LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Khoirsyah Riati, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER. By: Novianty Elizabeth.SH.M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Saat ini Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. itu pada hakikatnya adalah akhlak, karakter yang baik disebut akhlak alkarimah,

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

Transkripsi:

LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Wahyu Okta Sulistiani Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145 E-mail: wahyu.soerati@gmail.com Abstrak: Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana loyalitas dan peran aktif siswa dalam mendukung penguatan pendidikan karakter. Melalui loyalitas dan peran aktif siswa ini diharapkan mampu memupuk akhlak mulia pada diri siswa karena siswa secara tidak langsung dilibatkan dalam mendukung implementasi pendidikan karakter secara nyata. Dengan melibatkan siswa untuk mendukung penguatan pendidikan karakter diharapkan mampu membentuk identitas diri siswa secara kokoh yang berpedoman kepada nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarkat. Kata kunci: loyalitas, peran aktif siswa, penguatan pendidikan karakter Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam mencerdasakan kehidupan bangsa. Pada dasarnya dalam pembentukan karakter siswa, fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut tidak diimplementasikan dalam lembanga pendidikan secara nyata. Hingga saat ini masih banyak kasus kenakalan remaja dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini mencerminkan masih rendahnya karakter (moral) masyarakat di Indonesia terutama diusia remaja. Salah satu kenakalan remaja yang masih terus menjadi sorotan dan perhatian hingga saat ini adalah penyalahgunaan narkoba. Remaja Indonesia menyumbang 27,32% dari jumlah penduduk dalam hal penyalahgunaan narkoba (Surya, 2017). Selain dari penyalahgunaan narkoba, masih terdapat kasus lain dalam kenakalan remaja diantaranya pencurian, pemerkosaan, aborsi, tawuran dan lain sebagainya. Maraknya kasus kenakalan remaja di Indonesia ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter bagi siswa harus terus dikembangkan dan diperkuat. Hal ini dikarenakan pada hakekatnya pendidikan karakter tidak hanya mendidik budi pekerti yang menekankan nilai moralitas manusia saja. Akan tetapi, pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti dengan nilai tambah yaitu pengetahuan, perasaan dan tindakan nyata yang mampu membentuk kepribadian siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. 467

Lickona (2010) menyatakan ada tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral). Ketiga komponen ini merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh siswa agar siswa bisa memahami, merasakan dan bertindak sesuai nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pendidikan karakter secara nyata di sekolah memerlukan loyalitas dan peran aktif para siswa. Hal ini penting dilakukan karena siswalah yang menjadi tujuan utama dibentuknya penanaman karakter. Dimana karakter yang ditanamkan dalam benak siswa terkait nilai-nilai, budaya dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat sehingga tidak terjadi lost generation dalam hal budaya dan karakter bangsa (Sirajuddin, 2010). Melalui loyalitas dan peran aktif siswa ini diharapkan mampu memupuk akhlak mulia pada diri siswa karena siswa secara tidak langsung dilibatkan dalam mendukung implementasi pendidikan karakter secara nyata. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana loyalitas dan peran aktif siswa dalam mendukung penguatan pendidikan karakter. Dengan melibatkan siswa untuk mendukung penguatan pendidikan karakter diharapkan mampu membentuk identitas diri siswa secara kokoh yang berpedoman kepada nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarkat. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Pada hakikatnya pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi insan yang lebih baik, mampu menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan akhlak, pendidikan moral dan pendidikan watak. Pendidikan karakter ini bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk meberikan keputusan baik maupun buruk, memelihara apa yang baik, meujudkan dan menebarkan kebaikan itu di dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat dengan sepenuh hati (Uyun, 2012). Akan tetapi, pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan nilai yang baik dan buruk saja. Pendidikan karakter dalam hal ini berbicara mengenai bagaimana caranya menanaman menanamkan kebiasaan baik kepada siswa, sehingga siswa mampu memahami 468

dengan sendirinya batasan-batas antara hal yang baik dan buruk untuk dirinya sendiri. Selain itu, dengan menanamkan kebiasaan baik siswa diharapkan mampu melakukan dan menerapkan kebiasaan baik tersebut di lingkungan masyarakat dalam kehidupan seharihari. Dengan demikian pendidikan karakter merupakan pemberian tuntutan kepada siswa agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimesi hati, pikiran, raga, rasa, dan karsa (Julaiha, 2014). Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa menjadi tangguh, berakhlah mulia, bermoral, bertoleran, berjiwa patriot, mampu berfikir kritis dan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai serta norma sosial yang berkalu di dalam masyarakat. Untuk itu, dalam membentuk karakter siswa perlu menerapkan dan menularkan hal-hal baik dan patut untuk dicontoh oleh siswa melalui proses belajar mengajar dan pembiasaan secara terus menerus dalam jangka panjang serta dilakukan dengan konsisten. Keefektifan pendidikan karakter sangat ditentukan oleh adanya pembelajaran (teaching), keteladanan (modeling), penguatan (reinforcing) dan pembiasaan (habituating) yang dilakukan secara serentak dan berkelanjutan (Sudrajat, 2011). Lebih lanjut pelaksanaan pendidikan karakter ini melibatkan tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat. Pada saat sekolah akan menerapkan pendidikan karakter dengan menanamkan nilai-nilai karakter, maka setiap nilai-nilai karakter harus disampaikan oleh guru melalui proses belajar mengajar dengan mempraktikkan secara nyata kepada siswa. Selanjutnya nilai-nilai tersebut diperkuat oleh dukungan dari keluarga dalam membentuk dan mengembangkan perilaku siswa yang berkarakter secara berkesinambungan dan terus menerus. Dalam hal ini masyarakat secara umum juga memiliki peranan dalam pembentukan karakter siswa. Hal ini dikarenakan masyarakat atau lingkungan adalah wahana praktik secara langsung oleh siswa ketika siswa menerapkan nilai-nilai karakter yang telah didapatkannya. Adapun nilai-nilai karakter yang hingga saat ini masih terus dikembangkan menurut character count, yaitu dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tanggung jawab, jujur, peduli, kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun dan integritas (Gunawan, 2012). Berdasarkan nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa tersebut, maka proses 469

belajar mengajar yang bermuatan pendidikan karakter harus mampu menjadikan siswa mengenal, menyadari/peduli dan mampu menerapkan nilai-nilai karakter kedalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan karakter sangat penting diterapkan dan terus dikembankan karena tidak hanya mampu menjadikan siswa cerdas dalam bidang akademik saja. Akan tetapi, siswa yang mendapatkan pendidikan karakter akan mempunyai bekal budi pekerti dan sopan santun. Dimana hal tersebut bisa menjadikan diri siswa lebih bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER Dalam upaya memaksimalkan implementasi pendidikan karakter diperlukan penguatan dari berbagai pihak, salah satunya siswa itu sendiri yang menjadi tujuan utama dalam pengembangan pendidikan karakter. Memperhatikan hal tersebut untuk menjadi penerus dan pelaksana pembangunan di segala bidang, siswa harus mampu keningkatkan kemampuan diri menjadi manusia yang mandiri dan berkarakter. Siswa dapat memiliki karakter apabila siswa mempunyai integritas. McCain dan Salter (2009) menegaskan yang dimaksud dengan integritas adalah kesetiaan pada nurani dan kejujuran pada diri sendiri. Dalam hal ini integritas juga dapat diartikan sebagai loyalitas dan peran aktif siswa dalam mendukung penguatan pendidikan karakter. Kesetiaan pada nurani dapat diartikan sebagai loyalitas siswa, dimana siswa dengan sepenuh hati akan mendukung semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan karakter pada diri siswa itu sendiri. Selain itu, dengan hati nuraninya siswa akan semangat menjalankan kegiatan untuk mengembangkan karakter dirinya. Sedangkan kejujuran pada diri sendiri merupaka salah satu bentuk peran aktif siswa. Dikatakan sebagai salah satu bentuk peran aktif siswa karena sikap jujur pada diri sendiri adalah modal awal bagi siswa dalam pembentukan karakter. Setelah siswa mampu jujur pada diri sendiri secara tidak langusng siswa akan melakukakn hal-hal baik lainnya, misalnya suka menolong, berlaku sopan, berkahlak mulia, aktif dalam segala hal kebaikan, kreatif dan mampu berfikir kritis. Berdasarkan hal diatas, loyalitas dan peran aktif siswa mempunyai laindasa yang kuat dalam pembentukan katakter pada diri siswa. Ini terjadi karenan siswalah yang mampu mengukur diri sendiri untuk menjadi manusia yang memiliki kecerdasan, pengetahuna, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri di dalam 470

bermasyarakat. Oleh sebab itu, proses belajar mengajar yang dilakukan harus dapat mewujudkan katakter siswa menjadi lebih baik dan bermanfaat (Raharjo, 2010). Dengan demikian melalui loyalitas dan peran aktif siswa dalam pembentukan karakter diri akan mempermudah guru dalam penguatan pendidikan katakter dalam diri siswa. Hal ini dikarenakan siswa turut membantu dan mampu bekerja sama dengan semua pihak untuk semakin memperbaiki diri, dengan tujuan agar siswa bisa diterima dalam lingkungan masyarakat dengan baik pula. SIMPULAN DAN SARAN Pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti yang mempunyai nilai tambah sebagai bekal untuk memperkuat karakter siswa. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan karakter (moral) siswa menjadi lebih baik lagi sehingga mampu diterima di lingkungan masyarakat. Dengan adanya pendidikan karakter ini diharapkan tindak kenakalan remaja yang terdidik bisa berkurang. Dalam penanaman pendidikan karakter ini diperlukan dukungan dari semua pihak termasuk siswa itu sendiri. Siswa dapat mendukung penanaman pendidikan karakter dengan loyalitasnya dan peran aktif siswa untuk membentuk karakter dirinya sendiri. Bentuk loyalitas siswa dalam penguatan pendidikan karakter ini bisa dilihat dari tindakan siswa yang dengan sepenuh hati mendukung dan menerima semua kegiatan di sekolah dalam pembentukan karakter. Sedangkan peran aktif siswa dapat dilihat dari cara siswa bersosialisasi dengan orang tua, teman, guru dan lingkungan sekitar dalam menerapkan nilai-nilai karakter yang telah didapatkan di sekolah. Dengan adanya dukungan dari siswa ketika pembentukan karakter ini, diharapkan penanaman pendidikan karakter pada diri siswa akan semakin mudah karena tujuan utama pendidikan karakter ini dibentuk adalah untuk memperbaiki moral siswa. Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran yang dapat diajukan adalah bagi sekolah, sekolah perlu menciptakan kondisi yang lebih baik dalam memberikan penguatan karakter siswa. Sekolah dapat pula memberikan dorongan kepada siswa untuk tetap berkreasi tanpa adanya tekanan. Keteladanan guru juga penting dalam pembentukan karakter siswa, karena guru merupakan contoh nyata yang selalu menjadi perhatian siswa. Bagi orang tua atau keluarga, orang tua perlu memberikan perhatian dalam pembentukan 471

karakter anak dimulai sejak anak masih didalam kandungan. Orang tua dalam pembentukan karakter anak perlu memperhatikan setiap ucapan, tindakan dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, karena pembentukan karakter anak yang paling mendasar terletak pada sikap orang tua. Bagi lingkungan atau masyarakat, lingkungan atau masyarakat dapat mendukung pembentukan karakter siswa dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan yang bermanfaat di masyarakat. Selain itu, bentuk dukungan dari lingkungan atau masyarakat juga bisa berupa menghargai tindakan baik yang dilakukan oleh siswa dalam menerapkan nilai-nilai karakter yang telah didapatkannya. DAFTAR RUJUKAN Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Julaiha, S. 2014. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Dinamika Ilmu, 14(2), 226-238. Lickona, T. 2010. Educating for Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. McCain, J., dan Salter, M. 2009. Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Raharjo, 2010 Raharjo, S. B. 2010. Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 3, 229-238. Sirajuddin, N. 5 Mei 2010. Mereorientasi Pendidikan Karakter Indonesia. Harian Fajar Metro, hlm. 6. Sudrajat, A. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1), 47-58. Surya. 2017. 27,32 Persen Usia Remaja Indonesia Pengguna Narkoba, (Online), (http://surabaya.tribunnews.com/2017/08/15/2732-persen-usia-remaja-indonesiapengguna-narkoba), diakses 2 September 2017. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Jakarta: Fokus Media. Uyun, Z. 2012. Resiliensi dalam Pendidikan Karakter, (Online), (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/1769/c9.%20uyun- UMS%20(fixed).pdf;sequence=1), diakses 2 Mei 2017. 472