GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK Latar Belakang: Berdasarkan Survey Kesehatan Daerah tahun 2006, AKI di provinsi Jawa Tengah sebesar 101/100000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2007, sebesar 116,3/100000 kelahiran hidup. Kematian maternal diantaranya 41% pada waktu nifas, 28,5% disebabkan karena perdarahan, 22% eklamsia dan 10% infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan primipara tentang perdarahan post partum di ruang Melati I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan primipara tentang perdarahan post partum. Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah primipara yang ada di ruang Melati I. Teknik sampel dengan accidental sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 36 responden. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisa pengolahan data menggunakan uji ststistik dengan rumus distribusi frekuensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan primipara tentang perdarahan post partum di ruang Melati I paling tinggi cukup sebesar 58%, baik sebesar 42% dan kurang sebesar 0%. Kesimpulan: Gambaran pengetahuan primipara tentang perdarahan post partum di ruang Melati I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan kategori cukup. Kata kunci: perdarahan post partum, primipara, pengetahuan. *Dosen Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten
PENDAHULUAN Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus menjadi perhatian masyarakat dunia. Memasuki abad ke dua puluh satu, 189 negara menyerukan Millennium Declaration dan menyepakati Millennium Development Goals. Salah satu Tujuan Pembangunan Millennium (MDGS) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian tujuan tersebut. Millennium Declaration menempatkan kematian maternal sebagai prioritas utama yang harus ditanggulangi melalui upaya sistematik dan tindakan yang nyata untuk meminimalisasi risiko kematian, menjamin reproduksi sehat dan meningkatkan kualitas hidup ibu atau kaum perempuan (George Adriaansz, 2005). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa AKI pada tahun 2007 sebesar 228/100000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini turun dibandingkan pada tahun 2002 yang mencapai 307/100000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan Indonesia, 2007). Walaupun AKI telah menurun dengan adanya pemeriksaan, perawatan kehamilan, persalinan di rumah sakit dan adanya fasilitas transfusi darah, namun angka kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal (Khoman, 2002). Menurut SKRT 2001, penyebab kematian ibu karena obstetrik langsung sebesar 90%, sebagian besar perdarahan (pada saat hamil, melahirkan, atau bahkan masa nifas) (28%), eklamsia (24%), dan infeksi (11%) (Rukmini, 2005). Khususnya perdarahan post partum masih merupakan penyebab utama kematian ibu di negara berkembang (Sumantri,2004). Berdasarkan Survey Kesehatan Daerah tahun 2006, AKI di provinsi Jawa Tengah sebesar 101/100000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2007, sebesar 116,3/100000 kelahiran hidup. Kematian maternal diantaranya 41% pada waktu nifas, 28,5% disebabkan karena perdarahan, 22% eklamsia dan 10% infeksi (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2008). Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis. Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan berlanjut pada komplikasi nifas salah satunya adalah perdarahan post partum (Ari Sulistyawati, 2009). Perdarahan pervagianam / perdarahan post partum / post partum hemorargi / hemorargi post partum / PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan (Suherni, 2009). Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) ialah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan post partum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah perdarahan lebih dari 500 cc setelah 24 jam pasca persalinan. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Manuaba, 2007). Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum adalah paritas. Paritas yang tinggi atau multipara akan menjadi salah satu faktor pencetus atonia uteri (Prawiroharjo, 2002), yang apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan perdarahan post partum. Menurut Rukmini dan LK Wiludjeng (2005) dari 12 kematian maternal di rumah sakit yang diteliti paling banyak kelompok umur 20 30 tahun sebesar 66,7% dan jumlah paritas lebih dari tiga orang sebesar 50%, kematian ibu karena perdarahan antepartum 8,3%, postpartum 33,3% yang terbanyak adalah pada jumlah paritas lebih dari tiga. Hasil survey study pendahuluan yang telah dilakukan pada 10-12 Januari 2012 di Ruang Melati I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten di dapatkan data, dari 14 ibu primipara, 2 orang (14%) diantaranya sudah mengerti perdarahan post partum yaitu keluarnya banyak darah (10 softex penuh) setelah melahirkan. Untuk sisanya yaitu 12 orang (86%) masih belum mengetahui tentang perdarahan post partum.
METODE Penelitian ini dilakukan di ruang Melati I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Juli 2 Agustus 2012. Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi subyek yang diteliti adalah ibu primipara yang ada di ruang Melati I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Setelah didapatkan data, bahwa jumlah ibu primipara pada bulan Desember 57 orang. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu primipara yang berada di ruang Melati I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kriteria inklusi : (a) Primipara umur 20 35 tahun; (b) Bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi : (a) Primipara dengan penyakit yang menyertai seperti preeklamsi berat (PEB), preeklamsi ringan (PER), dan eklampsi; (b) Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah berupa data primer yang didapatkan langsung dari responden. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Adapun analisa univariat meliputi tingkat pengetahuan, umur, pendidikan dan pekerjaan diikuti dengan prosentase. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik responden a. Umur Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur di ruang Melati I tahun 2012 (N: 36) Umur f % 20-25 28 78 26-30 8 22 31-35 0 0 Jumlah 36 100
Berdasarkan tabel 1 didapatkan jumlah responden berdasarkan umur sebagian besar adalah umur 20 25 tahun sebanyak 28 orang (78%). b. Pendidikan Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di ruang Melati I tahun 2012 (N:36) Pendidikan f % SMP 7 19 SMA/ SMK 29 81 Jumlah 36 100 Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data pendidikan responden sebagian besar adalah SMA/SMK sebanyak 29 orang (81%). c. Pekerjaan Tabel 3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di ruang Melati I tahun 2012 (N: 36) Pekerjaan f % Tidak Bekerja 25 69 Buruh 11 31 Jumlah 36 100 Berdasarkan tabel 3 didapatkan data pekerjaan responden mayoritas adalah tidak bekerja sebanyak 25 orang (69%). 2. Gambaran pengetahuan primipara tentang perdarahan post partum Tabel 4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang perdarahan post partum di ruang Melati I tahun 2012 (N: 36) Pengetahuan f % Baik 15 42 Cukup 21 58
Kurang 0 0 Jumlah 36 100 Berdasarkan tabel 4 didapatkan tingkat pengetahuan tentang perdarahan post partum pada primipara sebagian besar cukup baik sebanyak 21 orang (58%). 3. Gambaran pengetahuan tentang perdarahan post partum berdasarkan umur Tabel 5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang perdarahan post partum berdasarkan umur di ruang Melati I tahun 2012 Umur Baik Cukup Total f % f % f % 20-25 13 36 15 41 28 77 26-30 2 6 6 17 8 23 Jumlah 15 42 21 58 36 100 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui sebagian besar responden adalah berumur 20-25 tahun sebanyak 28 orang dengan pengetahuan cukup sebanyak 15 orang. 4. Gambaran pengetahuan perdarahan post partum berdasarkan pendidikan Tabel 6 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang perdarahan post partum berdasarkan pendidikan di ruang Melati I tahun 2012 Pendidikan Baik Cukup Total F % F % F % SMP 1 3 6 17 7 20 SMA/SMK 14 38 15 42 29 80 Jumlah 15 42 21 58 36 100
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui sebagian besar responden berpendidikan SMA/SMK sebanyak 29 orang dengan pengetahuan cukup sebanyak 15 orang. 5. Gambaran pengetahuan perdarahan post partum berdasarkan pekerjaan Tabel 7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang perdarahan post partum berdasarkan pekerjaan di ruang Melati I tahun 2012 Pekerjaan Baik Cukup Total f % f % f % Tidak Bekerja 9 25 16 44 25 69 Buruh 6 17 5 14 11 31 Jumlah 15 42 21 58 36 100 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui mayoritas responden adalah sebagai tidak bekerja sebanyak 25 orang dengan pengetahuan cukup sebanyak 16 orang. B. Pembahasan Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tentang perdarahan post partum dalam kategori cukup. Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui pula bahwa sebagian besar responden mendapatkan pengetahuan mengenai perdarah post partum dari media massa dan tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Dimana proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengajar, metode yang digunakan, kurikulum, subyek belajar, perpustakaan dan sebagainya. Melalui faktor-faktor tersebut bila tersedia dengan baik, maka proses belajar akan lebih efektif dan hasilnya akan lebih optimal sehingga diharapkan pengetahuan akan meningkat. Selain melalui pendidikan formal, pengetahuan seseorang dapat juga dipengaruhi oleh seminar dan penelitian.
Karena dengan latihan, tugas-tugas dan aktivitas yang terkait dengan kemampuan kognitif dapat mempengaruhi perilaku dan pola pikir yang lebih positif. Berdasarkan tabel 5 hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur 20 25 tahun sebanyak 28 orang dengan pengetahuan cukup 15 orang (42%).. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, karena dalam usia tersebut dikenal sebagai kurun waktu reproduksi sehat yaitu usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui, oleh sebab itu yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pelaksanaan persalinan. Usia tersebut tergolong usia ibu muda dan aktif ingin tahu tentang kehamilan, merawat bayi dan perawatan payudara. Berdasarkan tingkat pengetahuan, umur 20-25 tahun menunjukkan pengetahuan responden yang cukup. Menurut pendapat Hurlock.B.E (2002), bahwa semakin meningkatnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalm berfikir dan bekerja akan lebih matang namun dalam proses berfikir tidak seperti pada usia belasan tahun. Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa sebaian besar responden berpendidikan SMA/SMK sebanyak 29 orang dengan pengetahuan cukup 15 orang (42%). Hal ini dikarenakan responden dengan pendidikan lebih tinggi mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan dasar. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005) bahwa pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan positif yang meningkat. Dengan pendidikan yang cukup tinggi terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri seorang individu. Selain itu semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah responden tersebut dalam menerima informasi (Soekanto, 2002). Tingkat pendidikan melatar belakangi pengetahuan seseorang. Dengan demikian yang cukup tinggi terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu
Notoatmodjo (2003). Sehingga responden akan lebih mudah menerima pengaruh dari luar, lebih objektif dan terbuka terhadap berbagai informasi, termasuk informasi kesehatan. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Berdasarkan faktor yang melatar belakangi dan perguruan tinggi mempunyai tingkat pengetahuan baik dan tidak ada yang berpengetahuan kurang sehingga tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuan responden tentang perdarahan post partum. Seseorang dikatakan mempunyai pengetahuan baik bila di dukung banyaknya pengetahuan dari informasi yang diperolehnya, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya sehingga akan memiliki pengetahuan baik pula. Begitu juga sebaliknya bila informasi yang didapat kurang maka tingkat pengetahuannya juga akan lebih rendah dibanding dengan yang banyak mendapat informasi sehingga akan memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan tabel 7 hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sebagai tidak bekerja sebanyak 25 responden (69%) dengan pengetahuan cukup 16 orang (44%). Hal ini dikarenakan orang yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak karena tidak terikat waktu kerja yang pasti untuk mencari informasi baik dari tenaga kesehatan maupun media informasi seperti media cetak dan elektronik. Seperti yang disampaikan oleh Suryatni (2004), bahwa seseorang yang kehidupannya tidak disibukkan dengan pekerjaan mempunyai kesempatan lebih untuk mendapatkan informasi baik melalui tenaga kesehatan atau media informasi (TV, radio, tabloid atau majalah kesehatan, leaflet, dan koran), serta mengikuti pelatihan-pelatihan dan kegiatan lain yang bersifat menambah pengetahuan. Menurut Soekanto (2002) seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan banyak akal dan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang cukup. Keadaan ini disebabkan karena responden lebih banyak mendapatkan informasi dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Semakin banyak informasi maka semakin baik pengetahuan, semakin tinggi pendidikan, semakin baik pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Sosial budaya yang terwujud dalam kelakuan seseorang, dalam lingkungan sosialnya juga mempengaruhi pengetahuan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan primipara tentang perdarahan post partum adalah cukup sebesar 59 %. 2. Tingkat pengetahuan primipara tentang perdarahan post partum di ruang Melati I RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten berdasarkan umur didapatkan hasil sebagian besar responden berumur 20 35 tahun dengan pengetahuan cukup sebesar 42%. 3. Tingkat pengetahuan tentang perdarahan post partum di ruang Melati I RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten berdasarkan pendidikan didapatkan hasil sebagian besar responden berpendidikan SMA/SMK dengan pengetahuan cukup sebesar 42%. 4. Tingkat pengetahuan tentang perdarahan post partum di ruang Melati I RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil sebagian besar responden sebagai IRT/tidak bekerja dengan pengetahuan cukup sebesar 44%. B. Saran 1. Bagi instalasi kesehatan Dapat memberikan gambaran dan penyuluhan yang lebih jelas mengenai perdarahan post partum sehingga pengetahuan primipara lebih baik. 2. Bagi primipara
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang perdarahan post partum dapat dengan cara bertanya pada petugas kesehatan, membaca buku atau mengikuti penyuluhan kesehatan primipara lebih mengerti apa yang dimaksud dengan perdarahan post partum sehingga primipara dapat mengetahui cara mencegah perdarahan post partum serta dapat mengaplikasikannya secara langsung informasi yang telah didapat. 3. Bagi profesi perawat Meningkatkan kualitas dalam penanganan perdarahan post partum dan memberikan pendidikan kesehatan tentang perdarahan post partum. 4. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman dalam mengaplikasikan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama ini, khususnya ilmu yang menyangkut dan berhubungan dengan penelitian. DAFTAR REFERENSI Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta; 2009 Dinkes. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang; 2010 Manuaba IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluarga Berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC; 2007 Notoadmojo, S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta; 2003. Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta; 2006. Suherni, dkk. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya; 2009 Sulistyawati, Ari. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas; Ed. I. Yogyakarta: Andi; 2009