BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013. Tanggal terbit : 12 Februari 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I 1 PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dominan adalah sumber daya manusia (DepKes RI 2002).

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diklasifikasi berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. haruslah bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

suatu unit pelayanan kesehatan,yaitu rumah sakit di wilayah Kotamatsum. Pada tanggal 26 Februari 2000 Rumah Sakit Islam AL UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

keramahan dan perhatian khusus mereka kepada pasien. Shamdasani dan Balakrishnan (2000:405) juga menyatakan keramahan karyawan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Berdasarkan UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB III ANALISA MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi administrasi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

URAIAN TUGAS PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan juga terus berubah. Untuk itu semua aspek termasuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pelayanan publik dewasa ini semakin mendapat tekanan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Perum dan terakhir ini telah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI TENAGA BARU BIDAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari (Noor, 2001). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN. ( diselenggarakan pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Rumah Sakit belakangan ini telah berkembang kearah bisnis yang cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan masyarakat telah merubah status sosial dan gaya hidup masyarakat, sehingga ikut mendukung meningkatnya kebutuhan akan pelayanan rumah sakit yang memadai. Apabila bagi kelompok sosial tertentu (menengah keatas), kenyamanan serta pelayanan rumah sakit akan menjadi tuntutan utama. Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Halmahera Siaga saat ini telah secara proporsional dapat mewujudkan eksistensinya dan memainkan perannya sebagai lembaga kesehatan masyarakat, khususnya pelayanan tersier pembedahan. Disamping komplikasi penyakit umum, RSKB Halmahera Siaga merupakan rumah sakit yang mempunyai spesialisasi dengan masalah tulang. RSKB Halmahera Siaga, memberikan pelayanan terhadap pasien yang mempunyai kendala khususnya pada keluhan mengenai tulang. RSKB Halmahera Siaga adalah sebuah fasilitas layanan khusus bedah yang diselenggarakan oleh Yayasan Pengabdian Halmahera Husada, suatu badan hokum non profit yang didirikan di depan notaris Komar Andasamita tanggal 9 Juli 1980, yang bergerak dalam pelayanan kesehatan masyarakat. RSKB Halmahera Siaga mulai beroperasi pada tanggal 12 Juli 1992. Saat ini RSKB

Halmahera Siaga beroperasi dengan jumlah tempat tidur berada dilokasi yang strategis di pusat kota Bandung. RSKB Halmahera Siaga mempunyai Visi Menjadi Rumah Sakit rujukan bidang Orthopaedi di Jawa Barat melalui pelayanan kesehatan terunggul yang menghasilkan kepuasaan pelanggan dan kesejahteraan karyawan dan dengan Misi, menyediakan pelayanan yang bermutu khususnya di bidang orthopaedi serta di bidang bedah secara umum, menyediakan sumber daya yang dimiliki sebagai fasilitator bagi kepentingan peningkatan mutu pelayanan dibidang orthopaedi melalui penelitian dan pendidikan keilmuan terbaru sehingga bermanfaat bagi peningkatan kesehatan dan kepuasan masyarakat, menjalankan dengan landasan luhur profesi kedokteran, keperawatan, dan medis lain, serta pengelolaan manajemen keungan, SDM, dan teknologi informasi yang efektif efesien, dan memberikan manfaat bagi karyawan dari segi kesejahteraan, pengembangan kemampuan keterampilan, pengetahuan, dan kepribadian. Sebagai institusi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan RSKB Halmahera Siaga memiliki sumber daya manusia yang utama. Dokter spesialisi sebanyak 32 orang dan dokter umum sebanyak 6 orang, sedangkan paramedis bagian keperawatan sebanyak 49 orang, bidang penunjang sebanyak 22 orang dan bidang pelayanan sebanyak 35 orang. Bagian non medis administrasi sebanyak 13 orang, satpam sebanyak 3 orang, gizi sebanyak 9 orang, dan tenaga bagian kebersihan dan umum sebanyak 14 orang. Jumlah tempat tidur sebanyak 30, kelas perawat pasiean dibagi kedalam 5 bagian ada kelas III, kelas II, kelas IB, kelas IA, dan kelas VIP. 30 tempat tidut pasien, 8 tempat tidur untuk kelas III, 9 tempat

tidur untuk kelas II, 4 tempat tidur untuk kelas IB, 2 tempat tidur untuk kelas IA, dan 6 tempat tidur untuk kelas VIP. Salah satu sumber daya manusia yang ada dirumah sakit adalah perawat. Perawat merupakan tenanga pertama yang menunjang tugas dokter dalam memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Perawat merupakan ujung tombak rumah sakit, karena dapat dikatakan bahwa perawat memberikan pelayanan 24 jam dan mempunyai kontak yang konstan dengan pasien selama pasien tersebut dalam perawatan. Perawat memiliki frekeunsi lebih banyak berhubungan dengan pasien dibandingkan dengan dokter. Perawat tidak hanya membantu dokter dalam melakukan tugasnya, tetapi perawat juga harus membantu pasien mengerjakan kegiatan yang tidak dapat dikerjakannya sendiri selama sakit. RSKB Halmahera Siaga mempunyai sumber daya manusia bagian keperawatan sebanyak 49 orang. Perawat bagian rawat jalan 6 orang, bagian rawat inap 30 karyawan, bagian UGD 7 orang, dan perawat bagian kamar bedah 8 orang. Bagian perawat bekerja berdasarkan shift yang terbagi atas tiga shift. Pada bagian kamar operasi tidak diberikan shift malam. Shift Pagi 07.00-14.00 Shift Siang 14.00-21.00 Shift Malam 21.00-07.00 Tugas utama perawat bagian rawat inap adalah menolong pasien, membuat laporan yang berhubungan dengan pasien maupun peralatan yang dilakukan

ketika melakukan tindakan, mendata pasien, melakukan anamnesa, mengurus kelengkapan administrasi pasien yang masuk dan keluar, mengatur pembesuk. Persyaratan menjadi perawat di RSKB Halmahera adalah lulusan D3, mempunyai SIP (Surat Izin Perawat), sertifikasi PPGD/BTLS, sehat jasmani dan rohani, tidak buta warna, usia 25 tahun, untuk perawat bagian kamar operasi mempunyai sertifikat bedah dasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala HRD RSKB Halmahera Bandung, banyak keluhan yang disampaikan oleh para pasien rawat inap kepada rumah sakit yang menyatakan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh pelaksana perawat rawat inap tidak memuaskan. Adanya pengaduan yang diterima pihak rumah sakit dari pasien-pasien yang telah melakukan rawat inap mengenai pelayanan rawat inap yang tidak memuaskan. Keluhan yang disampaikan diantaranya: perawatnya tidak ramah, kesalahan dalam mengganti perban, perban yang menjadi tidak rapih, pemberian obat yang terburu-buru tanpa memberikan penjelasan kepada pasien maupun keluarga pasien, pelayanan sering mengalami keterlambatan, serta keterlambatan melakukan pemeriksaan rutin. Rawat inap merupakan bagian yang melayani pasien yang diharuskan mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Perawat rawat inap harus melayani pasien 24 jam selama pasien di rawat, 24 jam tersebut dengan giliran shift. Perawat rawat inap ketika melakukan shift malam dirasakan bagian yang berat.

Setiap kelas kamar memilki perawat rawat inap sebanyak 2 orang setiap shiftnya dan setiap kelas kamar. Pada shift malam hari yang menurut perawat merupakan bagian yang berat dengan jumlah orang yang dipekerjakan sebanyak 2 orang. Berdasarkan wawancara dengan 3 orang perawat, bagian tersebut dirasakan berat karena memerlukan konsentrasi yang bagus, memperhatikan kondisi pasien dengan men-check data dan jam pemberian obat atau mengganti infus. RKSB Halmahera Siaga yang merupakan rumah sakit bedah, pasien yang di rawat banyak merupakan pasien sesudah operasi yang sangat membutuhkan perawatan intesif. Jumlah perawat yang bertugas sebanyak 2 orang dalam satu shift, menurut kepala perawat hal tersebut tidak membebankan perawat karena apabila mereka bekerja dengan shift malam, hari berikutnya perawat diberikan libur dan dalam seminggu mereka diberikan hari libur sehari. Sehingga hal tersebut dikatakan tidak akan membebani perawat namun hal tersebut tidak sejalan dengan kenyataan yang dirasakan oleh perawat. Jadwal shift yang sudah ditentukan dalam seminggu ada saja jadwal yang telah ditentukan yang apabila perawat sudah melakukan shift malam hari berikutnya perawat tersebut tidak libur melainkan dimasukan kedalam jadwal shift siang. Pada kenyataannya diberikannya hari libur seminggu sekali tersebut tidak mengurangi timbulnya kesalahan dalam pekerjaan. Perubahan jadwal tersebut merupakan beban oleh perawat harus segera menyesuaikan diri dengn jadwal yang telah ditentukan. Berdasarkan pedoman Uraian Tugas Keperawatan di Rumah Sakit Dirjen Medik Depkes RI, bahwa penetapan sistem klasifikasi pasien terbagi tiga kategori sebagai berikut, kategori I yaitu Self care, katergori II yaitu Intermediet care dan

kategori III yaitu Intensive care. Saat perawat bertugas, ada saja pasien yang sebenarnya masuk kastegori perawatan mandiri seperi kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri oleh pasien namun ingini dilayani seperi pelayanan intermediet care dan intensive care yang memerlukan perawat yang intensif dari perawat. Tentu saja ini memberatkan bagi perawat, karena tidak sesuai dengan kebutuhan pasien serta dapat menghambat pekerjaan, seperti memeriksa rutin kepada pasien yang lain. Dengan adanya hal tersebut pemeriksaan kepada pasien lainnya menjadi terlambat. Adanya permintaan dari pasien yang ingin mendapatkan pelayanan lebih atau tidak sesuai dengan kategori yang telah ditentukan kepada pasien tersebut, membuat perawat merasa keberatan dan menambah pekerjaannya. Dalam mengerjakan pekerjaannya pun perawat menjadi tidak selesai karena perawat harus bekerja sesuai shift. Waktu dalam mengerjakanpun dirasakan tidak mencukupi sehingga penundaan pekerjaan terjadi, menumpuknya pembuatan laporan. Ketika shift nya sudah selesaipun mereka harus tetap menyelesaikan laporannya karena akan diberikan kepada shift berikutnya. Salah satu tugas perawat adalah melaksanakan perintah dokter terhadap pasien, tetapi tidak semua pasien menuruti perintah atau anjuran yang diberikan. Hal ini membuat perawat menjadi serba salah karena pihak dokter menjadi menyalahkan perawat karena tidak dapat melaksanakan kerja dengan baik, padahal pasien itu sendiri yang tidak mau menjalankan anjuran dari perawat. Dokter yang harus memeriksa pasien secara rutin, seringkali datang terlambat hal ini membuat perawat harus sering menerima keluhan dari pasien

maupun keluarga karena pemeriksaan terlambat, padahal segala tindakan yang dilakukan perawat menunggu instruksi dan anjuran dari dokter. Pasien yang dirawat mempunyai dokter spesialis yang menanganinya, namun dokter spesialis tidak bertugas selama 24 jam. Keputusan tersebut harus dilakukan ketika menunggu yang bertanggung jawab belum hadir dirumah sakit. Keadaaan ini muncul karena bukan merupakan wewenang dan tanggung jawab dari perawat yang dirasakan oleh perawat sebagai beban kerja. perawat merasakan sebagai tekanan ketika hal tersebut tidak terjadi satu kali melainkan dua atau tiga kali.. Sedangkan pihak keluarga ingin segara ditangani pasien tersebut. Wawancara dengan 7 orang perawat merasa bahwa atasan kurang dapat memberikan pengawasan bagi bawahannya. Perawat mengharapkan atasan dapat memberikan dukungan dan perhatian serta mampu bekerja sama dengan bawahannya. Hasil laporan yang diberikan oleh perawat seringkali tidak diperiksa oleh kepala perawat yang bertugas Akibatnya perawat juga tidak mengetahui apakah pekerjaannya telah dilakukan dengan baik atau tidak dikarenakan kurang pengawasan terhadap pekerjaan mereka. Dalam mengerjakan tugasnya pun perawat menjadi bingung apa yang perlu diperbaiki. Kondisi ini yang menyebabkan tampilan kerja kurang diperhatikan. Adapun kurangnya pengawasan terhadap waktu jenguk dikarenakan waktu jenguk yang dapat dikatagorikan lama dan waktu jenguk yang tidak tetap atau bisa kapan saja, membuat tugas dan pelayanan dari seorang perawat kepada pasiennya menjadi terganggu misalnya pasien dijenguk ketika pasien seharusnya beristirahat atau diperiksa oleh dokter. Ditambah juga jumlah penjenguk yang terlalu banyak

dikhawatirkan dapat mengganggu pasien lainnya. Selain hal tersebut keterbatasan jumlah office boy, membuat perawat harus menjalankan tugas tersebut seperti menjaga dan mengawasi kebersihan lingkungan. Namun menurut kepala dengan membantu pekerjaan satu sama lain dapat membangun kerjasama dengan pekerja lain yang seharusnya bukan menjadi beban. Pihak rumah sakit mengeluhkan mengenai perawatnya yang sering datang terlambat, keterlambatan biasanya terjadi pada shift pagi dan siang. Keterlambatan ini sering terjadi pada shift siang dikarenakan mereka baru saja melakukan shift malam. Dalam seminggu keterlambatan ini terjadi sebanyak satu atau dua kali. Lima orang perawat merasakan pekerjaan yang diberikan kepadanya sebagai suatu pekerjaan yang masih dapat dikerjakan dengannya sehingga tampilan kerja dari lima orang perawat tidak menunjukan adanya keluhan atau kesalahan dalam pekerjaannya. Perawat tersebut selalu datang tepat waktu ketika shift-nya, memberikan pelayanan yang dengan ramah, tidak mengeluhkan kelelahan atau mengenai kesehatan fisiknya. Akan tetapi sebaliknya, tujuh orang perawat rawat inap merasakan beban kerja sesuatu dirasakan kesulitan untuk mengerjakannya. Tugas pertama belum teratasi ditambah pekerjaan baru, serta jumlah perawat saat shift hanya dua orang. Perawat harus memberikan energy ekstra, yang terus menerus digunakan sedang seorang perawat memiliki keterbatasan energi, hal ini dapat berpengaruh pada kualitas dan perilaku perawat saat kerja. Akibatnya perawat seringkali mengeluhkan kelelahan, pegal-pegal, sakit kepala, mengantuk, sakit magh serta migrant. Serta tempat istirahat yang kecil, mereka tidak menggunakan waktu istirahat dengan baik karena harus

bergantian dengan perawat lainnya. Kondisi seperti ini tentu saja akan mempengaruhi tampilan kerja perawat rawat inap. Tampilan kerja yang dipengaruhi oelh kondisi tersebut, perawat datang telat setelah waktu istirahat, kurangnya konsentrasi ketika dokter memberikan instruksi untuk pasien perawat akan bertanya kembali kepada dokter, kesalahan dalam mengganti perban, perban yang menjadi tidak rapih. Berdasarkan wawancara dengan kepala perawat, hal tersebut dirasakan tidak perlu terjadi karena para perawat tersebut masuk atau diterima bekerja di RSKB Halmahera Siaga Bandung sudah sesuai dengan persyaratan yang diberikan dan kemampuan yang mereka miliki dan juga beberapa tes keperawatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit sendiri. Menurut kepala HRD, RSKB Halmahera siaga baru mempunyai penilaian kerja dalam satu tahun ini. Selama 18 tahun kebelakangan rumah sakit ini tidak membuat penilaian kerja, penilaian kerja yang diberikan lebih banyak kepada penilain subjektif atau dengan kata lain lebih kepada melihat pada saat itu perawat bekerja ditempat tanpa melihat hal lainnya. Penilaian kerja yang dipakai sekarang ini hanya ada lima point salah satunya adalah penangan terhadap pasien dan kreatifitas pegawai. Lima point yang dinilai tidak menggambarkan secara rinci penilaian kerja karyawan di rumah sakit Halmahera. Oleh karena itu para karyawan yang memberikan penilaian kerja tidak banyak yang memberikan penilaian yang objektif, mereka mengatakan bahwa perawat rawat inap memiliki tampilan kerja yang baik. Hal tersebut membuat kepala perawat pun merasakan kebingungan ketika akan memberikan masukan ataupun kritik kepada perawat.

Adanya penelitian sebelumnya yang berjudul hubungan antara beban kerja dengan tampilan kerja pada perawat pelaksana instalasi gawat darurat rumah sakit umum kota banjar. Peniliti tertarik meniliti dengan melihat kepada kedelapan aspek beban kerja, apakah ada hubungan antara beban kerja dengan tampilan kerja. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, peniliti tertarik untuk meniliti lebih lanjut mengenai Hubungan antara Beban Kerja dengan Tampilan Kerja Perawat bagian Rawat Inap Rumah Sakit Khusus Bedah Halamhera Siaga Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Menurut Gibson dan Ivancevich (1993:163), beban kerja adalah tekanan sebagai tanggapan yang tidak dapat menyesuaikan diri, yang dipengaruhi oleh perbedaan individual atau proses psikologis, yakni suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan, situasi, peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologi atau fisik) terhadap seseorang. Beban kerja pada penelitian ini adalah bagaimana perawat bagian rawat inap melakukan pekerjaannya yang telah ditentukan oleh RSKB Halmahera Siaga Bandung, tugas atau pekerjaan tersebut harus diselesaikan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan tuntutan rumah sakit. Adanya tuntutan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh perawat rawat inap sebagai objek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pekerjaan yang menjadi sebuah tekanan, tekanan sebagai tanggapan dari seorang perawat terhadap

pekerjaannya. Adanya tuntutan tugas yang harus dilakukan pada perawat di RSKB Halmahera Siaga Bandung seperti; kurangnya jumlah perawat yang bekerja saat shift, keterbatasan fasilitas, jadwal kerja sesuai shift, aspirasi dan keluhan yang tidak cepat ditanggapi oleh kepala perawat dan rumah sakit merupakan indikasi dari adanya beban kerja. Dapat diartikan bahwa beban kerja merupakan suatu tuntutan dari situasi fisik dan psikis yang mengenai seseorang. Jika seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan tersebut maka hal ini tidak menjadi suatu beban kerja, akan jika usaha untuk menyesuaikan dirinya tidak berhasil maka hal ini menjadi suatu beban kerja. Beban kerja yang dirasakan oleh perawat bagian rawat inap adalah jadwal shift yang sudah ditentukan dalam seminggu ada saja jadwal yang telah ditentukan yang apabila perawat sudah melakukan shift malam hari berikutnya perawat tersebut tidak libur melainkan dimasukan kedalam jadwal shift sore. Pada kenyataannya diberikannya hari libur seminggu sekali tersebut tidak mengurangi timbulnya kesalahan dalam pekerjaan. Perubahan jadwal tersebut merupakan beban oleh perawat harus segera menyesuaikan diri dengn jadwal yang telah ditentukan. Adanya pasien yang sebenarnya masuk kastegori kedalam perawatan mandiri seperi kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri oleh pasien namun ingini dilayani seperi pelayanan intermediet dan intensive care dimana pasien tersebut membutuhkan perawatan khusus dari perawat. Tentu saja ini memberatkan bagi perawat, karena tidak sesuai dengan kebutuhan pasien serta dapat menghambat pekerjaan, seperti memeriksa rutin kepada pasien yang lain. Dengan adanya hal tersebut pemeriksaan kepada pasien lainnya menjadi

terlambat. Adanya permintaan dari pasien yang ingin mendapatkan pelayanan lebih atau tidak sesuai dengan kategori yang telah ditentukan kepada pasien tersebut, membuat perawat merasa keberatan dan menambah pekerjaannya. Dalam mengerjakan pekerjaannya pun perawat menjadi tidak selesai karena perawat harus bekerja sesuai shift. Waktu dalam mengerjakanpun dirasakan tidak mencukupi sehingga penundaan pekerjaan terjadi, menumpuknya pembuatan laporan. Ketika shift nya sudah selesaipun mereka harus tetap menyelesaikan laporannya karena akan diberikan kepada shift berikutnya. Hasil laporan yang diberikan oleh perawat seringkali tidak diperiksa oleh kepala perawat yang bertugas Akibatnya perawat juga tidak mengetahui apakah pekerjaannya telah dilakukan dengan baik atau tidak dikarenakan kurang pengawasan terhadap pekerjaan mereka. Dalam mengerjakan tugasnya pun perawat menjadi bingung apa yang perlu diperbaiki. Dokter yang harus memeriksa pasien secara rutin, seringkali datang terlambat hal ini membuat perawat harus sering menerima keluhan dari pasien maupun keluarga karena pemeriksaan terlambat, padahal segala tindakan yang dilakukan perawat menunggu instruksi dan anjuran dari dokter. Perawat harus menjalankan tugas tersebut seperti menjaga dan mengawasi kebersihan lingkungan. Perawat bagian rawat inap sebagai seorang individu memandang beban kerja merupakan sebuah tekanan, secara berbeda-beda hal ini berkaitan dengan pemahaman, penghayatan, pengalaman serta kemampuan tiap individu yang berbeda tentang beban kerja. Hal ini juga berkaitan dengan cara perawat didalam penilaian terhadap isi atau tuntutan kerja yang diberikan rumah sakit terhadap

pekerjaan itu sendiri, sehingga perawat akan memberikan reaksi dalam tingkah laku kerjanya. Reaksi yang muncul akan beban kerja ketika perawat mengerjakan pekerjaannya dan hasil dalam pekerjaannya. Tampilan kerja menurut Maier (1965) yaitu keberhasilan kerja seorang individu dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, tampilan kerja secara umum dapat diartikan sebagai gambaran tingkah laku seseorang dalam menghadapi pekerjaan dengan ditentukan oleh seluruh kemampuan yang dimiliki dalam berinteraksi ditempat ia bekerja dan diarahkan untuk menyelesaikan tugas dan tujuan dari perusahaan. Tampilan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi dari perawat rawat inap RSKB Halmahera Siaga Bandung yang ditampilkan terhadap suatu tugas maupun cara penyelesaian tugas yang telah ditentukan oleh RSKB Halmahera Siaga Bandung untuk memenuhi tujuan dari rumah sakit tersebut, seperti menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan hak dan wewenang yang telah ditentukan rumah sakit dan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Tampilan kerja yang buruk seperti perawat yang datang terlambat, disiplin kerja rendah, merupakan tampilan kerja yang ditampilan oleh perawat bagian rawat inap. Apabila terus terjadi maka akan dapat merusak citra RSKB Halmahera dimata masyarakat. Oleh karena itu, secara teori beban kerja akan mempengaruhi individu dalam melakukan pekerjaannya dengan baik, karena teori beban kerja akan mempengaruhi perilaku individu dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tujuan dari umah sakit. Dari hal tersebut, individu akan menampilkan tampilan kerja yang baik apabila beban kerja yang muncul ringan. Artinya secara

teoritis teori beban kerja pada perawat bagian rawat inap, berkenaan dengan variabel penelitian ini, beban kerja tersebut secara teori akan berhubungan dengan tampilan kerja pada perawat rawat inap RSKB Halmahera Siaga Bandung. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut Bagaimana hubungan antara beban kerja dengan tampilan kerja perawat bagian rawat inap Rumah Sakit Halmahera Siaga Bandung? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang telah di uraikan diatas, maka maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiric dan mengetahui secara lebih mendalam tentang hubungan antara beban kerja dengan tampilan kerja perawat bagian rawat inap Rumah Sakit Halmahera Bandung. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara beban kerja dengan tampilan kerja perawat bagian rawat inap Rumah Sakit Halmahera Siaga Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Kegunaan teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi RSKB Halmahera Siaga Bandung dalam menjelaskan pengaruh beban kerja dan tampilan kerja pada perawat bagian rawat inap.

b. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi khususnya psikologi industry dan organisasi 2. Kegunaan Praktis Bagi perawat bagian rawat inap Rumah Sakit Halmahera Siaga, memberikan informasi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan rawat inap RSKB Halmahera Siaga Bandung agar dapat melayani pasien secara optimal.