fungsi PKBM, dan PKBM sebagai wadah kegiatan PLS. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan umum sebagai berikut : berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis menunjukkan bahwa tujuan PKBM adalah untuk membantu pemuda dalam mengembangkan keterampilan ekonomi produktif. Dalam kegiatan anggota selalu berpartisipasi apa bila ada biaya atau peralatan yang dibutuhkan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, partisipasi pemuda terhadap PKBM merupakan sebuah proses pembelajaran pendidikan luar sekolah, dilihat dari segi input maupun outputnya. Kata Kunci : Partisipasi Pemuda dan PKBM PENDAHULUAN Perencanaan pembangunan suatu bangsa sangatlah tergantung terhadap kader-kader pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu kedudukan angkatan muda dalam suatu masyarakat adalah fital bagi masyarakat itu. Apalagi dalam era abad 21 yakni era penuh dengan kompetisi, diperlukan pemuda yang terlatih dan bersemangat untuk meneruskan cita-cita pembangunan. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan pembinaan, pengarahan dan bimbingan. PKBM merupakan salah satu wadah yang dapat mengambil prakarsa dalam menangani masalah pemuda, sebagaimana dikemukakan Sihombing (dalam Ihat Hatimah, dkk. 2008:4.5) PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masayarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat. Melalui PKBM diharapkan terjadi kegiatan pembelajaran dalam masyarakat dengan memanfaatkan sarana, prasarana, dan potensi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat, agar mayarakat memiliki kemampuan dan keterampilan yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti PKBM di Desa Sirnaraja Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat. Program kegiatan yang dilaksanakan PKBM beragam meliputi kegiatan sosial, kegiatan edukatif, latihan keterampilan praktis serta bidang pengembangan sosial. KAJIAN TEORI DAN METODE 1. Pengertian Partisipasi Partisipasi menurut ungkapkan Sujana (dalam Ihat Hatimah, dkk,2008:3.22) pembelajaran partisipatif merupakan upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Keikutsertaan peserta didik diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu perencanaan program, pelaksanaan, dan penilaian program 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi a. Usia b. Jenis kelamin c. Pendidikan d. Pkejaan dan penghasian e. Lamanya tinggal 3. Pengertian Pemuda Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pemuda ialah penduduk yang berusia antar 15-35 tahun. (Ihat Hatimah, dkk,2008:5.54). sementara berdasarkan Undang-undang nomor 40 tahun 2009 pasal 1 tentang Kepemudaan, secara definitif pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 samapai 30 tahun

4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) a. Pengertian dari PKBM PKBM adalah organisasi kemasyarakatan untuk pelayanan kesejahtraan sosial berfungsi sebagai sarana atau wadah yang dapat menampung segala aspirasi dan mengendalikan setiap kegiata para remaja yang tidak bernaung di bawah organisasi politik dan tidak menyuarakan serta tidak melakukan kegiatan politik apapun (pedoman Kegiatan PKBM). b. Tujuan PKBM 1) Melengkapi pendidikan fisik, mental dan sosial anak dan remaja agar dapat memperkembangkan pribadinya secara wajar dan layak. 2) Membantu anak dan remaja untuk mengembangkan keterampilan yang bersifat sosial, ekonomis, produktif. 3) Membantu anak dan remaja yang sedang mengalami masalah agar dapat mengembangkan penguasaan diri guna mengatasi aspirasinya. 4) Membantu anak dan remaja dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan rekreatif dan kreatif yang menunjang perkembangan pribadi anak dan remaja seutuhnya. c. Fungsi PKBM 1. Memupuk kreatifitas dan melatih anak dan remaja bertanggung jawab. 2. Membina kegiatan-kegiatan sosial, rekreatif, edukatif dan produkyif serta kegiatan lainnya yang praktis. 3. Mengembangkan dan mewujudkan harapan serta cita-cita anak dan remaja melalui bimbingan interaksi. 4. Sarana pembangunan anak dan remaja sekaligus berfungsi sebagai pusat informasi anak dan remaja. 5. PKBM Sebagai Wadah Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah a. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Luar Sekolah dikatakan juga pendidikan yang bersifat non formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah. Hal ini seperti diuraikan Sujana, (2010:21), bahwa Pendidikan non formal ialah kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai belajarnya. Pendidikan non formal atau dikenal sebagai pendidikan luar sekolah, dikenal dalam masyarakat dalam bentuk kursus-kursus. Biasanya lama pendidikan terbatas meskipun programnya tetap berstruktur. Program pendidikan luar sekolah semakin lama semakin menempati tempat yang penting, oleh karena dengan kemajuan kemunikasi dan informatika, orang tidak perlu lagi belajar di dalam ruangan tertentu, tetapi dapat belajar sendiri. b.ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu program dari pendidikan nasional, disampingt pendidikan persekolahan (formal). Ciri-ciri pendidikan luar sekolah memiliki banyak kesamaan dengan pendidikan persekolahan, seperti yang diuraikan Sujana (dalam Ipik Suganda:20-21) bahwa ciri-ciri pendidikan luar sekolah adalah : 1) Diorganisir 2) Adanya program isi pendidikan 3) Adanya perurutan materi 4) Adanya creditial (persyaratan ijazah atau sertifikat) 5) Adanya tujuan yang spesifik yang dapat dicapai jangka waktu yang relatif pendek. 6) Bagi peserta didik, tujuan belajar mereka adlah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan untuk hidup dan bukan mengejar ujian. 7) Sasaran didik tergantung kepada program. c. Azas Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan luar sekolah dibina dan dikembangkan di atas azas-azas berikut, yaitu azas kebutuhan, azas pendidikan sepanjang hayat dan azas relevansi dengan pembangunan. 1) Azas Kebutuhan Azas kebutuhan dalam hal ini ialah suatu keadaan yang menunjukkan adanya keperluan atau maksud yang harus dipenuhi atau yang harus dicapai. (Sujana dalam Ipik Suganda, 2007:21) 2) Azas Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO (dalam Sujana.2010:201), memberikan arah supaya

pendidikan nonformal dikembangkan atas prinsip-prinsip di bawah ini : (1)Pendidikan hanya berakhir apabila manusia telah meninggal dunia. (2)Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi untuk peserta didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisir dan sistematis. (3)Kegiatan belajar ditujukan untuk memperoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki. (4)Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan. POSEDUR PENELITIAN 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto, (2010:173). Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitinya merupakan penelitian populasi. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dikatakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.(suharsimi Arikunto,2010:174). 3. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data a. Metode Penelitian Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karerna itu tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkahlangkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. b. Teknik Pengumpulan Data 1) Wawancara, yaitu penulis lakukan untuk mendapatkan data sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian. 2) Sehubungan dengan teknik wawancara ini, S. Nasution (2011:113), wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. 3) Observasi, yaitu mengadakan peninjauan langsung terhadap objek penelitian. Seperti yang diuraikan oleh Suharsimi Arikunto,(2010:199) bahwa observasi sebagai suatu aktiva sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan 4) menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dnegan menggunakan seluruh alat indra. 5) Angket, yaitu alat untuk pengumpulan data melalui serangkaian pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan responden. 6) S. Nasution (2011:128) menjelaskan bahwa angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti. 7) Study Literatur, penulis gunakan sebagai bahan penunjang pada uraian teoritis yang sekiranya ada hubungannya dengan penyuluhan, juga sebagai teknik pembantu dalam pengumpulan data. 4. Langkah-Langkah Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Penyusunan Alat Pengumpulan Data b. Uji Coba angket c. Revisi Angket d. Memperbanyak Angket e. Pelaksanaan Pemgumpulan Data 4. Prosedur Pengolahan Data Pengolahan data ini dimaksudkan agar data hasil penelitian dapat mengungkapkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Untuk mengukur, menyaring dan mengaplikasikan data diperlukan beberapa langkah yang harus ditempuh, langkah-langkah terebut adalah sebagai berikut : a. Seleksi Data b. Klasifikasi Data c. Tabulasi Data d. Analisis dan Penafsiran Data HASIL PENELITIAN 1. PENDAPAT RESPONDEN TENTANG TUJUAN PKBM Diketahui sebanyak 66% responden membantu remaja untuk mengembangkan keterampilan yang bersifat ekonomi produktif, 20%

membantu aparat desa dalam pembangunan masyarakat, sisanya membantu pemerintah dalam memasyarakatkan olah raga dan Membina pemuda dalam kegiatan berorganisasi 2. CARA KERJA PENGURUS DALAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN KEGITAN PKBM Diketahui lebih dari setengahnya (64%) responden menyatakan Pembagian tugas jelas tetapi pengontrolan dari ketua kurang, sebagian kecil (16%) menyatakan pembagian tugas jelas, saling jalinan kerjasama baik, (14%) menyatakan Pembagian tugas kurang jelas, sehingga Kadang-kadang terjadi salah pengertian, dan sebagiankecil lainnya (6%) menyatakan Tidak ada pembagian tugas yang jelas sehingga kegiatan tidak lancar. 3. UNTUK MENGETAHUI KEHENDAK MENJADI ANGGOTA PKBM Diketahui lebih dari setengahnya (60%) responden menyatakan kehendak sendiri manjadi anggota PKBM, sedangkan sebagian kecil (16%) responden menyatakan kehendak orang tua, dan (14%) menyatakan diajak teman, dan (10%) menyatakan kehendak aparat desa. 4. ATAS KEHENDAK SIAPA RESPONDEN MENJADI ANGGOTA PKBM Untuk mengetahui keterlibatan responden dalam setiap kegiatan yang diselenggarkan oleh PKBM dapat dilihat pada tabel berikut : 5. KETERLIBATAN RESPONDEN DALAM SETIAP KEGIATAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH PKBM Diketahui lebih dari setengahnya (60%) menyatakan ikut serta bila tempatnya dekat, sedangkan sebagian kecil (26%) menyatakan selalu ikut walaupun tempatnya jauh, ebagian kecil lagi (14%) menyatakan ikut serta bila ada teman yang mengajak. Tidak seorangpun (0%) yang menyatakan tidak pernah. Mengenai kegiatan yang dilaksanakan sampai larut malam seluruh responden (100%) menyatakan mengikuti sampai selesai (Pengolahan angket No 6). Untuk mengetahui berapa kali pengurus PKBM mengadakan pertemuan dalam sebulan dapat dilihat plada tabel berikut : 6. KETERLIBATAN RESPONDEN DALAM SETIAP KEGIATAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH PKBM Diketahui bahwa responden setengahnya (50%) menyatakan satu kali pengurus mengadakan pertemuan dalam sebulan, sebagian kecil (20%) menyatakan dua kali. Keterlibatan responden dalam mengikuti pertemuan yang dilaksanakan PKBM menghadirinya (100%) menyatakan bahwa selalu hadir dalam pertemuan yang dilaksanakan PKBM (Pengolahan Angket No8). 7. MENGENAI PENDAPAT RESPONDEN TENTANG KETERLIBATAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT ATAU SARAN DALAM PERTEMUAN Diketahui seluruhnya (100%) memberikan saran apabila ada hal yang kurang setuju dalam pertemuan tersebut (pengolahan angket No 9). 8. UNTUK MENGETAHUI PENERIMAN PESERTA PERTEMUAN ATAS SARAN ATAU PENDAPAT Diketahui seuruhnya(100%) responden menyatakan bahwa selalu menerima dengan baik saran atau pendapat (pengolahan angket No 10). 9. DALAM SUATU KEGIATAN MEMBUTUHKAN BIAYA DAN PERALATAN, DARI MANA MEMPEROLEHNYA Diketahui bahwa hampir seluruhnya (80%) responden menyatakan dari anggota, sebagian kecilnya (14%) responden menyatakan dari masyarakat. Adapun alasan responden tentang kegiatan PKBM apabila memerlukan alat dapat dilihat pada tabel berikut : 10. FAKTOR YANG MENJADIKAN KESULITAN DALAM MENGKOORDINIR ANGGOTA PKBM Diketahui bahwa responden lebih dari setengahnya (70%) menyatakan tempat tinggal anggota yang terpencar, hampir setengahnya (30%) responden menyatakan keterbatasan alat komunikasi. Adapun untuk mengetahui pendpat responden tentang hambatan lain yang dialami selama menjadi anggota PKBM dapat diketahui bahwa seluruhnya (100%) responden menyatakan lokasi kegiatan yang

jauh dari tempat tinggal (Pengolahan angket no 24 bagian C). 11. HAMBATAN YANG PALING BESAR DALAM MENGIKUTI KEGIATAN PKBM Diketahui bahwa hampir setengahnya (40%) responden menyatakan keterbatasan personil. Sedangkan yang lainnya masing-masing menyatakan keterbatasan alat dan bahan kegiatan (36%), (24%) keterbatasan biaya. KESIMPULAN Kesimpulan akhir yang penulis kemukakan didasarkan pada pertanyaan penelitian terdahulu yaitu : Pelaksanaan program bertujuan membantu remaja untuk mengembangkan keterampilan yang bersifat ekonomi produktif melalui program kegiatan PKBM yang direncanakan dengan sistematis secara kontinyu yaitu dengan penyusunan program kegiatan yang begitu jelas. Pengurus PKBM mengadakan pertemuan satu kali dalam satu bulan Fahtoni, Abdurahmat, et.al (2006) Metodolo Penelitian dan Penyusunan Skripsi, Jakarta Rineka Cipta. Hasah E.S. (2003) Penuntun Penyususnan Proposal Penelitian dan Penyusunan Skripsi. Bandung STKIP Siliwangi. Hatimah, Ihat, et.al (2008). Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta : Universitas Terbuka Http//sacafirmansyah.woodpress.com. Partisipasi Masyarakat. Diakses Juni 5, 2009 11 : 58 pm Nasution, S (2011), Metode Research ( Penelitian Ilmiah) Jakarta, Bumi Askara. Sudjana, D (2010). Pendidikan Nonformal : Wawasan, sejarah Perkembangan, Filsafat, dan Teori Pendukung, serta Azas. Bandung : Falah. -------- (2006) Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung Rosda Karya. Warga belajar PKBM dalam mengikuti kegiatan tersebut tidak merasa terpaksa, melainkan atas dasar kehendak sendiri.sedangkan keterlibatan dalam setiap kegiatan selalu ikut bila tempatnya dekat. Apabila dalam kegiatan membutuhkan biaya dan peralatan, anggota selali berpartisipasi menyediakannya baik dana maupun peralatan Adapun yang menjadi faktor penghambat partisipasi pemuda dalam mengikuti kegiatan dikarenakan sibuk dengan pekerjaan, tempat tinggal yang terpencar serta lokasi kegiatan yang jauh dari tempat tinggal. Hambatan yang dirasakan paling berata dalam mengikuti kegiatan ialah karena keterbatasan personil. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Mandir S, Mempertegas Kepeloporan Pemuda Menurut UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Kemenpora Republik Indonesia Anggoro, M Toha, et.al (2008), Metode Penelitian Jakarta : Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.