BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan pajak dari tahun ke tahun, hal ini dilakukan agar program-program

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara materiil maupun spiritual (Waluyo dan Wirawan : 2001). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. langkah strategi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari sumber kemampuan sendiri. GBHN menegaskan bahwa pembangunan nasional memerlukan investasi dalam jumlah yang sangat besar, yang pelaksanaannya harus dilandaskan pada kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap saja. Hal tersebut merupakan dambaan seluruh rakyat Indonesia dan salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian suatu negara atau bangsa dalam pembiayaan pembangunan nasional dan pembiayaan rutin pemerintah berdasarkan kemampuan sendiri. Oleh karena itu, peran serta aktif masyarakat harus terus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran pemahaman bahwa pembangunan adalah hasil kewajiban dan tanggung jawab seluruh rakyat. (Petra:2005:1) Menurut Waluyo dan Wirawan Ilyas (2003:4) pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri 1

2 berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Mas ut (2004:2) menyebutkan bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat timbal balik yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa pajak adalah sumber pendapatan Negara yang terpenting dan harus dikelola dengan baik, karena pajak sebagai salah satu unsur penerimaan Negara memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Negara kita adalah sistem Self Assesment System. Self Assesment System adalah sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Seperti yang dijelaskan Ni Luh Supadmi ( 2008:2 ) menyebutkan bahwa kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab peningkatan penerimaan pajak adalah karena sejak tahun fiskal 1984 pemerintah memberlakukan reformasi perpajakan dengan menerapkan Self Assessment System dalam pemungutan pajak. Berbeda dengan sistem pemungutan pajak sebelumnya, yaitu Official Assessment System. Self Assessment System memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan seluruh pajak yang menjadi

3 kewajibannya. Dengan kata lain, wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Self Assessment System menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut. Di dalam sistem Self Assessment, fungsi pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak adalah memfasilitasi agar sistem Self Assessment dapat berjalan dengan baik, sehingga penerimaan pajak dapat menunjukan tingkat penerimaan pajak yang optimal. Salah satu fasilitas yang dibuat oleh DJP adalah dengan membuat program Sunset Policy 2008. Sunset Policy 2008 dibuat dalam rangka mencapai masyarakat yang sadar pajak, maka Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2008 melakukan gebrakan dengan mengeluarkan Paket Sunset Policy 2008. Sunset Policy 2008 adalah fasilitas penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga yang diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Dimana program ini diharapkan dapat membuat wajib pajak secara sukarela mendaftarkan untuk memperoleh NPWP dalam tahun 2008 dan melunasi seluruh pajak yang kurang bayar bagi yang memiliki tunggakan pajak. Dimana melalui kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan Negara dan kesadaran wajib pajak untuk memproleh NPWP dan Penyerahan SPT. Adanya kebijakan ini wajib pajak diharapkan dapat memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan jumlah wajib

4 pajak serta akan tercipta kepatuhan dan kesadaran secara sukarela dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Seperti yang disebutkan oleh Chaizi Nasucha yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:139) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari ; a) kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, b) Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), c) Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan d) kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Maka pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara. Tetapi pada kenyataannya, tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal pembayaran dan pelaporan SPT masih rendah ( Berita Pajak : 2009). Selain itu juga masih banyak wajib pajak yang belum melaksanakan kewajiban perpajakannya terbukti dengan masih terdapatnya tunggakan pajak yang jumlahnya menurut catatan Dirjen Pajak yang disampaikan oleh Kepala Subdit Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemantauan Dirjen Pajak bahwa saat ini per 31 Desember 2009 terdapat Rp 52 triliun tunggakan pajak (Kontan, 29 Januari 2010). Selain itu terdapat Data 100 penunggak pajak dengan nilai total tunggakan hampir 17.5 triliun tentu ini bukanlah angka yang kecil. Jauh lebih besar dari nilai kasus Bank Century. Tentu saja angka ini cukup menghenyakkan dan menyadarkan banyak pihak. Ternyata banyak perusahaan

5 yang masih menunggak pajaknya. Termasuk perusahaan BUMN yang dimana Saldo tahun 2009 hutang pajak BUMN Rp 8,1 triliun, lalu penambahan hutang baru di 2009 sesuai SKP (Surat Ketetapan Pajak) Rp 2,3 triliun. Pencairan (pembayaran) pada 2009 sebesar Rp 2,8 triliun jadi sisa saldo hutangnya Rp 7,6 triliun dan saat ini pihak Ditjen Pajak terus berusaha menagih tunggakan pajak tersebut (www.detik.com, 2010). Kemudian Petra (2005:2) menyebutkan bahwa banyak dijumpai wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar. Hal ini menyebabkan timbulnya tunggakan pajak akibat adanya hutang pajak yang belum dilunasi oleh wajib pajak tersebut, maka perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak agar penerimaan pajak sebagai sumber dana utama dalam melaksanakan pembangunan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya bahwa proses penagihan pajak harus dilakukan secara maksimal karena pada dasarnya tunggakan pajak merupakan asset yang cukup besar dari sebuah Kantor Pelayanan Pajak ( Berita Pajak:2009 ). Beberapa Fenomena secara umum diatas menunjukan bahwa masih banyak sekali wajib pajak yang menunggak pajak, yang menyebabkan penerimaan Negara berkurang sehingga pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah menjadi terhambat akibat dari penerimaan Negara yang tertunggak.

6 Selanjutnya penulis paparkan mengenai fenomena khusus mengenai tunggakan wajib pajak yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega merupakan bagian dari Direktorat Jendral Pajak yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan penagihan pajak dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara, disamping tugas-tugas lainnya. Berikut ini adalah data mengenai tunggakan pajak di Kantor pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega dan juga target pelunasan, serta realisasi yang tercapai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 : Tabel 1.1 Tunggakan dan target pelunasan di KPP Pratama Bandung Tegallega Tahun Tunggakan Target Pelunasan % Pelunasan 2007 Rp. 39.630.970.000 Rp. 16.597.631.000 41,8 % 2008 Rp. 44.065.239.000 Rp. 22.286.606.000 50,6% 2009 Rp. 51.061.769.000 Rp. 8.648.858.000 16,9 % Sumber : Data seksi penagihan KPP Pratama Bandung Tegallega, 2010 Berdasarkan data diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah tunggakan dengan target pelunasan untuk setiap tahun berbeda, hal ini dikarenakan target pelunasan ditentukan oleh kantor pusat yang membuat keputusan berapa banyak target pelunasan yang harus tercapai bagi setiap Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Adapun pertimbangan atas target yang dibuat diantaranya adalah adanya penghapusan utang.

7 Menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas ( 2006:7 ) menjelaskan bahwa penghapusan dapat diberikan karena keadaan yang terkait dengan wajib pajak, biasanya fiskus juga telah melakukan pemeriksaan terhadap hal tesebut, seperti wajib pajak telah meninggal dunia tanpa meninggalkan harta warisan, tidak diketahui lagi tempat tinggalnya, tidak mampu lagi membayar pajak. Utang pajak dapat pula dihapuskan karena terdapat Surat Ketetapan Pajak (SKP) dalam hal terjadi pembatalan surat ketetapan pajak, maka secara hukum berarti dasar untuk menagih pajak telah hilang, oleh karena itu utang pajak harus dihapuskan. Sedangkan apabila kita melihat pada tahun 2009 jumlah tunggakan awal dengan target pelunasan jauh berbeda, hal ini dikarenakan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata terdapat kompensasi pembayaran kurang lebih sebesar 50%. Kompensasi pembayaran merupakan pelunasan utang pajak yang dilakukan melalui proses pemindah bukuan karena wajib pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak.( Panca K dan Bagus P:2006:5 ) Berdasarkan kondisi diatas maka Direktorat Jendral Pajak selaku pengelola pajak, membuat kebijakan-kebijakan dalam penentuan target pelunasan terhadap jumlah tunggakan pajak yang diantaranya adalah penghapusan utang dan kompensasi pembayaran, sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan yang dibuat dapat mengurangi jumlah tunggakan yang ada. Berikut ini data mengenai target pelunasan dan realisasi atas tunggakan pajak untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega selama tahun 2007 2009 :

8 Tabel 1.2 Target pelunasan, dan realisasi tunggakan pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega Tahun Target Pelunasan Realisasi Pelunasan % Tertagih 2007 Rp. 16.597.631.000 Rp. 8.396.573.000 50,5% 2008 Rp. 22.286.606.000 Rp. 4.572.721.000 20,5% 2009 Rp. 8.648.858.000 Rp. 13.081.506.306 151,2% Sumber : Data seksi penagihan KPP Pratama Bandung Tegallega, 2010 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat target pelunasan yang telah ditetapkan oleh kantor pusat, yang dimana proses penagihan harus dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas ( 2006:1 ) penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa (SP), mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2007 dan 2008 penagihan yang dilakukan terhadap jumlah tunggakan pajak yang telah ditargetkan oleh kantor pusat tidak dapat terealisasi sepenuhnya. Kendala yang dihadapai dalam penagihan tersebut diantaranya adalah daluwarsa pajak. Menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas (2006:6) daluwarsa pajak merupakan utang pajak yang telah melampaui batas waktu yang ditetapkan oleh undang-undang tidak dibayar dan administrasi perpajakan tidak berupaya untuk menagih, maka dengan sendirinya utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Kemudian data pada tahun

9 2009 yang menunjukkan jumlah antara target pelunasan dengan realisasi lebih tinggi raelisasinya, hal ini dikarenakan target yang ditentukan oleh kantor pusat dapat tercapai oleh KPP dan hasilnya melampaui target yang telah ditentukan. Berdasarkan pemaparan fenomena khusus mengenai penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega diatas, maka untuk mendukung pelaksanaan tax law enforcement terhadap wajib pajak atau penanggung pajak, dan juga untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ke kas Negara, penting dilaksanakannya penagihan pajak. Penagihan pajak didalam hukum pajak tentunya tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, dibutuhkan landasan khusus yang dapat dijadikan landasan hukum bagi penagihan pajak. Dasar hukum mengenai penagihan pajak adalah Undang-undang No. 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa, sebagai aturan pelaksanaan bagi fiskus untuk melaksanakan penagihan pajak. Mengingat penerimaan pajak merupakan faktor sangat penting dan berperan dalam sektor pembangunan nasional, maka proses penagihan pajakpun harus dilakukan agar penerimaan pajak yang telah dianggarkan dapat sesuai dengan target yang telah dicanangkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, dengan judul ANALISIS ATAS PENAGIHAN PAJAK SEBAGAI SALAH SATU ALAT TAX LAW ENFORCEMENT PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG TEGALLEGA.

10 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Banyaknya tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega oleh Wajib Pajak. 2. Sistem penagihan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega belum berjalan sesuai dengan harapan DJP. 3. Realisasi penagihan pajak melalui penegakan hukum pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega belum sepenuhnya berjalan optimal. 1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian dari masalah yang dihadapi maka perlu adanya batasan sistem yang akan dibahas. Dalam hal ini penelitian dilakukan hanya pada analisis penagihan pajak sebagai salah satu alat tax law enforcement. Karena banyaknya permasalahan tersebut maka sistem dibatasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses penagihan terhadap wajib pajak yang mempunyai hutang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

11 2. Bagaimana hambatan yang terjadi dalam proses penagihannya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega dalam mengatasi hambatan tersebut. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas penagihan pajak sebagai salah satu alat tax law enforcement pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses penagihan terhadap wajib pajak yang mempunyai hutang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 2. Untuk mengetahui hambatan proses penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega dalam mengatasi hambatan tersebut 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bentuk rekomendasi bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, khususnya pada seksi penagihan untuk dapat mengimplementasikan mengenai efektifitas penagihan pajak terhadap jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dengan baik agar

12 dapat meningkatkan penerimaan pajak, dan dapat tercapainya efektifitas pengurangan jumlah piutang pajak yang ada sehingga hak dasar rakyat dan kesejahteraannya dapat tercapai. 1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi penulis Bagi penulis penelitian ini sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman mengenai penagihan pajak terhadap jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak. Mampu menguasai konsep-konsep dasar sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah dan keterampilan yang dimiliki penulis sesuai dengan bidang keahlian penulis dalam kegiatan yang produktif. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu tambahan pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi atau masukan bagi peneliti lain yang akan meneliti kembali mengenai penagihan pajak. 3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmu yang didapat dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang perpajakan.

13 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam melaksanakan laporan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega yang beralamat di Jl. Soekarno-hatta No. 216 Bandung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2010. Tabel 1.3 Time Schedule Pelaksanaan Penelitian Waktu Kegiatan No Keterangan Februari 2010 1 2 3 Tahap Persiapan a. Sosialisasi Usulan Penelitian b. Penyusunan Usulan Penelitian c. Pengumpulan Usulan Penelitian Tahap Pelaksanaan a. Pengumpulan data perusahaan Tahap Pelaporan a. Penyusunan laporan tugas akhir b. Bimbingan laporan tugas akhir c. Pengumpulan tugas akhir d. Ujian sidang akhir Maret April Mei Juni 2010 2010 2010 2010 2010 Juli