BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anak. Peristiwa ini dapat menjadi suatu peristiwa yang menegangkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat diperlukan oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. interaksi anak dan kemampuan untuk menguasai keterampilan motorik dan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik, sedangkan perkembangan merupakan segala perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN TENTANG SOSIALISASI ANAK DENGAN TEMAN SEBAYA DALAM PERKEMBANGAN SOSIALNYA DI TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI 1 KANTOR GUBERNUR PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu rasa yang wajar dan natural (Setiawani, 2000).

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemandirian yang dimiliki oleh setiap manusia berawal dari masa anak anak. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menegangkan, menakjubkan, menakutkan, menyenangkan atau menimbulkan rasa asing bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

FASE PRASEKOLAH (USIA TK) Usia 2-6 tahun Kesadaran sebagai pria atau wanita Dapat mengatur dlm buang air (toilet training) Mengenal beberapa hal yg di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Nur Hayati, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemandirian anak dalam melakukan aktivitas merupakan bagian yang teramat penting dalam upaya mendidik

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Hal ini terlihat pada anak TK, dimana para siswa yang masih berumur antara 4-6 tahun melakukan adaptasi diri dengan lingkungan sekolahnya. Anak yang bisa berinteraksi sosial yaitu mampu menyesuaikan diri dengan baik akan terlihat dari ekspresi wajahnya, terlihat keceriaan anak seperti berlari kesana kemari, tertawa, dan sebagainya yang dilakukannya bersama dengan teman sebayanya karena adanya kemampuan dalam diri anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya. Anak yang awalnya hanya berinteraksi di rumah, saat telah masuk taman kanak-kanak dituntut untuk bisa beradaptasi denganlingkungan sekolah dan teman barunya. Lingkungan sekolah dapat menjadi sarana bagi pengembangan potensi dan prestasi anak. Semua aspek dalam diri anak berkembang sesuai dengan stimulus dan potensi yang ada dalam dirinya. Anak usia prasekolah menunjukkan perkembangan motorik, verbal dan ketarampilan sosial secara progresif. Perkembangan anak pada masa ini adalah meningkatnya antusiasme dan energi untuk belajar dan menggali banyak hal. Sesuai dengan tahap perkembangan psikososial Erickson, anak prasekolah berada pada tahap inisiatif vs rasa 1

2 bersalah. Pada tahap ini, konflik yang paling menonjol adalah berkembangnya inisiative terhadap satu sasaran atau tujuan yang lain. Namun demikian, kalau usahanya di beri kesempatan dengan disertai cemoohan, boleh jadi rasa bersalah (guilt) akan berkembang dalam dirinya. (Mutiah, 2010: 28). Seorang anak yang telah mencapai usia sekolah, kehidupan rumah yang ia jalani akan digantikan dengan kehidupan sekolah. Pertama sekali anak mungkin menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan orang-orang yang ada di sekolah, tetapi jika ditangani dengan baik, kesulitan beradaptasi tersebut dapat diatasi dengan cepat. Pada dasarnya, seorang anak yang akan pergi ke sekolah memiliki beban emosional tertentu seperti rasa cemas atau takut yang berpotensi menyebabkan anak enggan untuk berangkat sekolah. Aktifitas baru dimana anak akan menjalani rutinitas ketika memasuki masa sekolah akan menjadi tahap untuk dapat membentuk kepribadian anak. Mulai dari harus bangun pagi, memakai seragam sekolah, sampai berkumpul bersama teman dan guru. Rutinitas seperti ini akan membantu anak menumbuhkan kepercayaan dirinya. Namun ini tidak terjadi pada semua anak. Sebagian anak mengalami kecemasan ketika akan berangkat bahkan berada di sekolah. Dari hasil wawancara terhadap salah satu Kepala sekolah TK di Kota Binjai yang dilakukan pada bulan Oktober 2016, ada beberapa anak yang mengalami kecemasan ketika menghadapi lingkungan sekolah. Anak selalu menangis ketika terdapat guru baru atau guru magang di sekolahnya. Selain itu, ada juga anak yang tiba-tiba menangis dan tidak mau masuk sekolah ketika melihat orang tua nya pulang. Padahal bila diamati, kedatangan guru baru ataupun

3 orang tua yang pulang setelah mengantar, bagi sebagian anak merupakan hal biasa. Hal ini bertolak belakang dengan tahap perkembangan sosial pada anak usia 4-6 tahun yang memiliki ciri-ciri diantaranya, bersikap kooperatif dengan teman, menunjukan sikap toleran, menunjukan rasa empati, mampu menyesuaikan diri dan memahami peraturan yang berlaku di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat (Wiyani, 2014: 34). Jika kita perhatikan kembali, perasaan tidak aman, cemas dan takut yang berlebihan terhadap sesuatu hal yang baru dalam waktu yang lama dan cenderung tidak berubah, merupakan ciri-ciri anak yang mengalami fobia bersekolah. Merasa takut dan cemas adalah salah satu respon anak fobia sekolah. Orang yang merasa takut akan menghindari obyek atau orang yang ditakuti. Sebagaimana rasa takut, rasa cemas lebih ditimbulkan oleh sebab yang dibayangkan dibandingkan dengan sebab yang nyata. Hurlock (2013: 221) mengatakan bahwa kecemasan bergantung pada kemampuan membayangkan sesuatu yang tidak tertampung di depan mata, sehingga perasaan ini berkembang lebih kemudian dibandingkan dengan rasa takut. Rasa cemas sering kali dijumpai pada masa sekolah awal dan cenderung meningkat pada masa kanak-kanak. Psikolog Anak Farah Agustin menyatakan bahwa, berdasarkan penelitian tahun 2005 di Amerika Serikat menunjukkan gangguan kecemasan adalah salah satu bentuk penyakit jiwa yang dialami anak-anak. Jumlah penderitanya tiap tahun bertambah sebanyak 10 %. Sedangkan di Indonesia sendiri, setiap tahun penderita fobia sekolah naik sebanyak 12 % (Ma ruf, 2008). Jika dibiarkan terus-menerus

4 tanpa mencari solusinya, kasus fobia sekolah akan bertambah setiap tahunnya di Indonesia. Hal seperti ini tentu akan mengganggu perkembangan anak. Musbikin (2012: 20) mengatakan bahwa fobia sekolah adalah bentuk ketakutan yang tidak masuk akal terhadap sekolah. Gangguan ini biasanya muncul ketika jam berangkat sekolah tiba, dan segera hilang setelah saat itu berlalu atau hari libur. Ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya fobia sekolah, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri anak yang mempengaruhi terjadinya fobia sekolah. Faktor tersebut adalah intelegensia, jenis kelamin, kondisi fisik, urutan kelahiran, dan kepribadian. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar dari diri anak yang mempengaruhi fobia sekolah. Faktor tersebut adalah status sosial ekonomi, hubungan sosial, lingkungan, dan pola asuh orang tua. Ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya terutama dari pihak sekolah, guru, maupun orang tua. Tidak dapat dipungkiri, hubungan anak dengan teman sebayanya tidak selalu berjalan baik. Tak jarang anak mengalami kejadiankejadian yang membuatnya merasa sekolah adalah tempat yang tidak aman dan menakutkan. Penyebab anak merasakan hal tersebut adalah karena seringnya anak mendapatkan pengalaman negatif ketika berada di sekolah, seperti saat anak mendapatkan ejekan, terasingkan, dan kata-kata kasar dari teman-temannya. Hal itu yang menyebabkan anak menjadi menangis, takut bahkan tidak mau berada di sekolah lebih lama lagi. Selain itu, guru yang galak dan sering menunjukkan tempramen yang tinggi di depan anak dapat menyebabkan anak menjadi trauma untuk kembali ke

5 sekolah. Hal ini bisa terjadi saat anak dimarahi atau dihukum oleh guru yang dapat menyebabkan anak mendapatkan luka fisik, batin maupun tekanan psikis. Tugas yang diberikan guru dari sekolah juga dapat menjadi salah satu faktor anak tidak mau sekolah. Anak merasa bosan dan merasa waktu bermainnya berkurang jika harus mengerjakan tugas lagi di rumah. Meskipun orang tua dan guru mencoba membantu sedapat mungkin untuk mengejar ketinggalan sekolah, namun biasanya tetap saja hasil pelajaran sekolah memburuk karena terlalu lama tidak masuk sekolah. Ini mungkin saja akan mempengaruhi anak sedemikian rupa sehingga ia tidak lagi suka sekolah. Banyak orang tua bingung menghadapi perubahan sikap anaknya yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan bebagai macam alasan, mulai dari sakit kepala, sakit perut, sakit kaki, dan seribu alasan lainnya. Bagi orangtua yang anaknya masih kecil, pemogokan ini tentu membuat pusing karena menimbulkan kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat. Problema di dalam keluarga juga bisa jadi penyebab anak tidak mau bersekolah. Jika anak sering melihat orang tuanya bertengkar, ia akan mengalami tekanan emosional dan membuatnya tak bisa berkonsentrasi di sekolah. Orang tua yang sangat takut akan lingkungan yang tidak aman sering mengurung anak di rumah, dan memberikan TV, atau Play Station-Sega. Hal ini sangat sayang karena pada usia 4-6 tahun anak paling siap untuk belajar secara aktif. Akibat terlalu sering dilarang berinteraksi di luar rumah dan diberikan fasilitas lengkap, alhasil anak jadi tidak memiliki keinginan untuk bersekolah dan berinteraksi

6 dengan teman sebayanya di luar rumah. Hal ini justru sangat mempengaruhi aspek perkembangan sosial anak. Orang tua yang terlalu lelah karena bekerja dan ingin anaknya diam, sopan dan tenang, juga merugikan pertumbuhan anaknya. Bila ini terjadi cukup lama sehingga anak memperoleh kebiasaan untuk nonton TV daripada mempelajari halhal di lingkungan mereka, maka anak-anak ini kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi mereka. Menghadapi kenyataan dan kondisi di atas, apa yang sebaiknya dilakukan orang tua agar kendali pendidikan dan pengasuhan anak tetap berada di pundak mereka sehingga tidak terjadi hal-hal negatif yang dapat merugikan perkembangan fisik dan mental anak di masa yang akan datang. Orangtua sebaiknya perlu bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menyikapi pemogokan anak, agar dapat memberikan penanganan yang benar-benar tepat. Hal ini mengundang pemikiran peneliti untuk mencari tahu apa faktor yang menyebabkan anak mengalami fobia sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul Studi Tentang Faktor Penyebab Anak Fobia Sekolah di TK Kemala Bhayangkari 5 Binjai. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: 1. Anak mengalami kecemasan ketika tidak melihat orangtuanya 2. Anak kerap kali mendapat pengalaman negatif dari teman sebaya ketika berada di sekolah.

7 3. Respon negatif dari guru menyebabkan anak trauma untuk kembali ke sekolah. 4. Tugas yang diberikan guru dari sekolah menyebabkan anak bosan dan enggan untuk pergi kesekolah. 5. Anak mengalami tekanan karena sering melihat orang tua bertengkar. 6. Orang tua terlalu memenuhi semua fasilitas di rumah sehingga anak merasa enggan untuk sekolah. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah yang dianggap sangat penting untuk di teliti khususnya tentang faktor penyebab anak fobia sekolah di TK Kemala Bhayangkari 5 Binjai. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah faktor penyebab anak mengalami fobia sekolah di TK Kemala Bhayangkari 5 Binjai? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa faktor penyebab anak mengalami fobia sekolah di TK Kemala Bhayangkari 5 Binjai. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam pendidikan anak usia dini khususnya pada kasus anak fobia sekolah.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Sebagai bahan acuan dalam memperhatikan perkembangan anak dan tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi kasus anak fobia sekolah. b. Bagi sekolah Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah untuk mengantisipasi agar tidak terjadi lebih banyak kasus anak fobia sekolah. c. Bagi orang tua Sebagai bahan masukan agar orang tua tahu karakteristik, penyebab, dan penanganan bagi anak yang mengalami fobia sekolah. d. Bagi peneliti Sebagai bahan berharga bagi peneliti dalam rangka menambah wawasan pengetahuan, serta pengembangan diri khususnya pada bidang penelitian. e. Bagi peneliti lain Sebagai referensi awal dalam mengembangkan topik penelitian yang lebih mendalam.