1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Babadan terletak di ujung Utara Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara. Satu desa terdiri dari lima dusun, yakni Dusun Penusupan, Cundukan, Babadan, Wringin, dan Jengkol. Tingkat keseluruhan jumlah penduduk Desa Babadan pun terbilang banyak. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari kantor Desa Babadan, jumlah penduduk desa Babadan berjumlah 3508 jiwa. Desa Babadan termasuk daerah perbatasan Kabupaten Bajarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Bagian Timur Desa Babadan yaitu Desa Binangun dan Kalidesel Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo, bagian Selatan yaitu Desa Pagentan Banjarnegara, Desa Tripis dan Wanasraya Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo, bagian Barat yaitu Desa Tegaljeruk dan Majasari Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara, sedangkan bagian Utara yaitu Desa Beji dan Semangkung Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak terlepas dari proses komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Proses komunikasi pada umumnya melibatkan penutur dan mitra tutur. Hal tersebut dikarenakan dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan informasi tertentu dari orang lain. Pada saat seseorang memberikan suatu informasi kepada orang lain, diharapkan mitra tutur dapat memahami maksud dan pesan yang disampaikan oleh penuturnya, hal tersebut bertujuan agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Untuk dapat memahami maksud yang disampaikan dalam berkomunikasi, yaitu dengan 1
2 menggunakan kajian tindak tutur. Austin (dalam Chaer, 2010: 27-29) tindak tutur dirumuskan sebagai tiga buah tindakan yang berbeda, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Melalui tiga bentuk tindakan tersebut, mitra tutur dapat menafsirkan pengunaan bahasa yang digunakan oleh penutur dalam berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk saling berinteraksi dengan orang lain dilingkungan masyarakatnya. Manusia dapat berinteraksi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa, karena bahasa mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi tersebut adalah sebagai alat komunikasi, yaitu untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, keinginan dan pendapat, termasuk untuk berinteraksi antar sesama. Hal tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan setiap manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa juga dapat memudahkan manusia dalam mengekspresikan segala keinginannya terhadap orang lain dengan menggunakan bahasa yang telah dimilikinya. Umumnya masyarakat Desa Babadan Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara berkomunikasi menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia, akan tetapi bahasa yang paling sering digunakan yaitu bahasa Jawa. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Babadan dalam berkomunikasi sehari-hari berbeda dengan masyarakat Kecamatan Pagentan pada umumnya. Masyarakat Kecamatan Pagentan dalam berinteraksi sehari-hari di lingkungan masyarakat menggunakan bahasa banyumasan ngapak, sedangkan masyarakat Desa Babadan menggunakan bahasa mbhandek. Hal tersebut dikarenakan Desa Babadan letaknya berdekatan dengan Kabupaten Wonosobo yang mayoritas penduduknya menggunakan
3 bahasa mbhandek. Sebagai contoh, peneliti mengambil Desa Tegaljeruk yang letaknya berdekatan dengan Desa Babadan, jika masyarakat Babadan mengucapkan kata kamu dengan menggunakan kata deke, namun masyarakat Tegaljeruk menggunakan kata koe. Selain kata tersebut, juga terdapat pada penggunaakan kata mau, masyarakat Babadan dalam mengucapkannya dengan menggunakan kata gak, sedangkan masyarakat Tegaljeruk mengucapkannya dengan menggunakan kata arep. Berdasarkan dua kata tersebut terlihat jelas bahwa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Babadan berbeda dengan masyarakat Kecamatan Pagentan pada umumnya. Berbicara mengenai makhluk sosial, di dalam kehidupan bermasyarakat manusia dituntut untuk saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan seharihari. Manusia dapat berhubungan antar sesama dengan menggunakan bahasa. Bahasa digunakan oleh manusia dari semua kalangan dan tidak memandang usia termasuk anak-anak. Proses komunikasi pada anak sebenarnya sudah dimulai sejak dini. Pada masa anak masih bayi, komunikasi terjadi melalui tangisan dan ketika anak diajak berkomunikasi oleh orang tuannya dengan tuturan-tuturan sederhana. Melalui tuturan yang di tuturkan oleh orang tuanya, biasanya anak merespon dengan senyuman. Seiring bertambahnya usia perkembangan bahasa dan berpikir anakpun semakin berkembang, sehingga anak dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan hidupnya. Atmodiwirjo (dalam Gunarsa 1983: 11-13) mengatakan bahwa masa anak pra-sekolah disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang antara umur 2-6 tahun. Adapun ciri perkembangan pada masa ini yaitu perkembangan motorik, perkembangan bahasa dan berpikir, dan perkembangan sosial.
4 Anak usia 4-5 tahun pada umumnya memiliki keinginan dan rasa penasaran yang tinggi, kebanyakan mereka akan selalu penasaran dengan hal-hal yang baru ditemuinya. Sehingga mereka menggunakan bahasa untuk menyampaikan keinginan yang diharapkannya kepada orang di sekitarnya. Pada saat anak usia 4-5 tahun menyampaikan keinginannya pada orang di sekitarnya, terdapat ketidaksengajaan komunikasi yang terjadi antara penutur dan mitra tutur. Hal itu dapat terjadi agar mitra tutur dapat memahami setiap keinginan penutur dengan tepat. Keinginan anak usia 4-5 tahun biasanya berupa permintaan, ajakan, pertanyaan, perintah, larangan, membatasi, mengizinkan ataupun saran bagi mitra tutur. Fenomena yang ditemukan oleh peneliti berawal dari ketidaksengajaan ketika peneliti berada di rumah bersama keponakannya yang kebetulan berusia 4 tahun 5 bulan. Peneliti mendengar percakapan antara ibu dan anak pada saat ibunya sedang mendampingi sang anak belajar. Fenomena tuturan yang peneliti temukan yakni sebagai berikut. (1) Ilul saget nopo mboten mewarnai sendiri? (Ilul bisa atau tidak mewarnai sendiri?) (2) Saget, tapi Ilul ora rapi kaya mamak. (Bisa, tapi tidak rapi seperti ibu.) (3) Yo saget. Dicoba dulu, ini krayone. (Ya bisa. Dicoba dulu, ini krayonnya.) (4) Mewarnaine gak nganggo krayon yang satune mak. (Mewarnainya mau pakai krayon yang satunya bu.) Tuturan tersebut merupakan percakapan seorang ibu dengan anaknya. Tuturan (4) dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur direktif requestives (meminta). Tindak meminta pada tuturan (4) ditandai dengan kata gak yang berarti mau. Tuturan tersebut dituturkan oleh Ilul kepada ibunya dengan maksud untuk meminta menggunakan krayon yang berbeda dengan krayon yang ditunjukkan oleh ibunya.
5 Fenomena berikutnya peneliti temukan ketika peneliti berada di ruang tamu bersama seorang kakak dan keponakan yang bernama Ilul. Ia menanyakan keberadaan ayahnya kepada ibunya, karena sejak pagi ia belum melihat ayahnya. (5) Mak, bapak teng pundi? (Bu, bapak di mana?) (6) Bapa teng wono. (Bapak di kebun.) (7) Padahal Ilul gak bilang anu. (Padahal Ilul mau bilang anu.) Tuturan tersebut merupakan tuturan seorang anak dan ibu. Tuturan (5) dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur direktif questions (bertanya), karena pada tuturan tersebut Ilul bermaksud meminta informasi mengenai keberadaan ayahnya. Tuturan bertanya tersebut ditandai dengan adanya kata teng pundi yang berarti di mana. Tuturan (5) dituturkan oleh Ilul kepada ibunya mengenai keberadaan ayahnya. Dilain kesempatan peneliti kembali menemukan fenomena tuturan yang mengandung bentuk tindak tutur direktif. Fenomena kali ini peneliti temukan ketika malam hari pada saat Ilul akan mengambil selimut di kamar dan meminta ditemani karena tidak berani sendirian. (8) Ilul gak ambil selimut. (Ilul mau ambil selimut.) (9) Ya ngkana diambil! (Sana diambil!) (10) Ilul ora wani lek. (Ilul tidak berani te.) (11) Wong cepak-cepak ka. (Orang deket-deket kok.) (12) Mazo lek, temenin. (Ayo te, temani.) Tuturan (12) ditandai dengan kata mazo yang berarti ayo. Kata mazo dalam bahasa Jawa memiliki makna mengajak. tuturan tersebut dituturkan oleh Ilul kepada tantenya
6 untuk mengajak tantenya menemani ia mengambil selimut di kamar. Tuturan (12) dapat dikatakan sebagai tuturan direktif requestives (mengajak). Selanjutnya pada kesempatan yang berbeda ketika peneliti sedang bermain di rumah saudara dan sedang bergerombol dengan ibu-ibu, kemudian ada seorang anak yang bernama Siva menanyakan warna salah satu bunga yang belum ia ketahui warnanya. (13) Kue kembang maware apik-apik temen za. (Itu bunga mawarnya bagus-bagus sekali ya.) (14) Iza kue, andongaren ora didepet bocah. (iya itu, tumben tidak dipetik anak.) (15) Kue si kembange warna apa? (Itu sih bunganya warna apa?) (16) warna apa jal? (Warna apa coba?) (17) Ora ngerti. (Tidak tahu.) (18) Kue jenenge warna oren Va. (Itu namanya warna oren Va.) Tuturan (15) ditandai dengan kata apa. Kata apa memiliki mana bertanya. Kata tersebut di dalam hal ini digunakan untuk menanyakan warna tumbuhan (warna bunga). Tuturan tersebut dituturkan oleh Siva kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk menanyakan warna bunga yang sedang menjadi topik pembicaraan ibu-ibu. Tuturan (15) dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur questions (bertanya). Melalui fenomena-fenomena tersebut, dapat diketahui bahwa anak usia 4-5 tahun untuk memenuhi segala keinginan dan rasa penasarannya yang tinggi yaitu dengan menggunakan tindak tutur ilokusi direktif. Tindak tutur direktif berfungsi untuk mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh penutur. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bermaksud
7 untuk meneliti bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi direktif pada anak usia 4-5 tahun di Desa Babadan, Pagentan, Banjarnegara 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016. Pengambilan data pada penelitian ini di mulai pada tanggal 23 Februari-31 Maret 2016, yaitu dengan jumlah 11 hari. Sumber data pada penelitian ini berjumlah 38 anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah, yaitu Bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi direktif apa sajakah yang terdapat pada tuturan anak usia 4-5 tahun di Desa Babadan, Pagentan, Banjarnegara 2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi direktif yang terdapat pada tuturan anak usia 4-5 tahun di Desa Babadan, Pagentan, Banjarnegara 2016? D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis a. Penelitian ini memberikan bantuan dalam hal keabsahan khususnya dalam bidang pragmatik, maksudnya penelitian ini dapat memberikan bantuan mengenai teoriteori pragmatik khususnya tindak tutur dan dapat dijadikan pedoman oleh peneliti lain dalam menyusun penelitian yang sejenis. b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penelitian pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari keterkaitan bahasa dengan konteks atau situasi di dalam bertutur.
8 2. Secara Praktis a. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat menjadi acuan tambahan dalam menganalisis kajian mengenai pragmatik. b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pragmatik khususnya tindak tutur. c. Bagi keluarga, khususnya orang tua diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemahaman dengan tepat mengenai tuturan dalam linguistik, maksudnya penelitian ini dapat memberikan bantuan mengenai strategi-strategi tindak tutur yang digunakan oleh orang tua dalam proses pembelajaran agar anaknya lebih mudah memahami tuturan orang tuanya. E. Sistematika Penulisan Tujuan dari sistematika penulisan skripsi adalah membuat tata urut penulisan berdasarkan langkah-langkah kerja dan landasan teoretis sehingga tersusun skripsi yang sistematis, dan penganalisisan atau pengidentifikasian masalah mudah dimengerti. Penulisan penelitian terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut. Bab pertama, berisi pendahuluan. menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini. Masalah-masalah dalam penelitian ini akan dibahas dalam rumusan masalah, selanjutnya diuraikan tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab kedua berisi landasan teori. Bab ini terdiri dari penelitian relevan dan landasan teori. Bagian pertama berisi penelitian yang relevan, penelitian yang relevan digunakan untuk menjelaskan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-
9 penelitian sebelumnya. Teori yang digunakan merupakan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini. Landasan teori mendeskripsikan mengenai teori-teori yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data, landasan teori yang digunakan terdiri dari perkembangan anak usia 4-5 tahun, pemerolehan bahasa anak, pemerolehan pragmatik, pengertian tindak tutur, bentuk-bentuk tindak tutur, dan jenisjenis tindak tutur. Bab ketiga berisi metode penelitian. Metode penelitian diuraikan secara rinci, lengkap, dan jelas agar penulis dapat memahami proses penelitian yang dilakukan. Metode penelitian tersebut mencakup beberapa hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, serta tahap penelitian. Tahap penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian data. Pada tahap penyediaan data menguraikan mengenai metode dan teknik yang ditempuh dalam proses pengumpulan data, tahap analisis data menguraikan mengenai metode yang digunakan dalam proses menganalisis data, dan pada tahap penyajian data membahas mengenai metode yang digunakan untuk menyajikan data yang ditampilkan dengan wujud laporan tulis. Bab keempat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Tujuan pembahasan ini untuk menjawab masalah penelitian. Pada bab ini diuraikan secara lengkap mengenai data yang diperoleh dan dijelaskan secara jelas. Dalam pembahasan peneliti melakukan analisis dengan menggunakan metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Metode yang digunakan dalam analisis data yaitu dengan menggunakan metode padan pragmatis yang alat penentunya mitra tutur. Hasil penelitian ini menyajikan analisis bentuk-bentuk tindak tutur direktif pada anak usia 4-5 tahun di Desa Babadan, Pagentan, Banjarnegara.
10 Bab kelima penutup yang berisi simpulan dan saran. Pada bab ini meliputi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Isi kesimpulan berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan ditarik dari hasil pembahasan. Selain itu, bab ini juga memuat saran yang bersumber dari temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian.