Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis Vol. 1 No. 1 (2014): 35 40 ISSN 2354-970X KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH Khairul Aswadi Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dan pergeseran kompetitif sektor-sektor ekonomi unggulan. Penelitian ini menggunakan Indeks Williamson dan Analisis Shift- Share Esteban Marquilas. Hasil penelitian selama kurun waktu 2003-2009 menunjukkan bahwa Koefisien Indeks Williamson di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah baik yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh maupun yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan merata di kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Aceh Tengah. Selanjutnya hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Provinsi memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat dua sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah hanya sektor bangunan yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkan hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat satu sektor yang berada dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi tidak berspesialisasi yaitu sektor pertanian. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah pada akhir periode observasi terdapat tiga sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kata Kunci: Ketimpangan pendapatan, index williamson, shift-share esteban marquilas PENDAHULUAN Distribusi pendapatan ini tidak hanya pada tingkat nasional saja, tetapi juga pada tingkat daerah. Keberhasilan pembangunan daerah menjadi landasan yang baik bagi keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini karena pembangunan nasional tidak terlepas dari kinerja pembangunan daerah. Keberhasilan pembangunan daerah mempunyai korelasi yang cukup erat dengan peningkatan hasil pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi suatu daerah adalah program kerja yang harus dilaksanakan berkesinambungan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang lebih baik. Dengan semakin baiknya perekonomian daerah maka akan terwujudnya pemerataan pembangunan yang akan berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Meningkatnya kesejahteraan rakyat merupakan salah satu indikator terjadinya pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Menurut Arsyad (2002:7) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Produk (GDP) dan Gross National Produk (GNP) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau terjadi perubahan struktur ekonomi maupun tidak. Sedangkan menurut Boediono (1992: 1) pertumbuhan ekonoomi merupakan suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi setiap negara (Todaro, 2006:118) yaitu (1) Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang * Korespondensi Pengarang: Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah Jl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda Aceh E-mail: bantakhairul@yahoo.com
36 Khairul Aswadi ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia; (2) Pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja; dan (3) Kemajuan teknologi. Dalam pembangunan ekonomi regional terdapat beberapa teori yang penting, yaitu: teori basis ekspor dan model pertumbuhan interregional. Kedua teori ini terkait langsung dengan ekonomi regional dan asli dikembangkan dalam ekonomi regional (Tarigan, 2005:47). Untuk mengukur perubahan struktur ekonomi dalam kajian ini menggunakan pendekan shiftshare analysis Metode shift-share adalah salah satu teknik analisis dalam Ilmu Ekonomi Regional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Sjafrizal, 2009:179). Metode analisis ini bertitik tolak dari anggapan dasar bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh tiga komponen utama yang saling berhubungan satu sama lainnya, yakni pertumbuhan ekonomi (national growth component), pertumbuhan sektoral (indus-trial mix component), dan pertumbuhan daya saing wilayah (competitive effect component) (Tambunan, 2001:291). Sedangkan untuk menentukan tingkat ketimpangan pendapatan antar wilayah/ regional lazimnya oleh para ahli di bidang ekonomi regional biasanya menggunakan Indeks ketimpangan Williamson dan Indeks Entropi Theil, sedangkan Indeks Gini dan distribusi pendapatan menurut Bank Dunia biasanya digunakan dalam mengukur distribusi pendapatan perorangann dan antar kelompok masyarakat (Sjafrizal, 2008:108). Perubahan tatanan politik sejak terjadinya penandatanganan MoU Helsinki telah memberi ruang bagi pemulihan ekonomi Aceh yang sempat terpuruk akibat perang antara Pemerintah Indonesia dengan Gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka selama hampir 30 tahun. Hal ini diwujudkan melalui lahirnya Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, di mana pemerintah pusat memberikan kewenangan yang semakin luas bagi Provinsi Aceh untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan dan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi keunggulan kompetitif untuk dikembangkan guna mengurangi ketimpangan pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang ekonomi pembangunan dan ekonomi regional dengan pembahasan mengenai ketimpangan pendapatan antara kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Objek yang diteliti dilihat dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Per Kapita dan jumlah penduduk masingmasing kabupaten yang diukur mulai periode 2003-2009. Sumber dan Jenis Data Data yang digunakan di dalam penelitian ini berupa data time series, yaitu data Pendapatan Per Kapita, jumlah penduduk dan PDRB menurut lapangan usaha atas harga konstan tahun 2000 Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah selama sembilan tahun terakhir yaitu periode 2003-2009. Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, BPS Kabupaten Aceh Tengah, BPS Kabupaten Bener Meriah dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Model Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk melihat tingkat ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah digunakan Formula Koefisien Williamson, yaitu (Sjafrizal, 2008 : 108): Vw = ( ) Keterangan : Vw = Koefisien Williamson, nilai berkisar antara 0 dan 1 Y i = Pendapatan perkapita kabupaten i Y = Pendapatan perkapita Provinsi Aceh fi = Jumlah populasi kabupaten i n = Jumlah populasi Provinsi Aceh ISSN 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah 37 Dengan indikator bahwa apabila angka indeks ketimpangan Williamson semakin mendekati nol maka menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil dan bila angka indeks menunjukkan semakin jauh dari nol maka menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar. b. Analisis Shift-share Untuk menghitung pergeseran struktur ekonomi dan sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan berspesialisasi di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah meng-gunakan analisis Shift-Share Estaban-Marquillas (E-M) (Ahmad, 2001:17) yaitu: D ij = Q ij r n + Q ij (r ij r in ) + hq ij (r ij r in ) + (Q ij hq ij ). (r ij r in ).....(3.1) D ij = G ij + M ij + hc ij + A ij (3.2) Keterangan: D ij : Perubahan PDRB di sektor i pada kabupaten j Q ij : PDRB di sektor i kabupaten j pada tahun dasar analisis hq ij : PDRB di sektor i kabupaten j pada tahun akhir analisis : Laju pertumbuhan sektor i di kabupaten j r ij r in : Laju pertumbuhan sektor i di tingkat nasional (Provinsi Aceh) r n : Laju pertumbuhan ekonomi nasional (Provinsi Aceh) G ij : Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasioanal/referensi M ij : Pergeseran proporsional hc ij : Keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif sektor i di wilayah j bila komponen homothetic peubah Q tumbuh dengan LQ=1 A ij : Pengaruh alokasi untuk sektor i di kabupaten j HASIL DAN PEMBAHASAN Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah Untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh digunakan formula Koefisien Williamson, dari hasil peneliti-an yang dilakukan maka diperoleh Koefisien Williamson yang tertera dalam Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Koefisien Williamson Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Periode 2003-2009 di bandingkan dengan Provinsi Aceh Tahun Koefisien Williamson Aceh Tengah Bener Meriah 2003 0.0136 0.0171 2004 0.0028 0.0081 2005 0.0030 0.0063 2006 0.0015 0.0020 2007 0.0088 0.0053 2008 0.0134 0.0011 2009 0.0052 0.0002 Rata-rata 0.0069 0.0057 Sumber: BPS (data diolah, 2011) Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat digambarkan bahwa angka Koefisien Williamson di Kabupaten Aceh Tengah cenderung berfluktuasi sedangkan di Kabupaten Bener Meriah memperlihatkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2003 angka Koefisien Williamson untuk Kabupaten Aceh Tengah adalah sebesar 0.0136, selanjutnya pada tahun 2004 Koefisien Williamson di Aceh Tengah turun menjadi 0.0028, yang dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan per kapita sebesar 10.77 persen. Tahun 2005 Koefisien Williamson di Aceh Tengah naik menjadi 0.0030 seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sebesar 2.39 persen. Berikutnya tahun 2006 Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembali turun menjadi 0.0015 karena meningkatnya pendapatan perkapita sebesar 3.79 persen. Sementara itu pada tahun 2007 dan 2008 Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembali memperlihatkan kecenderungan kenaikan, masing-masing sebesar 0.0088 pada tahun 2007 dan sebesar 0.0134 pada tahun 2008, ISSN: 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
38 Khairul Aswadi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sebesar 4.74 persen pada tahun 2007 dan menurunnya tingkat pendapatan per kapita sebesar minus -2.06 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2009 sebagai tahun terakhir observasi Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembali memperlihatkan kecenderungan menurun sebesar 0.0052 seiring kenaikan pendapatan per kapita sebesar 0.79 persen. Analisis Shift-Share Esteban Marquilas Kabupaten Aceh Tengah Pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan struktur ekonomi Provinsi Aceh dianalisis dengan menggunakan metode shift-share E-M. Hasil analisis shihft-share E-M terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengah selama kurun waktu 2003-2009 disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Hasil Analisis Shift-Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi Kabupaten Aceh Tengah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh KOMPONEN KUADRAN LAPANGAN USAHA Spesialisasi Keunggula Spesialisasi Pengaruh Tahun n Tahun Alokasi 200 Dasar Kompetitif Terminal 2003 9 (Aij) (Qij - hqij) rij - rin (Q*ij - hq*ij) 1. Pertanian + + + + 4 4 2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2 3. Industri Pengolahan - - + - 3 3 4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - - 1 2 5. Bangunan - + - + 1 1 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3 7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - - + - 3 3 9. Jasa-Jasa - - + + 3 4 Sumber: BPS (diolah, 2011) Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dideskripsikan perubahan pengaruh alokasi dari sektor-sektor ekonomi dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah selama tahun 2003 dan 2009. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0, berarti sektor i di daerah j berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif, namun daerah j berspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran 1). Hasil analiis pengaruh alokasi di Kabupaten Aceh Tengah menunjukkan bahwa pada awal periode terlihat dua sektor berada dalam tipe ini yaitu; sektor gas, listrik dan air bersih dan sektor bangunan. Pada akhir periode observasi hanya satu sektor yang mengalami pergeseran posisi yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasi kurang menguntungkan, karena daerah j belum berspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i di daerah j belum berkembang secara lebih meluas, walaupun sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif. Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0 dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah j tidak berspesialisasi pada sektor i tersebut (kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasi bertanda positif menunjukkan daerah j sudah lebih rasionil, karena tidak berspesialisasi pada sektor yang tidak unggul. Bila sektor-sektor serupa ini lebih dominan di daerah j, maka daerah j cenderung kurang berkembang, walaupun Aij>0. Di Kabupaten Aceh Tengah pada awal periode terdapat dua sektor yang berada dalam tipe ini yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor angkutan dan komunikasi, dan hingga akhir periode observasi sektor tersebut masih belum menunjukkan perubahannya yang cukup berarti. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (QijhQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasi kurang menguntungkan, karena daerah j belum berspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i di daerah j belum berkembang secara lebih meluas, walaupun sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). Di Kabupaten Aceh Tengah pada awal periode terdapat empat sektor berada dalam tipe ini yaitu: sektor industri pengolahan, sektor ISSN 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah 39 perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa dan pada akhir periode hanya tiga sektor yang masih tetap bertahan, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan QijhQij>0, artinya sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif serta daerah j berspesialisasi dalam sektor i tersebut (kuadran 4). Di Kabupaten Aceh Tengah pada awal periode terlihat satu sektor yang berada dalam tipe ini, yaitu sektor pertanian. Pada akhir periode observasi sektor-sektor tersebut tetap berada dalam posisi keunggulan kompetitif. Analisis Shift Share Esteban Marquilas Kabupaten Bener Meriah Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Bener Meriah yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh dianalisis dengan menggunakan metode shift-share E-M. Hasil analisis shihft-share E- M terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten Bener Meriah selama kurun waktu 2003-2009 disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Hasil Analisis Shift Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi Kabupaten Bener Meriah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh KOMPONEN KUADRAN Spesialisasi Pengaruh Spesialisasi Keunggulan LAPANGAN USAHA Tahun Alokasi Tahun Dasar Kompetitif Terminal 2003 2009 (Aij) (Qij - hqij) rij - rin (Q*ij - hq*ij) 1. Pertanian - + - + 1 1 2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2 3. Industri Pengolahan - - + - 3 3 4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - + 1 1 5. Bangunan + + + + 4 4 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3 7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - - + - 3 3 9. Jasa-Jasa - - + - 3 3 Sumber: BPS, 2011 (diolah) Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dideskripsikan perubahan pengaruh alokasi dari sektor-sektor ekonomi dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bener Meriah selama tahun 2003 dan 2009. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0, berarti sektor i di daerah j berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif, namun daerah j berspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran 1). Hasil analiis pengaruh alokasi di Kabupaten Bener Meriah menunjukkan bahwa pada awal periode terdapat dua sektor berada dalam tipe ini yaitu; sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih. Sampai dengan akhir periode kedua sektor tersebut masih tetap bertahan berada dalam tipe ini. Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0 dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah j tidak berspesialisasi pada sektor i tersebut (kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasi bertanda positif menunjukkan daerah j sudah lebih rasionil, karena tidak berspesialisasi pada sektor yang tidak unggul. Bila sektor-selaor serupa ini lebih dominan didaerah j, maka daerah j cenderung kurang berkembang, walaupun Aij>0. Di Kabupaten Bener Meriah pada awal periode terlihat dua sektor yang berada dalam tipe ini yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor angkutan dan komunikasi, dan sampai dengan akhir periode observasi sektor tersebut masih belum menunjukkan perubahannya. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (QijhQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasi kurang menguntungkan,karena daerah j belum berspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i di daerah j belum berkembang secara lebih meluas, walaupun sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). Di Kabupaten Bener Meriah pada awal periode terlihat satu sektor berada dalam tipe ini yaitu: sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan ISSN: 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
40 Khairul Aswadi sektor jasa-jasa. Pada akhir periode keempat sektpr tersebut masih tetap bertahan dalam tipe ini. Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan QijhQij>0, artinya sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif serta daerah j berspesialisasi dalam sektor i tersebut. Di Kabupaten Bener Meriah pada awal periode terdapat satu sektor yang berada dalam tipe ini, yaitu sektor bangunan. Pada akhir periode observasi sektor tersebut masih tetap berada dalam posisi keunggulan kompetitif. KESIMPULAN Koefisien Indeks Williamson di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah baik yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh maupun yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di dua Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah itu merata. Hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Provinsi memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat dua sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah hanya sektor bangunan yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkan hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat satu sektor yang berada dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi tidak berspesialisasi yaitu sektor pertanian. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah pada akhir periode observasi terdapat tiga sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. REFERENSI Ahmad, Djakfar. 2001. Pergeseran Posisi Kompetitif dan Spesialisasi dalam Perubahan Struktur Produksi Regional Aceh. Mon Mata, No.43 h.13-26. Arsyad, Lincolin. 2002. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi 2, Yogyakarta: BPFE. Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE BPS. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2000-2008. BPS dan Bappeda Kabupaten Aceh Tengah. BPS. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bener Meriah Tahun 2000-2008. BPS dan Bappeda Kabupaten Bener Meriah. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Baduose Madia. Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis Penyusunan Perencanaan Pemerintah Daerah. Jakarta: Baduose Madia. Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma, III (3):35-36. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Todaro, M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. ISSN 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014