PENGARUH TEMPERATUR AGING TERHADAP PADUAN ALUMUNIUM SERI 6069 TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPACT. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM PADUAN

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB III METODE PENELITIAN

PERBAIKAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM A356.0 DENGAN CARA MENAMBAHKAN Cu DAN PERLAKUAN PANAS T5

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 2012 ISSN :

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

PENGARUH PENAMBAHAN Mg DAN PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KOMPOSIT MATRIKS ALUMINIUM REMELTING PISTON BERPENGUAT SiO 2

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

ANALISIS KEGAGALAN PISTON SEPEDA MOTOR BENSIN 110 cc

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

PENGARUH VISKOSITAS OLI SEBAGAI CAIRAN PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA PROSES QUENCHING BAJA ST 60

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Pembahasan Materi #11

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP PERUBAHAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA VELG MERK STOMP YANG MEMENUHI STANDART ASTM

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK PISTON SEPEDA MOTOR HONDA VARIO DENGAN PROSES VARIASI AGING HEAT TREATMENT

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

Karakterisasi Sifat Mekanik Paduan Aluminium AA. 319-T 6 Akibat Pengaruh Waktu Tahan Pada Proses Precipitation Hardening

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

Pengaruh Solution treatment Singkat pada Paduan Al-Si-Mg : Sebuah Studi Awal

PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Disusun Oleh : WIDI SURYANA

PENGARUH PERLAKUAN PANAS T6 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL PROPELLER SHAFT BERBAHAN DASAR ALUMINIUM SERI 6063 HASIL PENGECORAN HPDC

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Masalah Pompa 107-J. Produksi Tinggi. Why??

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEKUATAN PENGELASAN PADA BAJA KARBON AKIBAT QUENCHING

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PANAS (TIME HOLDING) PADA PROSES TEMPERING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN BAJA KARBON MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKERASAN PADUAN Al-Si YANG DI- QUENCHING DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN DAN WAKTU PENCELUPAN

TUGAS SARJANA. PROSES AGE HARDENING TERHADAP PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN Al-Cu

Karakteristik Deformasi Akibat Beban Impak dari Mikrostruktur Transisi Hasil Natural Aging Paduan Al-2024

PENGARUH TEMPERATUR PENUAAN (AGEING) TERHADAP PENGERASAN PRESIPITASI PADUAN AlMgSi

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR ARI MUSTHOFA L2E FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIS PULLEY HASIL CORAN DENGAN BAHAN TAMBAH PISTON BEKAS

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Transkripsi:

PENGARUH TEMPERATUR AGING TERHADAP PADUAN ALUMUNIUM SERI 6069 TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPACT Oleh Wisnaningsih dan M. Yunus Dosen Tetap pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universits Sang Bumi Ruwa Jurai (Lampung Indonesia) Abstrak Alumunium adalah logam yang memiliki kekuatan relatif rendah dan lunak. Alumunium juga dikenal memiliki ketahanan korosi yang cukup tinggi terhadap udara, air, oli, beberapa larutan kimia dan sebagai konduktor listik yang cukup baik. Pada umumnya Alumunium dicampur dengan unsur logam lain sehingga membentuk Alumunium paduan diantaranya adalah tembaga, silicon, magnesium. Dengaan penambahan unsure tersebut, Alumunium dapat memilki kekuatan 83-310 Mpa, dan melalui proses perlakuan panas peningkatan kekuatan pada alumunium paduan dapat mencapai lebih dari 700 Mpa. Proses perlakuan panas tersebut dikenal dengan proses pengerasan presipitasi,dimana salah satu langkahnya adalah proses Aging. Proses pengerasan presipitasi ini menyangkut lakupelarutan, diawali dengan proses pemanasan awal dilanjutkan dengan pencelupan atau pendinginan secara cepat, sering disebut quenching sehingga terjadi larutan padat lewat jenuh. Setalah pencelupan, paduan dipanaskan kembali (aging) sampai temperatur tertentu dimana presipitasi mulai terbentuk setelah selang waktu tertentu. Atom lewat jenuh cenderung berhimpun dalam bidang-bidang kristal tertentu. Pengerasan dislokasi melalui batas yang terdistorsi. Ini sangat sulit, akibatnya logam bertambah keras dan tahan terhadap tegangan deformasi. Dari hasil pengujian terhadap alumunium paduan seri 6069 dengan parameter temperatur, peningkatan kekerasan maksimum terdapat pada temperatur 185 C dengan kekerasan 58 HRE. Untuk peningkatan minimum terdapat pada temperatur 165 C dengan kekerasan 47,6 HRE, dimana kekerasan alumunium dasar sebesar 28 HRE. Sedangkan untuk kekuatan impact, peningkatan maksimum terdapat pada temperatur 175 C dengan kekuatan impact sebesar 97 joule dan peningkatan minimum terdapat pada temperatur 185 C dengan kekuatan impact sebesar 78,67 joule. Dimana kekuatan impact alumunium dasar 66 joule. Kata kunci: pengaruh temperatur aging, kekerasan, kekuatan, impak alumunium EFFECT OF AGING TEMPERATURE ON ALUMINUM ALLOY 6069 SERIES ON VALUE OF VIOLENCE STRENGTH AND IMPACT By Wisnaningsih and M. Yunus Permanent Lecturers of Mechanical Engineering Study Program Engineering Faculty of Sang Bumi Ruwa Jurai University (Lampung - Indonesia) Abstact Aluminum is a metal that has a relatively low strength and soft. Aluminum is also known to have a sufficiently high corrosion resistance to air, water, oil, some chemical solution and as a fairly good electric conductors. In general, aluminum mixed with other metals to form aluminum alloys include copper, silicon, magnesium. Digitally addition of these elements, 61

aluminum can have the strength of 83-310 Mpa, and through a process of heat treatment on the aluminum alloy increased strength can reach more than 700 Mpa. The heat treatment process known as precipitation hardening process, in which one of the steps is the process of Aging. The precipitation hardening process involves behaviordissolution, beginning with the initial heating process followed by immersion or rapid cooling, often called quenching resulting in a supersaturated solid solution. After dyeing, the alloy is heated again (aging) up to a certain temperature where precipitation begins to form after a certain time interval. Atom superheated tends to gather in certain areas of the crystal. Hardening dislocations through the boundary distorted. It's very difficult, resulting in increased metal hard and resistant to deformation voltage. From the test results of 6069 series aluminum alloys with temperature parameters, increase the maximum hardness are at a temperature of 185 C with 58HRE violence. For there is a minimum increase in temperature of 165 C with 47,6HRE violence, where violence by 28 HRE aluminum base. As for the impact strength, the maximum increase in temperatures are 175 C with an impact strength of 97 joules and there is a minimum increase in temperature of 185 C the impact strength of 78.67 joules. Where the impact strength of the aluminum base 66 joules. Keywords: effect of temperature aging, violence, strength, impact aluminum. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan penelitian sebelumnya pada Alumunium, didapatkan temperatur untuk pemanasan awal sebesar 550 C dan penahanan selama 30 menit, quenching dengan menggunakan air, dan aging pada temperatur 175 C selama 10 jam (Murayama, 2002). Logam Alumunium memiliki titik cair sekitar 660 C sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses pengerasan presipitasi melalui temperatur Aging dan dalam proses ini akan diketahui berapa besar paduan Alumunium seri 6069 mendapatkan nilai kekerasan dan kekuatan impak yang semakin baik jika dibandingkan dengan base material (bahan dasar). Peningkatan kekuatan pada paduan Alumunium dapat dilakukan melalui proses pengerjaan dingin dan melalui perlakuan panas yang dikenal dengan proses pengerasan presipitasi, dimana salah satu langkahnya adalah proses Aging. Karena belum adanya temperatur yang optimum untuk peningkatan kekuatan sifat mekanik pada paduan Alumunium seri 6069, maka pada penelitian ini akan diujikan tiga parameter temperatur aging yaitu 165 0 C, 175 0 C, 185 0 C dengan waktu penahanan aging 2 jam. 62

II LANDASAN TEORI 2.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan Penelitian ; 1. Logam Alumunium paduan Seri 6069. Alat Penelitian ; 1. Mesin METACUT (Potong). Mesin ini digunakan untuk memotong bahan 2. Mesin Sekrap. Mesin ini digunakan untuk pembentukan spesimen. 3. Tungku (furnace). Alat yang digunakan untuk proses perlakuan panas. 4. Hardness test. Alat pengujian kekerasan untuk mengetahui kekerasan permukaan Alumunium. 5. Impact Test. Alat pengujian untuk mengetahui kekuatan beban kejut pada Alumunium. 2.2 Diagram Alur Penelitian Mulai Bahan Almunium Seri 6069 Persiapan Spesimen Pengujian Awal Komposisi Kimia Kekerasan Rockwell Uji Impact Struktur Mikro Data Hasil Pengujian Awal Variasi Penelitian Proses Aging Temperatur : 165 0 C ; 175 0 C ; 185 0 C Waktu : 2 jam Kekerasan Rockwell Uji Impact Struktur Mikro Analisa Data Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 1. Diagram Alir 63

III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengujian Komposisi Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung didalam bahan sebelum dilakukan pengujian-pengujian yang lain. Nilai komposisi yang terdapat dalam bahan dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel:1 Komposisi Kimia Alumunium Seri 6069 No Kandungan Kimia (%) 1 Si 1.0286 2 Mg 1.6366 3 Cr 0.6296 4 Mn 0.0514 5 V 0.2093 6 Cu 0.1235 7 Ti 0.0086 8 Al 96.1333 9 Sr 0.0127 10 Zn 0.1638 11 Fe 0.0026 Sumber : Data Primer Tabel 2. Hasil Pengujian Kekerasan Base Metal 3.2 Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan mengambil lima titik pada masing-masing spesimen. Nilai tersebut dirata-ratakan dan didapat nilai kekerasan rata-rata dari setiap spesimen. 1. Nilai Kekerasan Pada Spesimen Bahan Dasar Pada bahan dasar hasil nilai kekerasan setiap titik dan nilai rata-ratanya dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini: Nilai Kekerasan Tiap Titik (HRE) Nilai No Bahan Ratarata Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 1. Base Metal 26 28 28 29 29 28 Dari tabel diatas menunjukkan nilai kekerasan pada titik 1 sebesar 26 HRE, pada titk 2 sebesar 28 HRE, pada titk 3 sebesar 28 HRE, pada titk 4 sebesar 29 HRE, dan pada titik 5 sebesar 29 HRE. Nilai tersebut dapat dibuat dalam grafik yang menggambarkan tingkat kekerasan bahan dasar dalam tiap titik. 64

Gambar 2. Grafik Nilai Kekerasan Bahan Dasar 2. Kekerasan Pada Spesimen Temperatur 165 0 Pada spesimen temperatur 165 0 hasil nilai kekerasan setiap titik dan nilai rata-ratanya dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Hasil Pengujian Kekerasan Temperatur 165 0 C Nilai Kekerasan Tiap Titik (HRE) Nilai No Bahan Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Rata-rata 1 Temperatur 165 0 C 47 46 48 49 48 47.6 Dari tabel diatas menunjukkan nilai kekerasan temperatur 165 0 pada titik 1 sebesar 47 HRE, pada titk 2 sebesar 46 HRE, pada titk 3 sebesar 48 HRE, pada titk 4 sebesar 49 HRE, dan pada titik 5 sebesar 48 HRE. Nilai tersebut dapat dibuat dalam grafik yang menggambarkan tingkat kekerasan bahan dasar dalam tiap titik. Gambar 3. Grafik Nilai Kekerasan Temperatur 165 0 C 3. Nilai Kekerasan Pada Spesimen dan nilai rata-ratanya dapat dilihat Temperatur 175 0 C pada tabel 4 dibawah ini : Pada spesimen temperatur 175 0 C hasil nilai kekerasan setiap titik 65

Tabel 4. Hasil Pengujian Kekerasan Temperatur 175 0 C Nilai Kekerasan Tiap Titik (HRE) Nilai No Bahan Ratarata Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 1 Temperatur 175 0 C 54 57 58 55 57 56.2 Dari tabel diatas menunjukkan nilai kekerasan spesimen temperatur 175 0 C pada titik 1 sebesar 54 HRE, pada titk 2 sebesar 57 HRE, pada titk 3 sebesar 58 HRE, pada titk 4 sebesar 55 HRE, dan pada titik 5 sebesar 57 HRE. Nilai tersebut dapat dibuat dalam grafik yang menggambarkan tingkat kekerasan bahan dasar dalam tiap titik. Gambar 4. Grafik Nilai Kekerasan Temperatur 175 0 C 4. Nilai Kekerasan Pada Spesimen Temperatur 185 0 C Pada spesimen temperatur 185 0 C hasil nilai kekerasan setiap titik dan nilai rata-ratanya dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini : Tabel 5. Hasil Pengujian Kekerasan Temperatur 185 0 C Nilai Kekerasan Tiap Titik (HRE) Nilai No Bahan Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Rata-rata 1 Temperatur 185 0 C 58 57 58 59 58 58 Dari tabel diatas menunjukkan nilai kekerasan spesimen temperatur 185 0 C pada titik 1 sebesar 58 HRE, pada titk 2 sebesar 57 HRE, pada titk 3 sebesar 58 HRE, pada titk 4 sebesar 59 HRE, dan pada titik 5 sebesar 58/ HRE. Nilai tersebut 66

dapat dibuat dalam grafik yang menggambarkan tingkat kekerasan bahan dasar dalam tiap titik. Gambar 5. Grafik Nilai Kekerasan Temperatur 185 0 C Berdasarkan nilai kekerasan setiap titik menggambarkan perubahan nilai pada tiap spesimen diatas didapat nilai rata-rata dan dibuatkan grafik guna kekerasan paduan alumunium seri 6069 setelah mengalami Proses Aging. Gambar 6. Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan Material Uji Berikut ini table nilai kekerasan dari seluruh pengujian kekerasan yang disatukan untuk perbandingan niali kekerasan akibat pengaruh temperatur Anging. Tabel 6. Hasil Pengujian Kekerasan Dengan Temperatur No Bahan Nilai Kekerasan Tiap Titik (HRE) Nilai Ratarata Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 1 Base Metal 26 28 28 29 29 28 2 Temperatur165 0 C 47 46 48 49 48 47.6 3 Temperatur175 0 C 54 57 58 55 57 56.2 4 Temperatur 185 0 C 58 57 58 59 58 58 67

Nilai Kekerasan Berdasarkan tabel diatas, terdapat nilai rata-rata dan dibuatkan grafik guna menggambarkan perubahan nilai kekerasan paduan alumunium seri 6069 setelah mengalami proses aging. 70 60 50 40 30 20 10 0 BM 1650 C 1750 C 1850 C Temperatur Aging Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan pengaruh Temp Aging 3.3 Analisa Pengujian kekerasan ini dilakukan pada spesimen dasar dan spesimen dengan 3 parameter temperatur Aging yaitu 165 0 C, 175 0 C dan 185 0 C. Berdasarkan grafik nilai rata-rata diatas dapat dilihat bahwa hasil nilai kekerasan dari spesimen yang mengalami proses aging lebih meningkat dibandingkan dengan nilai kekerasn bahan dasar (base metal), Sedangkan diantara temperatur aging nilai kekerasan yang tertinggi adalah temperatur 185 0 C. Hasil nilai rata-rata kekerasan untuk temperatur aging 165 0 C sebesar 47,6 HRE, ini nilai terendah diantara temperatur aging 175 0 C dengan nilai kekerasan rata-rata sebesar 56,2 HRE dan dan temperatur aging 185 0 C dengan nilai kekerasan rata-rata sebesar 58 HRE. Rendahnya nialai kekerasan pada temperatur 165 0 C dipengaruhi pertumbuhan presipitat yang hanya sedikit pada temperatur tersebut sehingga pertumbuhan presipitat tidak seragam pada permukaan. Sedangkan pada temperatur 185 0 C menghasilkan presipitat lebih banyak sehingga presipitat lebih seragam mengendap pada permukaan. 3.4 Hasil Pengujian Impact Pengujian impact dilakukan pada bahan dasar dan bahan telah mengalami proses aging, kemudian dibentuk seperti pada subbab dimana tiap perlakuan diambil 3 spesimen pengujian untuk mendapatkan nilai 68

kekuatan impact yang lebih baik melalui nilai rata-rata dari ketiga spesimen pengujian tersebut. 3.5 Kekuatan Impact Pada Bahan Dasar Kekuatan impact bahan dasar tiap spesimen dan nilai rata-ratanya ditunjukkan pada tabel 7 yang dapat dilihat dibawah ini : Tabel 7. Hasil Kekuatan Impact Bahan Dasar Nilai Kekuatan Impact (Joule) Nilai No Bahan Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Rata-rata 1 Base Metal 66 67 65 66.00 Berdasarkan tabel diatas bahan dasar spesimen 1 memiliki energi impak sebesar 60 Joule untuk spesimen 2 kekuatan impact sebesar 67 Joule dan spesimen 3 kekuatan impactnya sebesar 65 Joule. Hasil kekuatan impact yang didapat pada ketiga spesimen dasar tersbut dapat digambarkan dalam grafik dibwah ini : Gambar 8. Grafik Kekuatan Impact Bahan Dasar 3.6 Kekuatan Impact Pada Temperatur 165 0 C Kekuatan impact Temperatur 165 0 C dan nilai rata-ratanya dari 3 spesimen yang diujikan dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini : Tabel 8. Hasil Kekuatan Impact Temperatur 165 0 C No 1 Bahan Temperatur 165 0 C Nilai Kekuatan Impact (Joule) Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Nilai Rata-rata 95 95 96 95.33 69

Berdasarkan tabel diatas Temperatur 165 0 C spesimen 1 memiliki kekuatan impact sebesar 95 Joule untuk spesimen 2 kekuatan impact sebesar 65 Joule dan spesimen 3 kekuatan impactnya sebesar 96 Joule. Hasil kekuatan impact yang didapat pada ketiga spesimen Temperatur 165 0 C tersbut dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini: Gambar 9. Grafik Kekuatan Impact Temperatur 165 0 C 3.7 Kekuatan Impact Pada Temperatur 175 0 C Kekuatan impact Temperatur 175 0 C dan nilai rata-ratanya dari 3 spesimen yang diujikan dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini: Tabel 9. Hasil Kekuatan Impact Temperatur 175 0 C No 1 Bahan Temperatur 175 0 C Nilai Kekuatan Impact (Joule) Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Nilai Rata-rata 97 98 96 97 Berdasarkan tabel diatas Temperatur 175 0 C spesimen 1 memiliki kekuatan impact sebesar 97 Joule untuk spesimen 2 kekuatan impact sebesar 98 Joule dan spesimen 3 kekuatan impactnya sebesar 96 Joule. Hasil kekuatan impact yang didapat pada ketiga spesimen Temperatur 175 0 C tersbut dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini : 70

Gambar 10. Grafik Kekuatan Impact Temperatur 175 0 C 3.8. Kekuatan Impact Pada Temperatur 185 0 C Kekuatan impact Temperatur 185 0 C dan nilai rata-ratanya dari 3 spesimen yang diujikan dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini : Tabel 10. Hasil Kekuatan Impact Temperatur 185 0 C No 1 Bahan Temperatur 185 o C Nilai Kekuatan Impact (Joule) Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Nilai Rata-rata 79 77 80 78.67 Berdasarkan tabel diatas Temperatur 185 0 C spesimen 1 memiliki kekuatan impact sebesar 79 Joule untuk spesimen 2 kekuatan impact sebesar 77 Joule dan spesimen 3 kekuatan impactnya sebesar 80 Joule. Hasil kekuatan impact yang didapat pada ketiga spesimen Temperatur 185 0 C tersebut dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini: Gambar 11. Grafik Kekuatan Impact Temperatur 185 0 C 71

Nilai Kekuatan Impact Berdasarkan hasil kekuatan impact setiap bahan dan nilai ratarata yang dapat, dibuat table keseluruhan dan grafik guna menggambarkan perubahan kekuatan impact dari pengaruh proses aging pada paduan alumunium seri 6069, yang dapat dilihat dibawah ini: Tabel 11. Hasil Pengujian Kekuatan Impact No Bahan Nilai Kekuatan Impact (Joule) Nilai Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Rata-rata 1 Base Metal 66 67 65 66.00 2 Temperatur 165 0 C 95 95 96 95.33 3 Temperatur 175 0 C 97 98 96 97 4 Temperatur 185 0 C 79 77 80 78.67 Jumlah Pengujian Impact Gambar 12. Grafik Perbandingan Nilai Kekuatan Impact Material Uji 165 O C 175 O C 185 O C Gambar 13. Grafik Perbandingan Nilai Kekuatan Impact Pengaruh temp Aging 72

3.9 Analisa Kekuatan Impact Dari grafik bias dilihat bahwa energi impak mengalami peningkatan akibat pengaruh proses aging dimana kekuatan impact base metal sebesar 65 Joule sedang untuk spesimen yang mengalami proses aging lebih besar diatas kekuatan impact base metal, temperatur 165 0 C memiliki kekuatan impact sebesar 95.33 Joule, untuk temperature 175 0 C kekuatan impact spesar 97 Joule dan temperatur 185 sebesar 78.67 Joule. 0 C Pada parameter temperatur aging kekuatan impact yang terbesar terdapat pada temperatur 175 0 C sedangkan kekuatan impact yang terendah terdapat pada temperatur 185 0 C. Hal ini dikarenakan peningkatan sifat getas pada material akibat pengaruh temperatur 185 0 C sehingga kekuatan impact menurun dibandingkan dengan material yang mengalami pengaruh temperature 165 0 C dan temperature 175 0 C. 3.10 Hasil Pengujian Struktur Mikro Pengambilan gambar struktur mikro ini dilakukan dengan pembesaran160x, bertujuan untuk melihat terbentuknya presipitat pada setiap parameter yang diuji, sehingga nantinya dapat dilihat parameter mana yang mencapai nilai optimum. pada kondisi awal presipitat yang terdapat sangatlah sedikit akan tetapi sejalan dengan peningkatan temperatur presipitat akan semakin banyak terbebtuk. Peningkatan presipitat tidak secara terus menerus akan tetapi ketika temperatur optimal didapat maka jumlah distribusi presipitat akan menurun. Inilah yang mendasari bahwa proses presipitat tidak selalu mencapai nilai optimum ketika temperatur terbesar. Hasil dari pengujian ini belum memperlihatkan presipitat yang akan diamati. Hal inidisebabkan keterbatasan alat untuk menujukkan presipitat yang terjadi Struktur mikro yang didapat hanya memperlihatkan bentuk dan batasan struktur mikro pada paduan alumunium. IV KESIMPULAN Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada alumunium paduan 73

seri 6069, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses aging dapat meningkatkan nilai kekerasan pada alumunium paduan seri 6069, dimana peningkatan maksimum terdapat pada material yang mengalami proses aging dengan temperatur 185 0 C. 2. Proses aging juga meningkatkan nilai kekuatan impact pada alumunium paduan seri 6069, dimana peningkatan maksimum kekuatan impact terdapat pada material yang mengalami proses aging dengan temperatur 175 0 C 3. Temperature 175 0 C merupakan temperatur optimum untuk meningkatan nilai kekuatan impact, bila melebihi temperature tersebut akan mengalami penurunan kekuatan impact, seperti yang terdapat pada temperature 185 0 C. DAFTAR PUSTAKA Annual Book. JIS (Japan International Standar).ASM HANDBOOK, Propertias and selection: Nonferrous Alloys and Special Purpose Material. Volume 2. Gere dan Timoshenko, 1984, Mekanika Bahan. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta Malahayati Universitas,1998. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,Universitas Malahayati, Bandar Lampung Mat Web. 2005. Material Properti data. http://www.matweb.com Muryana, M dan Hono, K. 2002. The Effect Of Aging On The Clustering And Precipitation Process In Al- Mg-Si Alloys. Japan. Timings, R.L. 1998. Enggeniring Material Technology. Edisi Kedua. Longman. England Van Vlack, Lawrence H. 1992. Ilmu dan Teknologi Bahan. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta W, Borth.G.L.J. Van Vliet. 1984. Bahan-bahan I. Erlangga. Jakarta 74