KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk dalam suatu negara

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MADIUN TAHUN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

KEUNGGULAN DAN SPESIALISASI EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN (PENDEKATAN MODEL SHIFT-SHARE ESTEBAN MARQUILLAS)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

SEKTOR PEMBENTUK PDRB

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kapasitas tenaga kerja dan identifikasi pasar pasar serta

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja Studi Kasus di Kota Manado Tahun

Analisis Sektor Unggulan dan Hubungannya dengan Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Provinsi Jambi. Oleh; Irmanelly Ahmad Soleh

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

Media Trend Vol. 10 No.2 Oktober 2015, hal

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

Transkripsi:

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis Vol. 1 No. 1 (2014): 35 40 ISSN 2354-970X KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH Khairul Aswadi Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dan pergeseran kompetitif sektor-sektor ekonomi unggulan. Penelitian ini menggunakan Indeks Williamson dan Analisis Shift- Share Esteban Marquilas. Hasil penelitian selama kurun waktu 2003-2009 menunjukkan bahwa Koefisien Indeks Williamson di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah baik yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh maupun yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan merata di kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Aceh Tengah. Selanjutnya hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Provinsi memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat dua sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah hanya sektor bangunan yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkan hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat satu sektor yang berada dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi tidak berspesialisasi yaitu sektor pertanian. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah pada akhir periode observasi terdapat tiga sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kata Kunci: Ketimpangan pendapatan, index williamson, shift-share esteban marquilas PENDAHULUAN Distribusi pendapatan ini tidak hanya pada tingkat nasional saja, tetapi juga pada tingkat daerah. Keberhasilan pembangunan daerah menjadi landasan yang baik bagi keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini karena pembangunan nasional tidak terlepas dari kinerja pembangunan daerah. Keberhasilan pembangunan daerah mempunyai korelasi yang cukup erat dengan peningkatan hasil pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi suatu daerah adalah program kerja yang harus dilaksanakan berkesinambungan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang lebih baik. Dengan semakin baiknya perekonomian daerah maka akan terwujudnya pemerataan pembangunan yang akan berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Meningkatnya kesejahteraan rakyat merupakan salah satu indikator terjadinya pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Menurut Arsyad (2002:7) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Produk (GDP) dan Gross National Produk (GNP) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau terjadi perubahan struktur ekonomi maupun tidak. Sedangkan menurut Boediono (1992: 1) pertumbuhan ekonoomi merupakan suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi setiap negara (Todaro, 2006:118) yaitu (1) Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang * Korespondensi Pengarang: Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah Jl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda Aceh E-mail: bantakhairul@yahoo.com

36 Khairul Aswadi ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia; (2) Pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja; dan (3) Kemajuan teknologi. Dalam pembangunan ekonomi regional terdapat beberapa teori yang penting, yaitu: teori basis ekspor dan model pertumbuhan interregional. Kedua teori ini terkait langsung dengan ekonomi regional dan asli dikembangkan dalam ekonomi regional (Tarigan, 2005:47). Untuk mengukur perubahan struktur ekonomi dalam kajian ini menggunakan pendekan shiftshare analysis Metode shift-share adalah salah satu teknik analisis dalam Ilmu Ekonomi Regional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Sjafrizal, 2009:179). Metode analisis ini bertitik tolak dari anggapan dasar bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh tiga komponen utama yang saling berhubungan satu sama lainnya, yakni pertumbuhan ekonomi (national growth component), pertumbuhan sektoral (indus-trial mix component), dan pertumbuhan daya saing wilayah (competitive effect component) (Tambunan, 2001:291). Sedangkan untuk menentukan tingkat ketimpangan pendapatan antar wilayah/ regional lazimnya oleh para ahli di bidang ekonomi regional biasanya menggunakan Indeks ketimpangan Williamson dan Indeks Entropi Theil, sedangkan Indeks Gini dan distribusi pendapatan menurut Bank Dunia biasanya digunakan dalam mengukur distribusi pendapatan perorangann dan antar kelompok masyarakat (Sjafrizal, 2008:108). Perubahan tatanan politik sejak terjadinya penandatanganan MoU Helsinki telah memberi ruang bagi pemulihan ekonomi Aceh yang sempat terpuruk akibat perang antara Pemerintah Indonesia dengan Gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka selama hampir 30 tahun. Hal ini diwujudkan melalui lahirnya Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, di mana pemerintah pusat memberikan kewenangan yang semakin luas bagi Provinsi Aceh untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan dan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi keunggulan kompetitif untuk dikembangkan guna mengurangi ketimpangan pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang ekonomi pembangunan dan ekonomi regional dengan pembahasan mengenai ketimpangan pendapatan antara kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Objek yang diteliti dilihat dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Per Kapita dan jumlah penduduk masingmasing kabupaten yang diukur mulai periode 2003-2009. Sumber dan Jenis Data Data yang digunakan di dalam penelitian ini berupa data time series, yaitu data Pendapatan Per Kapita, jumlah penduduk dan PDRB menurut lapangan usaha atas harga konstan tahun 2000 Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah selama sembilan tahun terakhir yaitu periode 2003-2009. Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, BPS Kabupaten Aceh Tengah, BPS Kabupaten Bener Meriah dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Model Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk melihat tingkat ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah digunakan Formula Koefisien Williamson, yaitu (Sjafrizal, 2008 : 108): Vw = ( ) Keterangan : Vw = Koefisien Williamson, nilai berkisar antara 0 dan 1 Y i = Pendapatan perkapita kabupaten i Y = Pendapatan perkapita Provinsi Aceh fi = Jumlah populasi kabupaten i n = Jumlah populasi Provinsi Aceh ISSN 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah 37 Dengan indikator bahwa apabila angka indeks ketimpangan Williamson semakin mendekati nol maka menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil dan bila angka indeks menunjukkan semakin jauh dari nol maka menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar. b. Analisis Shift-share Untuk menghitung pergeseran struktur ekonomi dan sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan berspesialisasi di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah meng-gunakan analisis Shift-Share Estaban-Marquillas (E-M) (Ahmad, 2001:17) yaitu: D ij = Q ij r n + Q ij (r ij r in ) + hq ij (r ij r in ) + (Q ij hq ij ). (r ij r in ).....(3.1) D ij = G ij + M ij + hc ij + A ij (3.2) Keterangan: D ij : Perubahan PDRB di sektor i pada kabupaten j Q ij : PDRB di sektor i kabupaten j pada tahun dasar analisis hq ij : PDRB di sektor i kabupaten j pada tahun akhir analisis : Laju pertumbuhan sektor i di kabupaten j r ij r in : Laju pertumbuhan sektor i di tingkat nasional (Provinsi Aceh) r n : Laju pertumbuhan ekonomi nasional (Provinsi Aceh) G ij : Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasioanal/referensi M ij : Pergeseran proporsional hc ij : Keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif sektor i di wilayah j bila komponen homothetic peubah Q tumbuh dengan LQ=1 A ij : Pengaruh alokasi untuk sektor i di kabupaten j HASIL DAN PEMBAHASAN Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah Untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh digunakan formula Koefisien Williamson, dari hasil peneliti-an yang dilakukan maka diperoleh Koefisien Williamson yang tertera dalam Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Koefisien Williamson Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Periode 2003-2009 di bandingkan dengan Provinsi Aceh Tahun Koefisien Williamson Aceh Tengah Bener Meriah 2003 0.0136 0.0171 2004 0.0028 0.0081 2005 0.0030 0.0063 2006 0.0015 0.0020 2007 0.0088 0.0053 2008 0.0134 0.0011 2009 0.0052 0.0002 Rata-rata 0.0069 0.0057 Sumber: BPS (data diolah, 2011) Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat digambarkan bahwa angka Koefisien Williamson di Kabupaten Aceh Tengah cenderung berfluktuasi sedangkan di Kabupaten Bener Meriah memperlihatkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2003 angka Koefisien Williamson untuk Kabupaten Aceh Tengah adalah sebesar 0.0136, selanjutnya pada tahun 2004 Koefisien Williamson di Aceh Tengah turun menjadi 0.0028, yang dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan per kapita sebesar 10.77 persen. Tahun 2005 Koefisien Williamson di Aceh Tengah naik menjadi 0.0030 seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sebesar 2.39 persen. Berikutnya tahun 2006 Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembali turun menjadi 0.0015 karena meningkatnya pendapatan perkapita sebesar 3.79 persen. Sementara itu pada tahun 2007 dan 2008 Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembali memperlihatkan kecenderungan kenaikan, masing-masing sebesar 0.0088 pada tahun 2007 dan sebesar 0.0134 pada tahun 2008, ISSN: 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

38 Khairul Aswadi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sebesar 4.74 persen pada tahun 2007 dan menurunnya tingkat pendapatan per kapita sebesar minus -2.06 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2009 sebagai tahun terakhir observasi Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembali memperlihatkan kecenderungan menurun sebesar 0.0052 seiring kenaikan pendapatan per kapita sebesar 0.79 persen. Analisis Shift-Share Esteban Marquilas Kabupaten Aceh Tengah Pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan struktur ekonomi Provinsi Aceh dianalisis dengan menggunakan metode shift-share E-M. Hasil analisis shihft-share E-M terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengah selama kurun waktu 2003-2009 disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Hasil Analisis Shift-Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi Kabupaten Aceh Tengah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh KOMPONEN KUADRAN LAPANGAN USAHA Spesialisasi Keunggula Spesialisasi Pengaruh Tahun n Tahun Alokasi 200 Dasar Kompetitif Terminal 2003 9 (Aij) (Qij - hqij) rij - rin (Q*ij - hq*ij) 1. Pertanian + + + + 4 4 2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2 3. Industri Pengolahan - - + - 3 3 4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - - 1 2 5. Bangunan - + - + 1 1 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3 7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - - + - 3 3 9. Jasa-Jasa - - + + 3 4 Sumber: BPS (diolah, 2011) Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dideskripsikan perubahan pengaruh alokasi dari sektor-sektor ekonomi dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah selama tahun 2003 dan 2009. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0, berarti sektor i di daerah j berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif, namun daerah j berspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran 1). Hasil analiis pengaruh alokasi di Kabupaten Aceh Tengah menunjukkan bahwa pada awal periode terlihat dua sektor berada dalam tipe ini yaitu; sektor gas, listrik dan air bersih dan sektor bangunan. Pada akhir periode observasi hanya satu sektor yang mengalami pergeseran posisi yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasi kurang menguntungkan, karena daerah j belum berspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i di daerah j belum berkembang secara lebih meluas, walaupun sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif. Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0 dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah j tidak berspesialisasi pada sektor i tersebut (kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasi bertanda positif menunjukkan daerah j sudah lebih rasionil, karena tidak berspesialisasi pada sektor yang tidak unggul. Bila sektor-sektor serupa ini lebih dominan di daerah j, maka daerah j cenderung kurang berkembang, walaupun Aij>0. Di Kabupaten Aceh Tengah pada awal periode terdapat dua sektor yang berada dalam tipe ini yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor angkutan dan komunikasi, dan hingga akhir periode observasi sektor tersebut masih belum menunjukkan perubahannya yang cukup berarti. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (QijhQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasi kurang menguntungkan, karena daerah j belum berspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i di daerah j belum berkembang secara lebih meluas, walaupun sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). Di Kabupaten Aceh Tengah pada awal periode terdapat empat sektor berada dalam tipe ini yaitu: sektor industri pengolahan, sektor ISSN 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah 39 perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa dan pada akhir periode hanya tiga sektor yang masih tetap bertahan, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan QijhQij>0, artinya sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif serta daerah j berspesialisasi dalam sektor i tersebut (kuadran 4). Di Kabupaten Aceh Tengah pada awal periode terlihat satu sektor yang berada dalam tipe ini, yaitu sektor pertanian. Pada akhir periode observasi sektor-sektor tersebut tetap berada dalam posisi keunggulan kompetitif. Analisis Shift Share Esteban Marquilas Kabupaten Bener Meriah Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Bener Meriah yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh dianalisis dengan menggunakan metode shift-share E-M. Hasil analisis shihft-share E- M terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten Bener Meriah selama kurun waktu 2003-2009 disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Hasil Analisis Shift Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi Kabupaten Bener Meriah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh KOMPONEN KUADRAN Spesialisasi Pengaruh Spesialisasi Keunggulan LAPANGAN USAHA Tahun Alokasi Tahun Dasar Kompetitif Terminal 2003 2009 (Aij) (Qij - hqij) rij - rin (Q*ij - hq*ij) 1. Pertanian - + - + 1 1 2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2 3. Industri Pengolahan - - + - 3 3 4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - + 1 1 5. Bangunan + + + + 4 4 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3 7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - - + - 3 3 9. Jasa-Jasa - - + - 3 3 Sumber: BPS, 2011 (diolah) Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dideskripsikan perubahan pengaruh alokasi dari sektor-sektor ekonomi dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bener Meriah selama tahun 2003 dan 2009. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0, berarti sektor i di daerah j berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif, namun daerah j berspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran 1). Hasil analiis pengaruh alokasi di Kabupaten Bener Meriah menunjukkan bahwa pada awal periode terdapat dua sektor berada dalam tipe ini yaitu; sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih. Sampai dengan akhir periode kedua sektor tersebut masih tetap bertahan berada dalam tipe ini. Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0 dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalam posisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah j tidak berspesialisasi pada sektor i tersebut (kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasi bertanda positif menunjukkan daerah j sudah lebih rasionil, karena tidak berspesialisasi pada sektor yang tidak unggul. Bila sektor-selaor serupa ini lebih dominan didaerah j, maka daerah j cenderung kurang berkembang, walaupun Aij>0. Di Kabupaten Bener Meriah pada awal periode terlihat dua sektor yang berada dalam tipe ini yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor angkutan dan komunikasi, dan sampai dengan akhir periode observasi sektor tersebut masih belum menunjukkan perubahannya. Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (QijhQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasi kurang menguntungkan,karena daerah j belum berspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i di daerah j belum berkembang secara lebih meluas, walaupun sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). Di Kabupaten Bener Meriah pada awal periode terlihat satu sektor berada dalam tipe ini yaitu: sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan ISSN: 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

40 Khairul Aswadi sektor jasa-jasa. Pada akhir periode keempat sektpr tersebut masih tetap bertahan dalam tipe ini. Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan QijhQij>0, artinya sektor i berada dalam posisi keunggulan kompetitif serta daerah j berspesialisasi dalam sektor i tersebut. Di Kabupaten Bener Meriah pada awal periode terdapat satu sektor yang berada dalam tipe ini, yaitu sektor bangunan. Pada akhir periode observasi sektor tersebut masih tetap berada dalam posisi keunggulan kompetitif. KESIMPULAN Koefisien Indeks Williamson di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah baik yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh maupun yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di dua Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah itu merata. Hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Provinsi memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat dua sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah hanya sektor bangunan yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkan hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan Kabupaten Induk memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat satu sektor yang berada dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi tidak berspesialisasi yaitu sektor pertanian. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah pada akhir periode observasi terdapat tiga sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. REFERENSI Ahmad, Djakfar. 2001. Pergeseran Posisi Kompetitif dan Spesialisasi dalam Perubahan Struktur Produksi Regional Aceh. Mon Mata, No.43 h.13-26. Arsyad, Lincolin. 2002. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi 2, Yogyakarta: BPFE. Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE BPS. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2000-2008. BPS dan Bappeda Kabupaten Aceh Tengah. BPS. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bener Meriah Tahun 2000-2008. BPS dan Bappeda Kabupaten Bener Meriah. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Baduose Madia. Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis Penyusunan Perencanaan Pemerintah Daerah. Jakarta: Baduose Madia. Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma, III (3):35-36. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Todaro, M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. ISSN 2354-970X JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014