DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG BERCERAI (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda Pada Kasus Perceraian di Purwokerto)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

SELF MONITORING PEREMPUAN YANG BERCERAI DALAM PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

PENELITIAN KAJIAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

P U T U S A N. Nomor 019/Pdt.G/2013/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN DI PEMKOT SURAKARTA TAHUN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

DRAF WAWANCARA. Jumlah Anak. 4. Apakah suami anda memperkenalkan istri mudanya kepada keluarga anda?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mendukung proses penulisan yang lancar sesuai dengan tujuan penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

Transkripsi:

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG BERCERAI (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda Pada Kasus Perceraian di Purwokerto) Oleh : Nur aeni *) Retno Dwiyanti*) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika psikologis perempuan yang bercerai. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Interaktif analisis dengan melalui tiga tahap yaitu penyajian data, reduksi data dan verifikasi data. Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja di Purwokerto Barat dan Purwokerto Utara. Informan penelitian ditentukan dengan sengaja berdasarkan berbagai pertimbangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang bercerai disebabkan oleh pihak ketiga/berselingkuh, suami tidak bekerja, krisis akhlak suami/suka judi, dan campur tangan keluarga. Perempuan yang bercerai dan berubah status menjadi janda mengalami perasaan senang, lega, bingung, bahagia, berat berpisah, tidak ada teman curhat, sedih, sakit hati, minder, dan malu. Kata Kunci : Perempuan yang Bercerai, Status Janda. PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu peristiwa ketika sepasang calon suami-isteri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin, untuk kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami isteri dengan upacara dan ritusritus tertentu. Peristiwa perkawinan merupakan suatu bentuk proklamasi, disaat secara resmi sepasang pria dan wanita diumumkan untuk saling memiliki satu sama lainnya (Walgito, 1984). *) Dosen Fakultas Psikologi Univ. Muhammadiyah Purwokerto. 11

PSYCHO IDEA, Tahun 7 No1, Februari 2009 ISSN 1693-1076 Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan menerangkan bahwa yang dimaksud dengan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Wantjik, 1976 dalam Walgito, 1984). Ikatan lahir merupakan ikatan yang menampak, ikatan formal yang terjadi sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada yang mengikat suami dan isteri itu sendiri maupun orang lain atau masyarakat luas. Oleh karena itu maka pada umumnya peristiwa perkawinan diinformasikan kepada masyarakat luas agar mereka dapat mengetahuinya. Ikatan batin adalah ikatan yang tidak nampak secara fisik, tapi merupakan ikatan psikologik antara suami isteri yang didasari saling cinta dan tidak adanya paksaan. Kedua ikatan yaitu lahir dan batin, keberadaannya sangat dibutuhkan dalam bangunan sebuah keluarga, sehingga apabila salah satunya tidak terpenuhi bisa menimbulkan persoalan dalam kehidupan pasangan tersebut di kemudian waktu. keduanya sangat penting untuk tercapainya tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia, dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang pencapaiannya akan diraih oleh suami dan istri secara bersamasama. Konsekuensi logis dari tujuan perkawinan itu adalah diikatnya sebuah komitmen untuk mengarungi perkawinan dalam waktu yang tak terbatas, berlangsung seumur hidup dan untuk selama-lamanya. Perpisahan hanya akan terjadi apabila salah satu dari pasangan meninggal dunia. Terdapat empat kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menciptakan keluarga yang bahagia dan langgeng yaitu: 1) kebutuhan yang bersifat fisiologik, 2) kebutuhan yang bersifat psikologik, 3) kebutuhan yang bersifat sosial, 4) kebutuhan yang bersifat religi (Walgito 1984). Kebutuhan yang bersifat fisiologik yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kejasmanian, kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan eksistensinya sebagai makhluk hidup, misalnya kebutuhan akan makan, minum, seksual. Kebutuhan yang bersifat psikologik yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan segi psikologik, 12

NUR AENI & RETNO DWIYANTI, Dinamika Psikologis Perempuan yang Bercerai (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda pada Kasus Perceraian di Purwokerto)... misalnya kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, harga diri. Kebutuhan yang bersifat sosial yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan interaksi sosial, kebutuhan akan berhubungan dengan orang lain, misalnya kebutuhan berteman, kebutuhan bersaing. Kebutuhan yang bersifat religi yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan kekuatan yang ada di luar diri manusia, kebutuhan untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Pemenuhan dan dilaksanakannya keempat kebutuhan tersebut memberikan jaminan bagi terciptanya kekal dan bahagianya sebuah perkawinan, dan dapat menjauhkan kemungkinan terjadinya perceraian. Kondisi ideal tersebut merupakan harapan dari semua pasangan suami istri dalam sebuah keluarga, tapi pada kenyataannya terdapat pasangan yang tidak dapat mencapainya dan berakhir dengan perceraian. Menurut sumber dari Departemen Agama Kabupaten Banyumas, dari tahun 2003 sampai 2007 terdapat 6496 kasus perceraian dengan berbagai macam penyebab. Ironisnya di tahun 2007 justru paling banyak terjadi kasus perceraian, artinya semakin hari perceraian makin banyak terjadi. Data tersebut tertuang dalam tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Kasus Perceraian di Purwokerto dari Tahun 2003 2007 No Tahun Jenis Cerai Jumlah Cerai Talak Cerai Gugat 1 2 3 4 5 2003 2004 2005 2006 2007 393 439 466 439 490 786 887 870 767 959 1179 1326 1336 1206 1449 Jumlah 2227 4269 6496 Sumber : Pengadilan Agama Purwokerto, 2008 Adapun faktor penyebabnya ada dalam tabel berikut ini : 13

PSYCHO IDEA, Tahun 7 No1, Februari 2009 ISSN 1693-1076 Tabel 2. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Perceraian FATOR PENYEBAB TAHUN JML 03 04 05 06 07 Krisis moral 35 73 62 61 111 342 Tidak ada tanggung jawab 792 838 892 807 689 4018 Dihukum 0 0 0 1 5 6 Penganiayaan berat 2 1 0 0 3 6 Cacat biologis 7 1 12 5 7 32 Poligami tidak sehat 0 1 0 0 2 3 Cemburu 4 0 1 0 6 11 Kawin Paksa 1 0 0 3 14 18 Ekonomi 22 41 4 6 61 134 Kawin di bawah umur 0 1 0 0 3 4 Politis 0 1 0 0 0 1 Tidak ada keharmonisan 287 333 347 305 375 1647 Gangguan pihak ke tiga 9 9 8 4 58 88 JUMLAH 1159 1299 1326 1192 1334 6310 Sumber: Pengadilan Agama Purwokerto, 2008 Perceraian akan membawa dampak pada pelakunya terutama pihak perempuan untuk siap dengan segala perubahan yang terjadi ketika mereka sudah berubah status dari memiliki suami menjadi tidak bersuami atau janda karena bercerai. Kesiapan tersebut harus didahului dengan proses untuk menuju ke penerimaan diri secara lapang dada. Perceraian dalam istilah ahli fiqh disebut sebagai talak atau furqah adapun arti dari talak adalah membuka ikatan membatalkan perjanjian. Sedangkan furqah artinya bercerai yaitu lawan dari berkumpul. Perceraian adalah pemutusan ikatan nikah secara hukum. Jadi perceraian ialah putusnya hubungan ikatan suami isteri, dimana tidak ada lagi status sebagai pasangan yang sah. Kata cerai dalam istilah umum menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2001) adalah berpisahnya suami dan isteri sehingga tidak kembali utuh dalam satu ikatan perkawinan. Menurut Scanzoni dan Scanzoni (dalam Endah, 2005), perceraian adalah akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan, dimana pasangan suami isteri kemudian berpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang 14

NUR AENI & RETNO DWIYANTI, Dinamika Psikologis Perempuan yang Bercerai (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda pada Kasus Perceraian di Purwokerto)... berlaku. Dalam pasal 38 UU no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan diterangkan bahwa perkawinan dapat putus karena 3 hal, yakni : kematian, perceraian dan putusan Pengadilan Agama. Menurut Papalia (dalam Sudarto & Wirawan, 2000) perempuan biasanya agak mengalami kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitasnya setelah masa perceraian. Bagi seorang perempuan, perubahan status dari seorang isteri menjadi seorang janda khususnya karena perceraian, tidaklah mudah. Disamping kecerdasan, dibutuhkan juga kepribadian yang kuat, rasa percaya diri, dan keberanian untuk mampu bertahan hidup (Nurseha dalam Sudarto & Wirawan, 2000). Apalagi di dalam masyarakat kita, begitu banyak tekanan tradisi yang mengecam perceraian (Sappiro dalam Sudarto & Wirawan, 2000). Uraian tersebut menjadi alasan sehingga penelitian ini difokuskan pada penyebab dan berubahnya status pada perempuan yang bercerai. Hal tersebut didasarkan fakta empiris yang menunjukkan bahwa secara psikis perempuan lebih peka terhadap status janda karena perceraian dari pada laki-laki yang bercerai. Goldenberg (1996) dalam Nur aeni & Naimah (2004) menyatakan bahwa tidak sedikit dari perempuan yang berpikir dan berharap lebih baik menjadi janda karena pasangannya meninggal dari pada karena bercerai. Sehingga rumusan masalahnya adalah bagaimana dinamika psikologis perempuan yang bercerai terutama penyebab dan status jandanya? METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah studi kasus deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 2. Teknik Penetapan Informan Penetapan informan dilakukan dengan teknik purposif didasarkan pada beberapa kriteria berikut: 1) Perempuan yang bercerai yang bertempat tinggal di Purwokerto Barat dan Purwokerto Utara. 2) Masa bercerainya maksimal 2 tahun yang lalu (kasus bercerai terjadi mulai tahun 2006 2007). 15

PSYCHO IDEA, Tahun 7 No1, Februari 2009 ISSN 1693-1076 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan informan dan informan kunci serta observasi langsung ekspresi wajah dan gerak-gerik mereka ketika sedang diwawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan dan informan kunci dengan berpedoman pada guide interview untuk menghindari meluasnya materi wawancara dalam kegiatan pengumpulan data di lapangan sehingga kemubaziran data dapat terhindari. Adapun data sekunder merupakan informasi pelengkap data primer. 4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Sesudah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan adalah mengadakan penafsiran data dan konseptualisasi, sehingga dapat diperoleh suatu simpulan yang memadai. Analisis data dalam penelitian ini berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data melalui tiga tahap yaitu penyajian data, reduksi data, dan verifikasi data. Ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan. Penelitian ini dilakukan dengan bentuk interaktif dari ketiga komponen tersebut, yaitu kemungkinan terjadinya pengulangan-pengulangan yang sangat berarti dalam bentuk atau proses siklus. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Profil Informan Dari 6 informan perempuan bercerai sebagai informan kunci atau subjek (yang selanjutnya disingkat S) serta 6 informan sekunder dalam penelitian ini (yang selanjutnya disingkat I) memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan yang bervariasi. Profil informan kunci dapat dilihat pada tabel 3 16

NUR AENI & RETNO DWIYANTI, Dinamika Psikologis Perempuan yang Bercerai (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda pada Kasus Perceraian di Purwokerto)... NO USIA (TH) Tabel 3. Profil Informan Kunci (Subjek) PEND. PEKERJAAN LAMA PERNIKAHAN LAMA STATUS JANDA 1 25 SMU Karyw. pabrik 3 bulan 1 th 7 bl 2 37 S1 Tidak bekerja 2 tahun 1 tahun 3 41 SD Tidak Bekerja 14 tahun 1 tahun 7 bl 4 38 SMU Penjahit 12 tahun 10 bl 5 37 SMU Wiraswasta 12 tahun 1 tahun 2 bl 6 25 SMU Tidak bekerja 4 tahun 7 bulan Sumber : Hasil penelitian Adapun profil informan sekunder adalah : Tabel 4. Profil Informan Sekunder NO USIA (TH) PEND. JENIS KELAMIN PEKERJAAN RELEVANSI DENGAN INFORMAN 1 23 SMU L MAHASISWA Keponakan 2 22 S1 P Guru Keponakan 3 45 SD P Ibu rumah Teman dekat tangga 4 42 S1 P Ibu rumah Tetangga tangga 5 57 SR P Ibu rumah Tante tangga 6 25 SMU L Wiraswasta Teman Sumber : Hasil penelitian b. Penyebab Terjadinya Perceraian Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap enam informan kunci atau subjek, penyebab terjadinya perceraian yang dialami informan cukup kompleks, diantaranya adalah karena pihak ketiga/berselingkuh, suami tidak bekerja, krisis akhlak suami/suka judi, dan adanya campur tangan keluarga. c. Perasaan setelah bercerai dan menjadi janda Perasaan senang dirasakan oleh informan 1 setelah bercerai, karena pada awalnya memang informan tidak pernah ada rasa cinta ke 17

PSYCHO IDEA, Tahun 7 No1, Februari 2009 ISSN 1693-1076 suaminya, dia menikahnya karena dijodohkan oleh kakaknya. Informan 2 merasa ada yang kurang, lega, bingung setelah bercerai dengan suaminya. Perasaan informan 3 setelah bercerai, lega dan bahagia. Merasa beban yang menghimpit sudah terlepas sebagian, karena informan merasa selama menikah merasa terpaksa dan terbebani dengan kondisi suaminya yang tidak pernah mau bekerja. Perasaan informan 4 setelah bercerai, berat berpisah karena informan masih ada rasa cinta ke suaminya, tidak ada teman curhat. Informan tidak mau mempertahankan perkawinannya karena suami tidak bisa berubah perilakunya yang masih suka judi serta tidak ada alasan untuk mempertahankan perkawinannya karena tidak punya anak. Perasaan informan 5 setelah bercerai dan menjadi janda, awalnya sedih, sakit hati tapi lama kelamaan informan merasa santai. Perasaan informan 6 setelah bercerai dan menjadi janda, minder, malu tapi sekarang informan merasa lega karena sudah tidak ada orang yang reseh kepadanya. 2. Pembahasan a. Penyebab terjadinya perceraian secara umum Penyebab terjadinya perceraian itu sangat beragam. Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat dilihat ragam sebab tersebut, yaitu : adanya pihak ketiga, alasan menikah, tidak ada keharmonisan, krisis akhlak suami, campur tangan keluarga dan ekonomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1994) yaitu : jumlah anak, kelas sosial, kemiripan latar belakang, saat menikah, alasan menikah, saat pasangan menjadi orang tua, status ekonomi, model pasangan sebagai orang tua, posisi umum masa kecil keluarga, dan mempertahankan identitas. Sebab perceraian yang terjadi pada kenyataannya dipengaruhi oleh alasan saat menikah. Seperti pada informan 1 dan 3 yang pada saat menikah mereka tidak ada rasa cinta. Mereka menikah karena perjodohan. Dimana informan 3 berusaha menyesuaikan diri dengan suami namun ternyata tidak bisa menahan. Adanya pihak ketiga juga menjadi sebab utama terjadinya perceraian. Karena seperti dalam penelitian Khairunniswati (2004) yang menyatakan bahwa adanya pihak ketiga menimbulkan perasaan kecewa dan tidak dihargai, yang kemudian menjadikan terjadinya cerai gugat. Ini 18

NUR AENI & RETNO DWIYANTI, Dinamika Psikologis Perempuan yang Bercerai (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda pada Kasus Perceraian di Purwokerto)... yang dialami informan 4 dan 5, dimana mereka bercerai karena ditinggal berselingkuh oleh suaminya dengan perempuan lain. Alasan ekonomi juga merupakan faktor utama yang memicu perceraian. Pada informan 2, 3 dan 5 alasan mereka menggugat cerai adalah karena suami tidak bekerja dan tidak memberi nafkah. Masalah turut campurnya pihak keluarga atau mertua juga merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam keharmonisan rumah tangga. Seperti pada informan 6 dimana hal tersebut menyebabkan ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. b. Perasaan setelah bercerai dan menjadi janda Menurut Mitchell (1992) setelah bercerai dan menjadi janda akan merasakan trauma, penyesalan, kecewa, sakit hati, kesepian, marah, sedih, kehilangan dan berbagai perasaan buruk lainnya. Kemudian tergantung bagaimana strategi yang diambil untuk mengatasi perasaan tersebut. Seperti pada informan 1, 4, 5 dan 6 yang mengatasi perasaannya dengan melakukan banyak kesibukan agar pikiran tidak kosong dan melamun. Seperti dalam penelitian Sudarto & Wirawan (2000) yang menyatakan bahwa sebelum perceraian, individu memandang kehidupannya sebagai masa yang menyenangkan. Namun ketika ketegangan hadir dalam pernikahan dan mulai membahayakan pernikahan, kehidupan dipandang sebagai suatu kepahitan yang mendalam dan penuh penderitaan serta perjuangan. Namun dalam penelitian ini muncul perasaan bahagia, lega, tenang karena merasa terlepas dari belenggu kehidupan rumah tangganya yang dirasa sangat menyakitkan hati seperti yang dialami oleh informan 1, 2, dan 3. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya perceraian yang dialami informan adalah karena pihak ketiga/berselingkuh, ekonomi/suami tidak bekerja, krisis akhlak suami/suka judi, campur tangan keluarga. Perempuan yang bercerai dan berubah status menjadi janda mengalami perasaan senang, lega, bingung, bahagia, berat berpisah, tidak ada teman curhat, sedih, sakit hati, minder dan malu. 19

PSYCHO IDEA, Tahun 7 No1, Februari 2009 ISSN 1693-1076 SARAN Informan disarankan untuk tetap introspeksi diri, tetap tegar dan semangat dalam mencari nafkah bagi yang sudah bekerja serta jangan menutup diri untuk menerima orang lain yang mencintai dan ingin menikahinya walaupun tetap selektif agar kejadian/perceraian tidak terulang lagi. DAFTAR PUSTAKA Craig, G. J. 1992. Human Development. London: Prentice Hall. Endah, G.N., 2005, Fator-faktor Penyebab Perceraian dan Dampaknya terhadap Kehidupan Keluarga (Studi Kasus di Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, Skripsi, Yogyakarta : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Psikologi Pendidian dan bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNY. Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga. Khairunniswati. A.R. 2004. Studi Eksploratif Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Cerai Gugat Pada Pasangan Transmigrasi Jawa di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Mitchell, A. 1992. Psikologi Populer: Dilema Perceraian. Terjemahan oleh B. Joesoef. Jakarta: Arcan. Nur aeni & Na imah, T. 2004. Studi Tentang Latar Belakang dan Dampak Perempuan Bercerai. Jurnal Saintek. Purwokerto: LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Volume V No 1 Februari 2004: hal. 38-48. Pengadilan Agama Purwokerto, 2008. Data Kasus Perceraian. Sudarto, L dan Wirawan, H. E. 2000. Penghayatan Makna Hidup Perempuan Bercerai. Jurnal Ilmiah Psikologi "ARKHE" Thn. 20

NUR AENI & RETNO DWIYANTI, Dinamika Psikologis Perempuan yang Bercerai (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda pada Kasus Perceraian di Purwokerto)... 6/No. 23/2001. Jakarta.: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Walgito, B. 1984. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. 21