KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

MATERI DAN METODE. Metode

S. Sarah, T. H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

KAJIAN KADAR LEMAK DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU KAMBING SAPERA DI CILACAP DAN BOGOR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penambahan kolin klorida pada pakan terhadap kadar

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN LAKTOSA DAN AIR PADA SUSU SAPI PERAH SKRIPSI.

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

Tampilan kualitas susu sapi perah akibat imbangan konsentrat dan hijauan yang berbeda

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Bahan Kering dan Protein Pakan

MATERI DAN METODE. Materi

PERBEDAAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR SUSU SAPI PERAH PADA KEBUNTINGAN TRIMESTER I DAN TRIMESTER II. Oleh :

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

disusun oleh: Willyan Djaja

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

Kajian Komparatif Parameter Ekonomi (Harga Susu dan Pakan) Terhadap Efisiensi Penggunaan Teknologi Pakan Pada Usaha Sapi Perah

TAMPILAN GLUKOSA DARAH DAN LAKTOSA SUSU AKIBAT SUPLEMENTASI UREA DAN IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT YANG BERBEDA PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN

Produksi dan Komposisi Susu Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein yang Disuplementasi 3% Susu Bubuk Afkir pada Masa Awal Laktasi

PENGARUH KOMBINASI SELANG PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU SAPI PERAH SKRIPSI RINA ATRIANA

Pengaruh penggunaan ajitein dalam pakan terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI.

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

KADAR PROTEIN DAN NILAI VISKOSITAS SUSU KAMBING SAPERA DI CILACAP DAN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

SUPLEMENTASI TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) DAN Zn PROTEINAT TERHADAP KONSUMSI DAN PRODUKSI ENERGI SUSU PADA SAPI PERAH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

PENGARUH SUPLEMENTASI UREA DAN IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TOTAL PROTEIN DARAH, UREA DARAH, DAN MILK UREA NITROGEN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

KONSUMSI DAN PRODUKSI PROTEIN SUSU SAPI PERAH LAKTASI YANG DIBERI SUPLEMEN TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DAN SENG PROTEINAT

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni September 2015 di Laboratorium

Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan Ukuran-Ukuran Tubuh dan Kosumsi Pakan Pedet FH Betina Lepas Sapih

Roosena Yusuf. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jalan Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua Samarinda Kaltim ABSTRACT

Transkripsi:

Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA Vergi, M. D., T. H. Suprayogi S. dan S. M. Sayuthi * Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang *fp@undip.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan interval pemerahan yang berbeda guna memperbaiki tampilan mutu susu atau kandungan lemak, total bahan kering dan bahan kering tanpa lemak (BKTL). Materi yang digunakan adalah 16 ekor sapi perah Friesian Holstein (FH) pada bulan laktasi ke-4 dan 5, bobot badan rata-rata 373,27±27,32 kg (CV 7,32%), dan produksi susu rata-rata 12,50±0,06 liter (CV 0,46%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Crossover Designs. Perlakuan yang dicobakan adalah P1 (interval pemerahan 12:12 jam) dan P2 (interval pemerahan 16:8 jam). Parameter yang diamati meliputi lemak susu, total bahan kering dan bahan kering tanpa lemak. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan lemak susu P1 dan P2, masing-masing 0,56 dan 0,50 kg/ekor/hari dan berbeda nyata (P<0,05). Kandungan total bahan kering pada P1 dan P2, masing-masing 1,80 dan 1,56 kg/ekor/hari dan berbeda nyata (P<0,05). Kandungan BKTL pada susu untuk perlakuan P1 dan P2, masing-masing 19,76 dan 17,34 kg/ekor/hari dan berbeda nyata (P<0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah interval pemerahan 12:12 jam dapat meningkatkan kualitas susu dibandingkan interval pemerahan 16:8 jam. Kata kunci : Sapi Perah FH; Interval Pemerahan; Kualitas Susu. ABSTRACT This study aimed to compare the milking interval on milk fat content, Total Solid and Solid Non Fat (SNF). The dairy cattle used was 16 Frisien Holstein cows at the second and third milking periods and at fourth and fifth months of lactation. The average of body weight and milk production were 373.27 ± 27.32 kg (CV 7.32%) and 12.50 ± 0.06 liters (CV 0.46%). The experimental design used was Crossover Design. The treatment was T1 (milking interval 12:12 hours) and T2 (milking interval 16:8 hours). The parameters observed were milk fat, total solid and solid non fat. The data were analysed by F test. The results showed that milk fat content was 0.56 and 0.50 kg/head/day (P<0.05), total solid content was 1.80 and 1.56 kg/head/day (P<0.05), Solid non fat on milk was 19.76 and 17.34 kg/ head/day (P<0.05 ) for P1 and P2, respectively. In conclusion, the milking interval used by 12:12 hours was better than 16:8 hours to increase milk quality. Keywords: Milking Interval; Fat Content; Total Solid; Solid Non Fat. PENDAHULUAN Susu merupakan campuran dari senyawa-senyawa kompleks yang terdispersi di dalam air (Legowo et al., 2009). Produksi susu di Indonesia berasal dari peternakan rakyat menengah ke bawah yang mencapai 80% dan sisanya adalah usaha peternakan sapi perah modern. Penyerapan susu oleh perusahaan pengolahan susu pun masih terbilang rendah yaitu sekitar 30%. Hal ini dikarenakan kualitas susu yang dihasilkan peternakan rakyat tidak sesuai standar yang dibutuhkan. Kualitas susu yang relatif rendah menyebabkan harga susu murah (Atriana, 2012).

Mardalena (2008) dan Atriana (2012) menyatakan bahwa susu terdiri dari 88% air dan 12% bahan kering. Bahan kering susu mengandung lemak, protein, mineral, vitamin, laktosa, imonoglobulin, enzim dan lain-lain. Kadar lemak dalam susu berbanding lurus dengan jumlah total bahan kering susu. Semakin besar kadar lemak susu semakin meningkatkan kualitas susu yang didapat dari perubahan interval pemerahan. Mardalena (2008) dan Resti (2009) menyatakan bahwa interval pemerahan mempengaruhi komposisi nutrien susu dan produksi susu. Sapi yang diperah dengan interval panjang akan menghasilkan susu dalam jumlah yang tinggi, karena waktu yang digunakan untuk sintesis susu menjadi lebih lama, sehingga lumen-lumen alveoli dapat dipenuhi oleh susu secara optimal, namun memiliki kadar lemak yang relatif rendah. Sebaliknya sapi yang diperah dengan interval pemerahan yang pendek akan menghasilkan susu dengan kadar lemak tinggi dan produksi susu turun. Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui kadar lemak, total bahan kering dan BKTL sapi perah yang diperah dengan interval pemerahan yang berbeda. Manfaat penelitian ini adalah mengetahui interval pemerahan yang sesuai dan efisien. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan tanggal 10 Oktober sampai 1 Desember 2014. Lokasi penelitian di Kelompok Tani Ternak Sapi Perah Rejeki Lumintu, di Desa Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah. Materi Penelitian Materi yang digunakan adalah 16 ekor sapi perah FH dengan rincian 8 ekor pada bulan laktasi 4 dan 8 ekor bulan laktasi 5, serta berada pada periode laktasi 2 dan 3. Rata-rata bobot sapi adalah 373,27 kg (CV 7,32%) dan produksi susu 12,5 liter (CV 0,46%). Bahan pakan dalam formulasi ransum adalah jerami padi, konsentrat, ketela pohon dan ampas tahu. Ransum diberikan dalam jumlah yang sama. Alat yang digunakan yaitumeteran, ember, literan plastik, botol plastik, kotak pendingin, termohigrometer (Taylor ) dengan ketelitian 0,01 o C, dan lactoscan. Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Crossover Design. Perlakuan yang dicobakan adalah : P1 = Interval Pemerahan 12:12 jam. P2 = Interval Pemerahan 16:8 jam. Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu. Minggu pertama dilakukan tahap persiapan. Tahap perlakuan dilaksanakan dalam dua periode yaitu periode 1 dua minggu, adaptasi perlakuan periode 2 selama satu minggu, dan periode kedua selama dua minggu. Delapan ekor sapi (S1 sampai S8) mendapat perlakuan P1 dan 8 ekor sapi lainnya (S9 sampai S16) mendapat perlakuan P2 pada periode 1. Sapi S1 sampai S8 mendapat perlakuan P2 dan S9 sampai S16 mendapat perlakuan P1 pada periode 2. Interval pemerahan kelompok sapi I pada pagi pukul 02.00 WIB dan sore hari pukul 14.00 WIB (12:12 jam). Interval pemerahan kelompok sapi II pada pagi pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB (16:8 jam). Data konsumsi pakan diukur dengan cara menimbang pakan yang akan diberikan untuk setiap ekor per hari dan menimbang sisa pakan keesokan dan dihitung selisihnya. Data produksi susu diukur setiap pemerahan menggunakan gelas plastik. Sampel susu diambil satu minggu sekali setiap pemerahan (pagi dan sore) untuk dianalisis menggunakan lactoscan guna mengetahui berat jenis (BJ), kadar lemak (KL), total bahan kering (BK) dan bahan kering tanpa lemak (BKTL). Parameter yang diambil adalah konsumsi pakan, produksi susu, dan kualitas susu (lemak susu, total bahan kering dan BKTL). Data yang diambil kemudian dianalisis dengan uji F (Kusumaningrum, 2008). 196

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukan bahwa perlakuan P1 maupun P2 tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering (BK), total digestible nutrients (TDN), serat kasar (SK) dan lemak kasar (LK). Perlakuan interval pemerahan yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap konsumsi BK, TDN, SK dan LK. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang sama pada seluruh ternak. Konsentrat yang diberikan pada setiap perlakuan memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan hijauan sehingga palatabilitas pakan lebih tinggi dan sama-sama meningkatkan konsumsi sapi kedua perlakuan. Kondisi lingkungan perlakuan P1 dan P2 juga relatif sama. Menurut Siregar (2001) pakan konsentrat dan hijauan, dapat meningkatnya konsumsi rata-rata zat gizi berupa bahan kering, protein kasar, dan energi. Adhani et al. (2012) menyatakan bahwa tingkat konsumsi ternak dapat dipengaruhi oleh bobot badan, jenis kelamin, umur, faktor genetik, bangsa sapi, pakan dan faktor lingkungan (temperatur, kelembaban dan sinar matahari). Konsumsi bahan kering antara perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi karena bobot badan sapi hampir seragam. Kebutuhan nutrisi akan hidup pokok dan produksi susu mempengaruhi konsumsi bahan kering. Makin (2011), menyatakan bahwa imbangan protein dan TDN pada ransum sapi perah sangat penting. Kebutuhan energi sapi laktasi berdasarkan pada produksi susu, kebutuhan hidup pokok dan bobot badan. Kualitas susu pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan interval pemerahan (P1 dan P2) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap lemak, total bahan kering dan BKTL susu. Lemak Susu Perlakuan P1 menunjukan kandungan lemak susu 1,1% lebih tinggi dibandingkan P2. Kandungan lemak susu pada P1 adalah 0,56 kg/ekor/hari (4,20%) dan P2 mengandung 0,50 kg/ekor/hari (4,07%). Meskipun terdapat perbedaan jumlah kandungan lemak susu tiap perlakuan, tetapi rata-rata lemak susu perlakuan P1 dan P2 sudah sesuai standar berdasarkan SNI (2011) yaitu syarat mutu susu segar minimum 3 %. Setelah pemerahan, kelenjar ambing akan mensintesis susu kembali, semakin lama tekanan ambing akan semakin meningkat, sintesis susu berlangsung selama 6 sampai 8 jam kemudian gland cistern akan terpenuhi oleh susu dan seluruh lumen akan penuh dengan air susu. Sesuai dengan pendapat Ace dan Wahyuningsih (2010) serta Kurniawan et al. (2012) bahwa interval pemerahan mempengaruhi kualitas susu, semakin pendek jarak pemerahan maka akan mengakibatkan kadar lemak semakin tinggi. Tabel 1. Hasil Perhitungan Konsumsi Nutrien Sapi Penelitian Rata-Rata Konsumsi Nutrien P1 P2 --------------------kg/ekor/hari ------------------ Bahan Kering 13,27 a 13,30 a Protein Kasar 1,16 a 1,16 a Total Digestible Nutrients 8,03 a 8,04 a Serat Kasar 3,53 a 3,54 a Lemak kasar 0,40 a 0,39 a Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). 197

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Susu Sapi Penelitian Kualitas Susu P1 P2 --------------------- kg/ekor/hari ------------------- Lemak 0,56 a 0,50 b Total Bahan Kering 1,80 a 1,58 b Bahan Kering Tanpa Lemak 1,24 a 1,08 b Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Total Bahan Kering Susu Rata-rata total bahan kering susu P1 adalah 1,80 kg/ekor/hari (13,50%) dan P2 adalah 1,58 kg/ekor/hari (12,84%). Diketahui bahwa perlakuan P1 menunjukkan peningkatan total bahan kering susu sebesar 3% lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2. Meskipun demikian kandungan total bahan kering tiap perlakuan sudah sesuai SNI (2011) total bahan kering dalam susu minimal 10,8%. Besar kandungan lemak susu pada susu sapi perlakuan berbanding lurus dengan kandungan total bahan kering. Perbedaan kandungan total bahan kering juga dipengaruhi oleh tingginya nutrien lain seperti protein dan laktosa. Mardalena (2008) menyatakan bahwa interval pemerahan pendek akan meningkatkan kandungan bahan kering, interval pemerahan pendek menghasilkan lemak susu yang lebih tinggi dibandingkan dengan interval pemerahan yang lebih panjang. Legowo et al. (2009) menyatakan bahwa tingginya kandungan total bahan kering dalam susu sangat dipengaruhi oleh komposisi nutrien seperti lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral dan lain-lain. Bahan Kering Tanpa Lemak Sapi perlakuan P1 memiliki kandungan BKTL lebih tinggi dibandingkan dengan P2. Rata-rata kandungan BKTL pada P1 adalah 1,24 kg/ekor/hari (9,30%) dan P2 adalah 1,08 kg ekor/hari (8,78%). Selisih antar perlakuan yaitu 0,16 kg/ekor/hari. Berdasarkan SNI (2011) kadar bahan kering tanpa lemak pada susu minimum 7,8%. P1 berbeda nyata (P<0,05) dengan P2 disebabkan oleh molekul-molekul laktosa, protein, mineral, vitamin dan lain-lain lebih kecil dibandingkan molekul lemak. Molekul yang lebih kecil lebih mudah dalam melewati memberan lumen susu, sehingga proporsi BKTL lebih tinggi diandingkan lemak. Mutamimah et al. (2013) menyatakan semakin tinggi protein dan laktosa maka semakin tinggi bahan kering tanpa lemak pada susu. Sapi perlakuan P1 dengan interval 12 : 12 jam, memiliki selang waktu yang konstan sehingga kandungan BKTL nya lebih tinggi, pada perlakuan P2 selang waktu 16 : 8 jam menyebabkan sintesis susu lebih banyak dan tekanannya lebih besar sehingga BKTL mengalami penurunan, karena sifat-sifat BKTL yang homogen terhadap air. Basya (1983) menyatakan bahwa interval pemerahan yang tidak sama, mempengaruhi kadar lemak susu dan nutrien lain. Interval lebih lama mampu meningkatkan kadar lemak susu. SIMPULAN Sapi yang diperah dengan interval pemerahan 12 : 12 jam bisa meningkatkan kandungan lemak dan total bahan kering susu dibandingkan sapi yang diperah dengan interval pemerahan 16 : 8 jam. DAFTAR PUSTAKA Ace, I. S. dan Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu sapi segar di Desa Pasirbucir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Jurnal Penyuluhan Pertanian 5 (1): 67 77. 198

Adhani, N., T. Nurhajati dan A. T. S. Estoepangestie. 2012. Potensi pemberian formula pakan konsentrat komersial terhadap konsumsi dan kadar bahan kering tanpa lemak susu. Agroveteriner 1 (1): 11-16. Atriana, R. 2012. Pengaruh Kombinasi Selang Pemerahan Terhadap Produksi dan Komposisi Susu Sapi Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi). Basya, S. 1983. Berbagai faktor yang mempengaruhi kadar lemak susu sapi perah. Wartazoa 1 (2): 13-15. Kurniawan, H. Indrijani dan D. S. Tasripin. 2012. Model kurva produksi susu sapi perah dan korelasinya pada pemerahan pagi dan siang periode laktasi satu. Media Peternakan 29 (1): 5-46. Kusumaningrum, A. 2008. Metode Penelitian Pertanian. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Legowo, A. M., Kusrahayu dan S. Mulyani. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Makin, M. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Mardalena. 2008. Pengaruh waktu pemerahan dan tingkat laktasi terhadap kualitas susu sapi perah Peranakan Fries Holstein. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan 9 (3):107-111. Mutamimah, L., S. Utami dan A. T. A. Sudewo. 2013. Kajian kadar lemak dan bahan kering tanpa lemak susu kambing sapera di Cilacap dan Bogor. Jurnal Ilmiah Ilmu Peternakan 1 (3): 874-880. Resti, Y. 2009. Pengaruh Selang Pemerahan terhadap Produksi Susu Sapi Fries Holland (FH). Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi). Siregar, S. B. 2001. Peningkatan kemampuan berproduksi susu sapi perah laktasi melalui perbaikan pakan dan frekuensi pemberiannya. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6 (2):76-82. Standar Nasional Indonesia. 2011. Kualitas Susu Segar. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. 199