REALISASI SEMENTARA APBNP

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

DATA POKOK APBN

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63)

PENERIMAAN NEGARA. Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari LOGO

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN (BRUTO)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

Desentralisasi dan Hubungan Pusat - Daerah

I. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN

2009, No berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; c. bahwa s

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUKU I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG

2017, No melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu membentuk Undang-Undang tent

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017; c. bahwa untuk mengamankan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Neg

ANALISIS APBN BAB I PENDAHULUAN

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG UNDANG APBN TAHUN ANGGARAN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2 persen)dari sasaran APBN-P sebesar Rp992,4 triliun, atau naik Rp165,2 triliun (19,5 persen) dari realisasi tahun 2009 sebesar Rp848,8 triliun. Dari jumlah tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp744,1 triliun (100,1 persendari sasaran APBN-P sebesar Rp743,3 triliun), atau naik sebesar Rp124,1 triliun (20 persen) dari realisasi 2009 sebesar Rp619,9 triliun. A. PENERIMAAN PERPAJAKAN 2009 A. Pendapatan Negara dan Hibah 992,398.8 1,013,992.2 102.2% 119.5% I. Penerimaan Dalam Negeri 990,502.3 1,011,575.8 102.1% 119.4% 1. Penerimaan Perpajakan 743,325.8 744,061.9 100.1% 120.0% % terhadap PDB 11.9 11.7 - - a. Pajak Dalam Negeri 720,764.4 715,207.9 99.2% 119.0% i. Pajak penghasilan 362,219.0 356,599.7 98.4% 112.3% 1. Migas 306,836.6 297,726.7 97.0% 111.3% 2. Non-Migas 55,382.4 58,873.0 106.3% 117.6% ii. Pajak pertambahan nilai 262,963.0 251,886.2 95.8% 130.5% iii. Pajak bumi dan bangunan 25,319.1 28,575.9 112.9% 117.7% iv. BPHTB 7,155.5 8,012.5 112.0% 123.9% v. Cukai 59,265.9 66,165.3 111.6% 116.7% vi. Pajak lainnya 3,841.9 3,968.3 103.3% 127.4% b. Pajak Perdg Internasional 22,561.4 28,854.0 127.9% 154.5% i. Bea masuk 17,106.8 19,956.2 116.7% 110.2% ii. Bea keluar 5,454.6 8,897.8 163.1% 1575.0% Hampir seluruh jenis penerimaan perpajakan, realisasinya melampaui target, kecuali penerimaan PPN dan PPn-BM, serta PPh Non-Migas sedikit dibawah sasaran APBN-P. penerimaan PPN dan PPn-BMmencapai Rp251,9 triliun, atau 95,8 % dari sasaran APBN-P sebesar Rp263,0 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2009 sebesar Rp193,1 triliun, kinerja penerimaan PPN dan PPn-BM dalam tahun tersebut berarti lebih tinggi sebesar Rp58,8 triliun (30,5 persen). Sementara itu, realisasi penerimaan PPh Non-Migas mencapai Rp297,7 triliun, atau 97,0 persen dari target APBN-P sebesar Rp306,8 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2009 sebesar Rp267,6 triliun, kinerja penerimaan PPh Non-Migas dalam tahun tersebut berarti lebih tinggi sebesar Rp30,2 triliun (11,3 persen). Tidak tercapainya target kedua 1 www.perbendaharaan go.id tanggal akses 22 februari 2011 1

jenis penerimaan pajak tersebut dalam tahun, antara lain berkaitan dengan besarnya pengembalian penerimaan perpajakan (restitusi) yang masing-masing mencapai Rp26,6 triliun (untuk PPN) dan Rp13,4 triliun (untuk PPh Non-Migas). Hal ini sebagai dampak dari peraturan perundang-undangan perpajakan yang memperbolehkan wajib pajak untuk dapat menunda kewajiban pembayaran pajaknya pada saat mengajukan keberatan dan banding. Sementara itu, realisasi penerimaan cukai mencapai Rp66,2 triliun (111,6% dari target), pajak perdagangan internasional Rp28,9 triliun (127,9% dari target), PBB Rp28,6 triliun (112,9 % dari target), BPHTB Rp8,0 triliun (112,0 % dari target) dan Pajak lainnya Rp4,0 triliun (103,3 % dari target).pelampuan realisasi penerimaan cukai tersebut berkaitan dengan penyesuaian tarif cukai tembakau, terlampauinya sasaran penerimaan pajak perdagangan internasional berkaitan dengan meningkatnya volume impor sejalan dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,dan naiknya harga rata-rata CPO di pasar internasional menjadi sekitar USD950. B. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 2009 2. Penerimaan Bukan Pajak 247,176.5 267,513.9 108.2% 117.8% a. Penerimaan SDA 164,726.8 170,063.4 103.2% 122.4% i. Migas 151,719.9 152,733.2 100.7% 121.5% - Minyak bumi 112,515.1 111,814.9 99.4% 124.2% - Gas alam 39,204.8 40,918.3 104.4% 114.6% ii. Non Migas 13,006.9 17,330.2 133.2% 131.2% b. Bagian Laba BUMN 29,500.0 30,064.6 101.9% 115.4% d. PNBP Lainnya 43,462.8 59,039.8 135.8% 109.7% e. Pendapatan BLU 9,486.9 8,346.1 88.0% 99.7% Di sisi lain, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp267,5 triliun(108,2 persendari sasaran APBN-P sebesar Rp247,2 triliun), atau naik Rp40,3 triliun (17,8 persen) dari realisasi PNBP tahun 2009 sebesar Rp227,2 triliun. Pencapaian realisasi penerimaan PNBP yang cukup signifikan tersebut, terutama berkaitan dengan terlampauinya sasaran hampir semua jenis PNBP, baik yang berasal dari sumber daya alam Migas dan Non-Migas (103,2 persen), penerimaan laba BUMN (101,9 persen), maupun PNBP lainnya (135,8 persen), kecuali pendapatan BLU yang realisasinya sedikit dibawah sasaran (88,0 persen). Sementara itu, realisasi penerimaan hibah mencapai Rp2,4 triliun, yang berarti 127,4 persen dari sasaran APBN-P sebesar Rp1,9 triliun, atau naik 45,0 persen dari realisasi hibah tahun 2009 sebesar Rp1,7 triliun. 2

II. BELANJA NEGARA Di lain pihak, realisasi anggaran belanja negara dalam tahun mencapai Rp1.053,5 triliun, atau 93,5 persen dari pagu APBN-P sebesar Rp1.126,1triliun. Jumlah ini berarti naik Rp116,1 triliun atau 12,4 persen dari realisasi belanja negara tahun 2009 sebesar Rp937,4 triliun. Dari realisasi anggaran belanja negara tersebut, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp708,7 triliun (90,7 persen dari pagu APBN-P sebesar Rp781,5 triliun), atau naik sebesar Rp79,9 triliun (12,7 persen) dari realisasi tahun 2009 sebesar Rp628,8 triliun. A. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 2009 B. Belanja Negara 1,126,146.4 1,053,465.0 93.5% 112.4% I. Belanja Pemerintah Pusat 781,533.5 708,734.8 90.7% 112.7% 1. Belanja Pegawai 162,659.0 147,713.0 90.8% 115.7% 2. Belanja Barang 112,594.0 94,638.6 84.1% 117.3% 3. Belanja Modal 95,024.6 75,467.7 79.4% 99.5% 4. Pembayaran Bunga Utang 105,650.2 88,338.7 83.6% 94.2% a. Utang Dalam Negeri 71,857.6 61,452.5 85.5% 96.4% b. Utang Luar Negeri 33,792.6 26,886.2 79.6% 89.5% 5. Subsidi 201,263.0 214,104.5 106.4% 155.1% a. Subsidi Energi 143,997.1 139,952.9 97.2% 148.0% b. Subsidi non Energi 57,265.9 74,151.6 129.5% 182.8% 6. Belanja Hibah 243.2 70.0 28.8% - 7. Bantuan Sosial 71,172.8 68,367.3 96.1% 92.6% 8 Belanja Lainnya 32,926.7 20,035.0 60.8% 51.5% Pada anggaran belanja pemerintah pusat ini, realisasi belanja pegawai mencapai 90,8 persen dari pagu, antara lain berkaitan dengan adanya penghematan cadangan anggaran pegawai baru, pos honorarium dan vakasi, dan anggaran remunerasi K/L. Sementara itu, realisasi belanja barang juga hanya mencapai 84,1 persen dari pagu, antara lain berkaitan dengan terlalu tingginya tingkat kehati-hatian para pejabat pengadaan barang dan jasa dalam mengambil keputusan. Sejalan dengan itu, realisasi belanja modal hanya mencapai 79,4 persen dari pagu, antara lain berkaitan dengan terhambatnya pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur terutama sebagai akibat tingginya intensitas curah hujan, banyaknya bencana alamdan masalah-masalah dalam pengadaan/pembebasan lahan, adanya penghematan anggaran dari pelaksanaan tender, dan tidak optimalnya penarikan atau pemanfaatan pinjaman luar negeri.begitu pula, realisasi bunga utang mencapai 83,6 persen dari pagu, karena penghematan beban bunga akibat pengurangan target penerbitan SBN, membaiknya pasar SBN, lebih rendahnya tingkat bunga SBI 3 bulan, dan menguatnya nilai tukar rupiah. Sementara itu, realisasi subsidi melampaui pagu (106,4 persen), terutama berkaitan dengan lebih tingginya beban subsidi listrik (104,5 persen), dan subsidi non-energi (129,5 persen) 3

akibat adanya subsidi pangan (Raskin) ke 13 dan tambahan subsidi pajak. Demikian pula, realisasi bantuan sosial mencapai 96,1 persen dari pagu, lebih tinggi dari realisasi tahun 2009 (94,7 persen dari pagu). Hal ini terutama berkaitan dengan adanya luncuran program kegiatan PNPM Mandiri 2009 ke tahun, dan meningkatnya bencana alam, termasuk banjir Wasior, Tsunami Mentawai, dan Erupsi Gunung Merapi. Di lain pihak, realisasi anggaran belanja lain-lain (60,8 persen dari pagu), lebih rendah dari realisasi tahun 2009 (73,0 persen dari pagu), antara lain berkaitan dengan tidak adanya realisasi belanja pemilu dan bantuan langsung tunai, serta rendahnya realisasi belanja penunjang. B. TRANSFER KE DAERAH 2009 II. Transfer ke Daerah 344,612.9 344,730.2 100.0% 111.7% 1. Dana Perimbangan 314,363.3 316,705.4 100.7% 110.3% a. Dana Bagi Hasil 89,618.4 92,176.0 102.9% 121.1% b. Dana Alokasi Umum 203,606.5 203,573.1 100.0% 109.2% c. Dana Alokasi Khusus 21,138.4 20,956.3 99.1% 84.8% 2. Dana OTSUS dan Penys 30,249.6 28,024.8 92.6% 131.4% a. Dana Otonomi Khusus 9,099.6 9,099.6 100.0% 95.5% b. Dana Penyesuaian 21,150.0 18,925.2 89.5% 160.3% Selanjutnya, realisasi transfer ke daerah mencapai Rp344,7 triliun (100,03 persen dari pagu APBN-P sebesar Rp344,6 triliun), atau naik Rp36,1 triliun (11,7 persen) dari realisasi tahun 2009 sebesar Rp308,6 triliun.dari jumlah tersebut, realisasi dana perimbangan mencapai Rp316,7 triliun, atau Rp2,3 triliun melampaui pagu; terutama karena lebih tingginya realisasi dana bagi hasil pajak, realisasi DAU sesuai pagu, sedangkan realisasi DAK dibawah pagu antara lain berkenaan dengan adanya beberapa daerah yang tidak bisa memenuhi persyaratan penyaluran, seperti tidak menyampaikan laporan penyerapan dan penggunaan dana hingga batas waktu yang telah ditetapkan. Sementara itu, realisasi dana otsus dan penyesuaian mencapai Rp28,0 triliun, atau Rp2,2 triliun dibawah pagu APBN-P sebesar Rp30,2 triliun. Hal ini terutama karena lebih rendahnya realisasi dana penyesuaian, khususnya dana tambahan penghasilan guru, sedangkan realisasi otsus sesuai pagu. 4

III. PEMBIAYAAN 2009 E. Pembiayaan (I + II) 133,747.7 86,601.5 64.7% 76.9% I Pembiayaan Dalam Negeri 133,903.2 95,017.6 71.0% 74.2% 1. Perbankan Dalam Negeri 45,477.1 21,477.9 47.2% 52.3% 2. Non Perbankan Dalam Negeri 88,426.1 73,539.7 83.2% 84.5% a.l. a. Privatisasi 1,200.0 2,098.7 174.9% - b. Penjualan aset PT.PPA 1,200.0 1,126.4 93.9% -363.6% c. Surat Utang Negara (neto) 107,500.0 91,113.8 84.8% 91.6% II Pembiayaan Luar Negeri (neto) (155.5) (8,416.1) 5412.3% 54.1% 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri 70,777.1 46,276.3 65.4% 78.9% a. Pinjaman Program 29,421.8 28,820.6 98.0% 99.6% b. Pinjaman Proyek 41,355.3 17,455.7 42.2% 58.7% 2. Penerusan Pinjaman SLA (16,796.6) (4,053.2) 24.1% 65.6% 3. Pembyr Cicilan Pokok Utang LN (54,136.0) (50,639.2) 93.5% 74.4% pembiayaan anggaran dalam tahun mencapai Rp86,6 triliun, atau Rp47,1 triliun (35,3 persen) lebih rendah dari target APBN-P sebesar Rp133,7 triliun. ini terutama berasal daripembiayaan dalam negeri Rp95,0 triliun (lebih rendah Rp38,9 triliun dari target APBN-P sebesar Rp133,9 triliun), atau turun Rp29,0 triliun dari realisasi 2009 sebesar Rp128,1 triliun. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya pengurangan target penerbitan SBN sebesar Rp16,4 triliun (untuk pertama kalinya); dan pengurangan penggunaan SAL sebesar Rp22,0 triliun. Hal ini sesuai dengan kesepakatan antara Pemerintah dan Badan Anggaran DPR-RI pada saat Pembahasan Semester I dan Prognosis Semester II APBN-P. Sementara itu, realisasi pembiayaan luar negeri mencapai sebesar negatif Rp8,4 triliun, atau turun Rp8,3 triliun dari target APBN-P sebesar Rp0,2 triliun. Hal ini terutama berkaitan dengan lebih rendahnya penarikan pinjaman proyekdan realisasi penerusan pinjaman, serta adanya penghematan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebagai dampak dari apresiasi kurs rupiah. Dengan realisasi defisit anggaran sebesar Rp39,5 triliun, realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp86,6 triliun, maka dalam pelaksanaan APBN-P terdapat kelebihan pembiayaan sebesar Rp47,1 triliun sebagai SiLPA, yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan anggaran di tahun mendatang. *** 5

2009 A. Pendapatan Negara dan Hibah 992,398.8 1,013,992.2 102.2% 119.5% I. Penerimaan Dalam Negeri 990,502.3 1,011,575.8 102.1% 119.4% 1. Penerimaan Perpajakan 743,325.8 744,061.9 100.1% 120.0% % terhadap PDB 11.9 11.7 - - a. Pajak Dalam Negeri 720,764.4 715,207.9 99.2% 119.0% i. Pajak penghasilan 362,219.0 356,599.7 98.4% 112.3% 1. Migas 306,836.6 297,726.7 97.0% 111.3% 2. Non-Migas 55,382.4 58,873.0 106.3% 117.6% ii. Pajak pertambahan nilai 262,963.0 251,886.2 95.8% 130.5% iii. Pajak bumi dan bangunan 25,319.1 28,575.9 112.9% 117.7% iv. BPHTB 7,155.5 8,012.5 112.0% 123.9% v. Cukai 59,265.9 66,165.3 111.6% 116.7% vi. Pajak lainnya 3,841.9 3,968.3 103.3% 127.4% b. Pajak Perdg Internasional 22,561.4 28,854.0 127.9% 154.5% i. Bea masuk 17,106.8 19,956.2 116.7% 110.2% ii. Bea keluar 5,454.6 8,897.8 163.1% 1575.0% 2. Penerimaan Bukan Pajak 247,176.5 267,513.9 108.2% 117.8% a. Penerimaan SDA 164,726.8 170,063.4 103.2% 122.4% i. Migas 151,719.9 152,733.2 100.7% 121.5% - Minyak bumi 112,515.1 111,814.9 99.4% 124.2% - Gas alam 39,204.8 40,918.3 104.4% 114.6% ii. Non Migas 13,006.9 17,330.2 133.2% 131.2% b. Bagian Laba BUMN 29,500.0 30,064.6 101.9% 115.4% d. PNBP Lainnya 43,462.8 59,039.8 135.8% 109.7% e. Pendapatan BLU 9,486.9 8,346.1 88.0% 99.7% II. Hibah 1,896.5 2,416.4 127.4% 145.0% B. Belanja Negara 1,126,146.4 1,053,465.0 93.5% 112.4% I. Belanja Pemerintah Pusat 781,533.5 708,734.8 90.7% 112.7% 1. Belanja Pegawai 162,659.0 147,713.0 90.8% 115.7% 2. Belanja Barang 112,594.0 94,638.6 84.1% 117.3% 3. Belanja Modal 95,024.6 75,467.7 79.4% 99.5% 4. Pembayaran Bunga Utang 105,650.2 88,338.7 83.6% 94.2% a. Utang Dalam Negeri 71,857.6 61,452.5 85.5% 96.4% b. Utang Luar Negeri 33,792.6 26,886.2 79.6% 89.5% 5. Subsidi 201,263.0 214,104.5 106.4% 155.1% a. Subsidi Energi 143,997.1 139,952.9 97.2% 148.0% b. Subsidi non Energi 57,265.9 74,151.6 129.5% 182.8% 6. Belanja Hibah 243.2 70.0 28.8% - 7. Bantuan Sosial 71,172.8 68,367.3 96.1% 92.6% 8 Belanja Lainnya 32,926.7 20,035.0 60.8% 51.5% II. Transfer ke Daerah 344,612.9 344,730.2 100.0% 111.7% 1. Dana Perimbangan 314,363.3 316,705.4 100.7% 110.3% a. Dana Bagi Hasil 89,618.4 92,176.0 102.9% 121.1% b. Dana Alokasi Umum 203,606.5 203,573.1 100.0% 109.2% c. Dana Alokasi Khusus 21,138.4 20,956.3 99.1% 84.8% 2. Dana OTSUS dan Penys 30,249.6 28,024.8 92.6% 131.4% a. Dana Otonomi Khusus 9,099.6 9,099.6 100.0% 95.5% b. Dana Penyesuaian 21,150.0 18,925.2 89.5% 160.3% C. Keseimbangan Primer (28,097.4) 48,865.9-173.9% 946.4% D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (133,747.6) (39,472.8) 29.5% 44.5% % terhadap PDB (2.1) (0.6) - E. Pembiayaan (I + II) 133,747.7 86,601.5 64.7% 76.9% I Pembiayaan Dalam Negeri 133,903.2 95,017.6 71.0% 74.2% 1. Perbankan Dalam Negeri 45,477.1 21,477.9 47.2% 52.3% 2. Non Perbankan Dalam Negeri 88,426.1 73,539.7 83.2% 84.5% a.l. a. Privatisasi 1,200.0 2,098.7 174.9% - b. Penjualan aset PT.PPA 1,200.0 1,126.4 93.9% -363.6% c. Surat Utang Negara (neto) 107,500.0 91,113.8 84.8% 91.6% II Pembiayaan Luar Negeri (neto) (155.5) (8,416.1) 5412.3% 54.1% 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri 70,777.1 46,276.3 65.4% 78.9% a. Pinjaman Program 29,421.8 28,820.6 98.0% 99.6% b. Pinjaman Proyek 41,355.3 17,455.7 42.2% 58.7% 2. Penerusan Pinjaman SLA (16,796.6) (4,053.2) 24.1% 65.6% 3. Pembyr Cicilan Pokok Utang LN (54,136.0) (50,639.2) 93.5% 74.4% 6

7